Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Horor Singkat Tercekat #44

4 Februari 2016   23:43 Diperbarui: 4 Februari 2016   23:48 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mitos Orang Hamil Bawa Gunting - ilustrasi: mitosmimpi.com"][/caption]

Ibu hamil dan dunia gaib tidak pernah bisa dilepaskan ikatannya. Bawalah sebuah peniti dan gunting buat ibu hamil yang ingin pergi keluar rumah. Karena biasanya kuntilanak akan menakut-nakuti ibu yang melanggar pamalih ini. Ibu hamil tua jangan suka bengong ketika Magrib tiba. Bisa-bisa didatangi genderuwo. Intinya saat berbadan dua, ada saja yang ingin masuk ke badan yang lebih suci.

- - o - -

“Bapak berangkat ronda dulu ya bu?” ujar si bapak ke si ibu. “Iya pak ati-ati.” jawab si ibu. “Mas, temani ibu ya? Jam 12-an nanti bapak sudah pulang kok.” “Iya pak. Mas temani tidur ibu.” ujar si kakak patuh. Sambil mengelus perut ibu yang sudah 7 bulan usia kehamilan, si ayah pun pamit. Mengenakan kupluk hitam dan baju biru panjang si ayah berangkat ronda. Si ibu dan anak pertamanya pun merebahkan diri bersama. “Klinting..klinting..” baru sebentar berbaring, ada suara orang mengaduk sesuatu di gelas di dapur. Si ibu bangkit dan beranjak ke dapur. Di lihatnya kupluk hitam dan baju yang persis digunakan suaminya.  “Kok sudah pulang pak?”. Ia bergeming sambil terus mengaduk membelakangi istrinya. “Pak..apa sudah selesai rondanya?” Kembali ia tidak bicara. “Pak..” belum sempat istrinya bertanya, suaminya menengok. Matanya melotot keluar. Wajahnya merah seperti terbakar. Sedang lidahnya menjulur keluar. Si ibu segera berlari kembali ke kamar. Dengan nafas tersengal, si ibu kembali meringkuk ke tempat tidur.

- - o - -

“Udah yuk mah, masuk ke dalem. Udah magrib.” Pinta Imam kepada istrinya. “Sebentar lagi pah. Masih sumuk di dalem.” Sambil terus mencari nama-nama bayi, Indah kembali terfokus ke bukunya. Imam segera masuk tepat saat adzan Magrib berkumandang. “Iya pah, sebentar lagi mamah masuk. Ada nama-nama bagus nih buat si dede nanti.” ucap Indah sambil matanya terus serius membaca. Indah bisa melihat disamping matanya, ada yang berdiri di sampingnya. “Pah.. kok diem aja” tanya Indah mulai heran. “Pah… Pah. Kenapa diem?” Indah pun mendongak penasaran diamnya si suami. Saat tatapan mereka bertemu, Indah melihat sosok wanita. Ia berbaju putih. Rambutnya sebahu. Wajahnya pucat membiru. Pandangan mata hitam dan kosong. Tercekat nafas Indah. Seketika ia berteriak. Sementara tubuhnya lunglai. Terjatuh, Imam suaminya segera dataing dan menolong.

- - o - -

Nduk, iko digowo. Nggo jogo-jogo” ucap simbah lirih. “Emm, nda usah mbah. Ninda bakal baik-baik saja kok.”  “Ora ilok nek wes meteng tuwo kluyuran mahrib-mahrib ngene. Iki digowo, nggo jogo si jabang bayi?” sambil menunjukkan sebuah bungkusan. Kain putih yang membungkus gunting kecil dan beberapa peniti disodorkan simbah. “Mpun, mbah nda apa-apa” sambil beranjak pergi menyusul suaminya di mobil, Ninda menolak bungkusan tadi. “Kenapa sih Nin lama?” tanya Dika suaminya. “Itu simbah minta aku bawa gunting sama peniti. Katanya buat jaga-jaga” jawab Ninda. “Ow, simbah emang begitu.” Mobil pun beranjak dari rumah. “Mas, ada yang ikut kita pergi to?” tanya Ninda. “Ngga kita berdua aja.” jawab Dika. “Lha itu kok ada cewe duduk di bangku belakang. Itu siapa mas??” sambil berpandangan, hati Dika dan Ninda berdegup cepat.

Cerita-cerita sebelumnya: #42

Salam,

Solo, 04 Februari 2016

11: 44 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun