Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Awas, Digital Eye Strain Mungkin Mengancam Anda

5 Mei 2015   22:23 Diperbarui: 27 Mei 2019   09:46 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eyes - Ilustrasi: wellnessbeyondfifty.com

 

Menurut laporanThe Vision Council, 9 dari 10 orang dewasa (93,3%) di US menghabiskan waktu lebih dari dua jam menggunakan perangkat digital setiap hari. Dan setiap hari pula, 6 dari 10 (60,8%) orang dewasa ini menghabiskan lima jam atau lebih dengan perangkat digitalnya. Baik mengetik atau bekerja di depan komputer, menonton TV LED dirumah, bermain dengan gawainya, atau ber-medsos dengan smartphone, semua hal ini dapat menimbulkan efek Digital Eye Strain (DES). 

Dan umumnya, DES inilah yang akan banyak dirasakan generasi millenial saat ini. Sebagai generasi milenial, berinteraksi dengan perangkat menjadi hal yang tidak mungkin dihindari. Hampir semua lini kehidupan, dapat ditemui perangkat digital. Dari mulai komputer, laptop, layar LCD, layar proyektor, TV LED, smartphone dsb, akan memaparkan efek DES. Perangkat digital ini memaparkan mata dengan Efek yang dirasakan dari paparan sinar HEV (High-Energy Visible). 

Sinar HEV ini memancarkan sinar berwarna biru yang berada diantara batas aman dengan Invisible Light yang berupa sinar ultra-violet. Semakin lama terpapar HEV, semakin DES terasa di mata kita.

Light Visibility Chart - Ilustrasi: thevisioncouncil.org
Light Visibility Chart - Ilustrasi: thevisioncouncil.org
 

Efek yang dirasakan saat mengalami DES adalah mata kering, mata merah, iritasi, kelelahan mata, pandangan kabur, mata berair bahkan sampai kepala pusing. Pada sebuah penelitian 2014 lalu menemukan bahwa pekerja yang menghabiskan banyak di depan layar komputer, merasakan DES. Selain itu, terjadi perubahan cairan air mata serupa dengan orang yang mengalami gejala mata kering. 

Hal ini berefek pada perubahan secara fisiologis. Normalnya, kita akan berkedip 18 kali dalam satu menit. Namun pada saat menatap layar perangkat digital, jumlah kedipan berkurang. Frekuensinya berkurang karena mata harus membaca huruf yang terlalu kecil atau gambar yang agak buram di layar. 

Ditambah paparan brightness (terang) layar juga berpengaruh, apalagi di ruang dengan cahaya yang minim. Semakin redup satu ruang, maka semakin paparan sinar HEV terasa di mata kita. Efek DES pun akan semakin terasa nantinya. 

(ilustrasi: digitaltrends.com)
(ilustrasi: digitaltrends.com)
 

Solusinya, gunakan rumus 20/20/20 menurut The Vision Council. Rumus ini berarti setiap 20 menit di depan layar komputer, berhentilah 20 detik dan pandanglah sesuatu yang berjarak 20 kaki (sekitar 7 meter). 

Adapun Canadian Ministry of Labor mencanangkan 5 menit istirahat saat bekerja di depan komputer saat jam kerja. Di Inggris, perundangan mengenai hal ini pun telah diatur. 

Tertuang dalam Health and Safety (Display Screen Equipment) Regulations, pekerja di depan komputer berhak atas istirahat dengan frekuensi berkala. Dalam aturan ini, dianjurkan istirahat 5-10 menit setelah bekerja di depan layar digital selama 50-60 menit. 

Guna menghindari efek DES lebih lanjut, beberapa hal juga perlu diperhatikan. Saat kita bekerja dengan perangkat digital, pastikan waktunya tidak berlebihan. 

Aturlah kondisi pencahayaan ruang. Pastikan terangnya perangkat digital setidaknya sama terang dengan terangnya ruang. Atur pula jarak mata dengan layar perangkat digital. Terlalu dekat dengan layar monitor, berarti paparan cahaya yang berlebih untuk mata. Efek dari DES bisa lebih cepat terasa. 

Referensi: mashable.com |  thevisioncouncil.org

Salam,

Solo, 05 Mei 2015

10: 24 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun