Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smartwatch, Kita Perlu Ga Sih?

7 Mei 2015   11:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:17 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_415819" align="aligncenter" width="560" caption="(ilustrasi: thedadnetwork.co.uk)"][/caption] Demam Apple Watch (AW) melanda dunia teknologi. Dengan membawa nama besar Apple, smartwatch AW ini memang menjadi fenomena tersendiri. Eksklusivitas penjualan yang membuat orang penasaran juga menjadi demam AW menjadi-jadi. Selain 'dijual' di toko Apple, AW hanya juga bisa dibeli di butik-butik ternama seperti Lafayette di Paris, Isetan di Tokyo, dan Selfridge di London. Harganya pun dari yang mulai 'standar'  USD 549 sampai AW berlapis emas mulai dari harga USD 10.000. Membeli AW pun bukan sebenarnya membeli langsung. Ketika Anda datang untuk membeli, sesungguhnya Anda memesan. Untuk kemudian AW akan dikirim ke rumah Anda beberapa hari kemudian. Apple bukan produsen yang merilis pertama kali smartwatch. LG, Samsung, dan Motorola telah merilis smartwatch berbasis Android Jellybean pada kuartal kedua tahun lalu. Dengan harga yang lebih murah dari AW, LG G Watch dibanderol dengan harga USD 299. Sedang Samsung dengan Samsung Gear Live hanya ditawarkan dengan harga mulai USD 199. Lalu diikuti Motorola Moto 360 dengan harga mulai USD 149. Baru-baru ini pun, Swatch sebagai produsen ternama jam, juga sedang bereksperimen dan akan merilis smartwatch-nya sendiri. Kabarnya, Swatch akan merilisnya di awal 2016 nanti. Asus, Sony, Pebble, dan Vector juga beberapa vendor yang menawarkan smartwatch. Dengan banyak vendor teknologi berlomba menciptakan smartwatch terbaik, konsumen pun merespons. Lalu pertanyaan untuk kita orang Indonesia. Perlukah kita membeli smartwatch? Beberapa hal yang yang benar-benar harus kita perhatikan agar fungsi smartwatch benar-benar kita rasakan adalah sebagai berikut. 1. Smartwacth hanyalah aksesoris dari smartphone kita Smartwatch hanyalah aksesoris smartphone Android Anda. Walau hardware atau jeroan smartwatch bagus, namun tidak semua dapat mengoperasi apa yang smartphone bisa lakukan. Dari dimensi, layar sentuh pada smartwatch tidak semaksimal pada smartphone. Sehingga, kadang Anda harus agak bersusah payah melihat notifikasi sosial media di smartwatch Anda. Atau mencari kontak telepon, kadang Anda harus memberi voice command (perintah suara). Jadi jangan sangka pintarnya jam tangan Android Anda, sepintar smartphone Anda. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="(foto: americasmarkets.usatoday.com)"]

(foto: americasmarkets.usatoday.com)
(foto: americasmarkets.usatoday.com)
[/caption] AW dilengkapi dengan sensor pemantau detak jantung. AW akan memantau detak jantung pemakainya setiap 10 menit sekali. Sehingga, pengguna AW bisa tahu jika detak jantung kurang dari 72 bpm (beats per minute). Sayangnya, bagi orang bertato di tangan, sensor ini tidak bekerja dengan baik. Samsung pun sedang mengembangkan sensor Biosignal ID pada smartwatch-nya. Sensor ini dapat meng-unlock smartwatch dengan sidik jari dan gestur. Semua demi privasi penggunanya. Lalu, perlukan semua fitur ini bagi kebanyakan orang Indonesia? Saat smartphone masih menjadi andalan. 2. Koneksi Internet yang masih mengkhawatirkan di Indonesia Untuk para geek gadget, mungkin sudah mewaspadai hal ini. Dimana koneksi internet di Indonesia yang kembang-kempis. Menggunakan smartwatch ini mungkin agak kecewa. Karena, rata-rata fitur di smartwatch yang ter-sync smartphone, menggunakan koneksi internet yang baik. Google Voice Recognition misalnya, fitur ini harus terkoneksi langsung dengan internet. Untuk mengucapkan voice command, maka Google akan langsung terkoneksi internet untuk mencari hal atau file yang Anda mau. Belum lagi aplikasi sosmed, Google Map, cuaca, dll. Selain smartphone menuntut koneksi internet dari provider. Smartphone Anda juga akan 'dibebani' koneksi internet dari smartwatch Anda. Ini yang terjadi pada smartwatch versi Android. [caption id="" align="aligncenter" width="499" caption="(ilustrasi: wt.t3.com)"]
(ilustrasi: wt.t3.com)
(ilustrasi: wt.t3.com)
[/caption] Pada AW, sinkronisasi dengan iPhone tentunya membutuhkan koneksi internet yang baik. Tim Cook sesumbar bahwa dengan menggunakan AW, iPhone dapat ditinggalkan di rumah. Namun menilik koneksi internet di Indonesia, optimasi fitur tentunya akan kurang maksimal. Layanan koneksi pun ditebus harga yang mahal. Juga, melihat jangkauan lokasi yang kadang tidak terjangkau koneksi data yang baik. Smartwatch pun nantinya hanya sebagai jam tangan pemberi informasi waktu saja. 3. Daya tahan baterai smartwatch yang belum maksimal Sebagai jam tangan, tentunya daya tahan baterai menjadi komponen utama. Kebanyakan smartwatch belum mampu memberi solusi dari daya tahan baterai ini. Smartwatch akan serupa smartphone di mana me-recharge baterai harus berkala. Jika sering digunakan, maka me-recharge pun harus sesering mungkin. Plus koneksi pada internet dan sensor yang terus berjalan, daya tahan baterai akan cepat habis. Dengan baterai yang tidak besar, baik ukuran maupun tegangan, Anda harus benar-benar memperhatikan hidup smartwatch dalam satu hari. [caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="(foto: theguardian.com)"]
(foto: theguardian.com)
(foto: theguardian.com)
[/caption] AW dan Samsung Gear hanya mampu bertahan dengan baterai full selama satu hari. Motorola Moto 360 juga hanya mampu bertahan sehari. Namun dengan setting hemat baterainya beberapa jam tambahan bisa didapat. Pebble, dengan smartwatch-nya Pebble Steel diklaim mampu bertahan selama 7 hari untuk daya tahan baterainya. Swatch saat ini sedang meriset smartwatch versinya dengan daya tahan baterai yang wah. Mereka mengklaim, smartwatch yang akan muncul 2016 nanti mampu bertahan sampai 6 bulan dengan sekali me-recharge. Kita pun kembali bertanya, perlukan kita smartwatch? Pada beberapa orang, seperti eksekutif, gadget geek atau para techies, smartwatch penting adanya. Terus memantau perkembangan tekno sembari merasakan sendiri teknologi yang ada, menjadi hal yang lumrah. Sedang untuk orang awam, atau mengikuti tekno hanya sampai pada membaca berita saja, smartwatch kurang begitu penting. Alih-alih ingin terlihat up-to-date dan canggih, smartwatch malah akan menjadi jam tangan biasa. Dengan beberapa keterbatasan smartwatch saat ini, membelinya mungkin harus benar menanti waktu yang tepat. Saat smartwatch benar-benar jam tangan tahan lama dan pintar adanya. Tentunya, dengan koneksi data yang baik dan harga yang wajar. Artikel terkait dari saya:

Referensi: gizmag.com | techradar.com | techtimes.com Salam, Solo, 5 Mei 2015 10: 13 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun