Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Horor Singkat Tercekat #47

10 Maret 2016   22:49 Diperbarui: 10 Maret 2016   22:54 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dark Figures - foto: michaelhendersonnovelist.com"][/caption]“Ah, sialan kau Nur!” caci Gita. “Apa salahku Git?” Tanya Nurma heran. Mereka berdua sejak tadi bertengkar di pojok sekolah. Sedang 5 teman satu genk Gita menonton. Nurma terpojok . Gita diatas angin. “Buuk…. Plaaak!” Gita meninju dan menampar Nurma membabi buta. Masalah rebutan Fauzi, si paskibraka idaman diselasaikan dengan cara kekerasan. Apa yang Gita dan genknya tidak tahu, mahluk halus di pojok WC tertawa riang. Salah satunya kini merasuki Gita. Gita kini mencekik Nurma erat. Sedang 5 temannya menyaksikan cekikan Gita dengan senyum sinis. Nurma meregang nyawa kehabisan nafasnya. Mahluk halus semakin riang saja.

- - o - -

Jangan pernah berharap kamu mati saat ini. Sudah terlalu banyak orang menghabisi hidupnya sebelum takdir. Sudah terlalu banyak setan gentayangan tanpa arah di alam gaib. Percayalah, kamu tidak ingin tersesat di alam gaib. Semakin arwahmu tersesat di alam gaib, semakin sulit kamu benar-benar ada disini. Yang kamu alami, kamu menjadi arwah yang benar-benar menakutkan buat manusia.

- - o - -

Hari-harimu kian gelap ketika stress melanda tak ada yang bisa kamu perbuat selain diam dan terus mencari kemana arah kamu berfikir. Tidak ada yang bisa mendefinisikan hari ini untuk kamu. Yang kamu tahu, kamu semakin akrab dengan masalahmu. Kamu semakin kebas dengan rasa sakitmu. Kamu semaki gelap menuju hari yang akan berganti pagi esok.

- - o - -

Panggilan itu sudah berbulan-bulan Teguh dengar di kepala. Panggilan untuk membunuh kedua anaknya. ‘Tenggelamkan si bungsu Rahma saat mandi!’ ‘Dorong si sulung Irwan ke kali depan rumah!’ Kalimat yang terus berulang. Apalagi menjelang tidur tiap malam. Teguh sudah seperti orang gila. Kadang ia terjaga sepanjang malam agar tetap waras. Sudah beberapa mala mini pun ia minta diborgol tangan dan kakinya. Pihak RSJ pun menuruti permintaan Teguh. Pihak RSJ khawatir ia akan melukai teman sekamarnya. Atau bahkan membunuh mereka. Persis seperti anak-anaknya yang sudah Teguh bunuh.

- - o - -

Tiada yang lebih menggetarkan hati daripada mendengar suara sengau. Suara yang sulit sekali dideskripsikan. Suara dari tenggorokmu yang muncul bersama dengan muncratan darah. "Grookk.. grook.." Mirip sekali kambing atau sapi kurban yang dipotong lehernya oleh si tukang jagal.

Cerita lainnya: #46

Salam,

Solo, 10 Maret 2016

10:49 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun