Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

R.I.P Kompasiana(ers)TV?

4 Desember 2015   15:19 Diperbarui: 4 Desember 2015   15:22 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KompasianaTV - ilustrasi: kompasiana.com"][/caption]

Membaca dan memahami woro-woro admin tentang KompasianaTV (K'aTV) yang tidak lagi mengudara, hati saya menjadi gulana. Sayang seribu sayang, jika K'aTV tidak lagi mengudara mulai minggu. Membuat hati saya gundah. Gundah yang sebenarnya sudah saya raba dan rasa beberapa bulan ke belakang. Mulai dari K'aTV yang pindah jam tayang. Sampai munculnya Sys Ns yang saya kira sudah memakan 'jatah' Kompasianers  (K'ers). Belum lagi urusan teknis Google Hangout dan koneksi antara studio dan K'ers berada yang menghambat. Dan putusan para penggede diatas sana akhirnya menyetop K'aTV. Sebegitu cepatkah K'aTV berpulang?

Isi tersurat pengumuman dari admin bukan berarti K'aTV akan mundur. Hanya konsepnya yang akan berubah. K'aTV akan mengusung konten hardnews atau talkshow. Yang dititikberatkan adalah, ketidaksertaan K'ers lagi disana. Entah nanti K'aTV juga akan berubah nama atau tidak. Yang pasti menurut bung Isjet sebagai content manager, ia mengucapkan terima kasih banyak bagi K'ers. Sehingga, bagi saya, dan K'ers, KompasianaTV sudah habis.

Merunut beberapa bulan ke belakang, K'aTV memang mengalami banyak perubahan. Dan perubahan ini saya rasa menjadi awal mula mundurnya K'aTV. Yang mungkin menjadi tonggak robohnya K'aTV buat saya adalah ketika K'aTV meliput kampanye salah partai baru. Partai yang tahun 2004 tidak lolos verifikasi kini lolos. Dan sayangnya, kampanye akbarnya diliput selama 1 jam di K'aTV. Efeknya, jangan-jangan orang anggap K'ers adalah anggota partai ini? Karena apa yang ada di Met**TV dengan partainya yang terang-terangan didukung, mengundang sarkasme tersendiri orang. Atau yang terselebung mendukung bosnya, seperti TV**e. Yang akhirnya selalu dicap mengangung-agungkan partainya si bos pemilik media.

KompasianaTV, Rumah Kompasianers

Sudah 4 kali saya ikut serta dalam K'aTV. Dan pertama kali turut serta, perasaan saya ngeri-ngeri sedap. Ada sebuah kehangatan tersendiri bisa bertemu K'ers ibu Gana dari Jerman waktu itu. Walau bertegur sapa lewat Google Hangout. Ada pun kegembiraan bisa bertemu audio dan video dengan bapak Imam Kodri, K'ers asal Jakarta. Belum lagi melihat wajah dan performa bertanya kritis K'ers lain saat K'aTV tayang setiap hari. Ternyata, apa yang K'ers tulis serupa dengan kompetensi mereka saat tayang onair di K'aTV.

Jujur saya rasa, KompasianaTV adalah milik Kompasianers. Sebuah wadah warga negara yang mencintai Indonesia dengan caranya. Jika tulisan kami adalah salah satu bentuk rasa sayang kami sebagai orang Indonesia. Dan opini dan pertanyaan K'ers di media mainstream seperti KompasTV juga menjadi bentuk nyata, warga negara yang perduli akan isu-isu aktual. Dengan nama besar Kompas, saya rasa audiensi pada K'aTV dan K'ers masih penting.

Berbeda dengan konsep talkshow yang mengusung narasumber, lalu publik menelepon. Dulu K'ers yang diundang biasanya pernah, sering dan concern pada isu yang akan dibahas di K'aTV. Jadi panelis K'ers biasanya faham benar apa yang hendak ditanyakan. Mungkin juga narsum sudah membaca artikel yang di-post di Kompasiana sebelumnya. Konsep ini baru. Dan jika akhirnya K'aTV mundur menjadi media K'ers menjangkau audiens yang lebih banyak, sangat disayangkan.

[caption caption="Innovation - ilustrasi: hypescience.com"]

[/caption]

Munculkan Inovasi, Jangan KompasianaTV Dieliminasi

Kemunculan K'ers yang semakin sedikit. Jatah bertanya yang kian kurang. Koneksi yang kadang mengganggu. Sampai terlalu banyak Sys NS mengambil jatah bertanya K'ers adalah beberapa kemunduran konsep yang perlahan muncul. K'aTV mulai jauh dari K'ers. K'ers tidak lagi menjadi bagian K'aTV. K'aTV bukan lagi rumah K'ers. Dan menjelang Kompasianival, K'ers membawa gundah karena wadah mereka hilang. Apa ada kemungkinan diganti menjadi wadah yang baru. Saya fikir tidak. Apalagi konsep K'aTV yang benar-benar secara utuh melibatkan K'ers. 

Ada beberapa ide saya yang mungkin bisa dipertimbangkan. Saya mencoba memberi kapal K'aTV yang akan karam, rakit untuk diperhatikan. Mungkin rakit ini nanti menjadi bahtera yang lebih baik.

Pertama, libatkan komunitas K'ers. Dan di Kompasianival nanti saya fikir komunitas K'ers akan bersua. Dan masukkan kontribusi mereka untuk Kompasiana dalam K'aTV. Seperti liputan dari Komposono menyoal keelokan Taman Sriwedari. Tidak perlu KompasTV datang. Dukung komunitas membuat montage atau video klip untuk meliput Taman Sriwedari. Komposono bisa mengirim file hasil rekaman ke KompasTV untuk diedit seperlunya. Dengan cara ini, orang tahu K'ers berkontribusi total untuk Indonesia dan daerahnya. Toh, hasilnya pun menjadi sebuah poin dalam portofolio diri K'ers.

Kedua, acara Nangkring diulas kembali dalam acara. Yang selama ini ada, Nangkring tidak menjadi bagian integral K'aTV. Saya fikir apa yang disampaikan di Nangkring juga penting. Apalagi fitur promosi yang saya kira juga bisa menguntungkan sponsor. Belum lagi K'ers yang terlibat akan menjadi preseden ia akan terkenal. Terkenal secara wajah, dan juga personanya sebagai seorang K'ers. Ketiga, lakukan CSR untuk publik. Sebagai sebuah korporasi, Kompas dengan banyak bidang usahanya seperti Kompasiana tentu akan membuat CSR. Dengan diwakili K'ers, K'aTV bisa meliput CSR ini. CSR yang saya kira memiliki keunikan pada tiap daerah K'ers. Bisa saja membuat perpustakaan mini, sekolah blogging, pelatihan jurnalistik sekolah menengah, dsb. Bentuknya bisa diusulkan K'ers lewat komunitas mereka.

Perlu ditinjau ulang jika K'aTV akan menjadi talkshow mainstream. Karena saya yakin konten yang ada pun tidak jauh berbeda dengan talkshow lain di televisi berita lain. Bosan mungkin orang melihatnya. Konsep citizen journalism dalam K'aTV yang diaktivasi K'ers adalah hal baru. Karena berita dan talkshow tidak melulu membahas isu aktual. Beri sesuatu yang baru. Berita yang membanggakan diri sebagai orang Indonesia. K'aTV harus bisa memberi sumbangsih nyata. Kami, K'ers, ingin dan siap memberi apa yang kami punya untuk Indonesia. Sesuai slogan Kompasianival, Indonesia Juara.

Salam,

Solo, 04 Desember 2015

03:21 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun