Karena subjek lain yang menjadi 'highlight', yaitu AP maka jadilah ia kambing bully. Netizen yang secara real-time bisa berseloroh menyoal kemenangan AP, pasti akan menyorot AP. Pastinya akun sosmed AP akan penuh dengan bully pedas.Â
Dengan pola pikir sumbu pendek, netizen tentu lebih senang mem-bully. Apalagi mereka bisa berdiri di belakang pseudonim akun mereka. Seolah mem-bully subjek yang sedang trending adalah kepuasan tersendiri. Serupa mengikuti tren busana.Â
Bukan maksud saya membuat istilah deregatoris pada AP dengan kambing bully. Karena model sikap tak acuh banyak netizen yang kurang bisa memahami delik masalah, bully mudah terlontar. Ada pula nominator yang mengkritik, baik halus maupun menohok.Â
Namun semua sah-sah saja. Selama dalam koridor pihak-pihak lain dalam 'skandal' ini tetap dikaitkan. Karena AP tidak berdiri sendiri. Ada PIMA dan RCTI yang menjadi kambing hitam dalam bentuk lembaga. Ada pula pihak MNC dan LT yang seperti sang Godfather tidak akan tersentuh 'skandal' ini.Â
Salam,Â
Solo, 22 Mei 2015Â
11: 44 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H