Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sensitifitas Warna Menjelang Pemilu

24 Januari 2014   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="(photo: media.viva.co.id)"] [/caption] Polemikkah atau mengada-ada? Berita di media menyoal warna tas bantuan dari Istana Negara yang berciri birunya Demokrat . Tas yang sejatinya digunakan menjadi goody bag untuk pengungsi Sinabung, kini menjadi isu sensitif. Simbolisasi warna biru yang mirip Demokrat di bagian tas tersebut kembali 'dipelintir' media untuk menjadi hidangan politik. Terutama menjelang Pemilu 2014 yang kian panas. Dan lagi, entitas Demokrat tentunya menjadi sebuah highlight yang berita di media inginkan. Semakin jungkir balik dan nyungsepnya citra Demokrat menjadi 'santapan' lezat media. Apalagi media yang dipenuhi kepentingan partai dan/atau Capres tertentu. Akan dihajar habis sensitifitas warna tas bantuan inilah nantinya. Terlepas dari niatan yang membuat tas menggunakan warna mirip birunya Demokrat ini, saya berbaik sangka saja ini tidak sengaja. Yang membuat mungkin melihat sisi estetika warna biru yang cocok dipasangkan warna putih. Dan, tentunya untuk partai lain mereka juga memiliki warna khusus. Dan warna ini memang sangaja dipilih agar menjadi ciri atau simbolisme tertentu. Simbol-simbol warna ini yang kemudia terpampang pada lambang partai. Untuk kemudian menjadi isu sensitif dalam tiap benak orang Indonesia. Satu warna saja yang dominan pada sesuatu pasti dikaitkan dengan Parpol tertentu. Seperti tas bantuan SBY unuk korban Sinabung diatas. Dan mari kita tengok apa saja nama warna Partai Politik yang akan 'bertarung' di Pemilu nanti. Berikut jug saya sertakan, simbolisasi dan imaji yang mungkin terbayang jika memandang warna tersebut. Sebuah sensitifitas warna. Berikut simbolisasi warna Parpol yang saya bisa anggap sensitif. Partai Demokrat [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colorhexa.com)"]

(ilustrasi: colorhexa.com)
(ilustrasi: colorhexa.com)
[/caption] Cerulean Blue Simbolisasi Warna Simbolisasi warna biru ini secara umum dimaknai kesetiaan, kejujuran dan kepercayaan. Dominasi dalam lambang Demokrat dengan warna biru ini juga ditambahi dengan Baby Blue di lambang Demokrat. Sensitifitas Warna Dan dalam benak orang Indonesia warna partai Demokrat ini menyiratkan paling kental adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai pendiri dan saat ini Ketum, wajarlah Demokrat adalah SBY. Yang lain juga muncul, seperti tindak korupsi dari Nazaruddin, mantan Bendum. Dan yang paling panas adalah Anas Urbaningrum. Ada lagi, warna ini adalah partainya Ruhut. Dan inti warna ini adalah resistensi masyarakat dengan Demokrat sebagai partai munafik. Partai yang dulu kadernya dengan lantang bilang 'Tidak!' kini malah terseret korupsi. Golongan Karya (Golkar) [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colorhexa.com)"]
(ilustrasi: colorhexa.com)
(ilustrasi: colorhexa.com)
[/caption] Yellow Simbolisasi Warna Kuning dikenal sebagai warna yang ceria, dan menampakkan optimisme. Dan di lambang Golkar, ditambah dengan pohon Beringin.Pohon yang menampakkan kekokohan dan panjang usia. Juga ada yang menganggap mistis. Sensitifitas Warna Golkar, sebagai parpol kawak di dunia politik Indonesia menyiratkan banyak sekali makna. Terutama sekali sebagai partai penguasa jaman Orba. Dulu, dapat dipastikan Golkar itu pemenang, dan partai oposisi selalu anak kedua. Dan saat ini, partai pimpinan Aburizal Bakrie (Ical) ini penuh intrik dan konflik internal. Yang ada saat melihat kuningnya Golkar sekarang adalah Ical plus polemik lumpur Lapindo. Tidak ada penyelesaian pasti. Kini malah menutupi citra Golkar sendiri sebagai Parpol gaek penguasa. Partai Amanat Nasional (PAN) [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colorhexa.com)"]
(ilustrasi: colorhexa.com)
(ilustrasi: colorhexa.com)
[/caption] Blue Simbolisasi warna Warna biru melambangkan kesetiaan dan kejujuran. Warna yang hampir serupa dengan Demokrat. Yang saya lihat pun ada beberapa versi birunya PAN, tapi yang dominan biru seperti di ilustrasi. Pada lambangnya juga ditambah dengan simbol Matahari. Karena lahir dari gerakan Muhammadiyah, nampaknya ciri khas Matahari yang mencerahkan tidak ingin ditinggalkan. Sensitifitas Warna Awal berdirinya PAN, kentalnya aura sang 'reformis' Amien Rais melingkupi warna ini. Warna yang menyiratkan pembaruan. Namun, sayang saat ini citra pembaruan ini nampak terberangus. PAN diisi artis dan kader-kader karbitan. Soetrisno Bachir yang dulu sempat menjadi Ketum, hanya 'diporoti' uangnya. Kiprahnya pun tidak sama sekali terlihat. Dan saat ini, sensitifits warna PAN ini terkait erat dengan Menkoekuin, Hatta Rajasa. Dengan gembar-gembor 'Kerja Nyata' cuma menjadi omdo. Hatta pun masih modal nekat nyapres. Toh saat ini belum ada Cawapres dan nampak adem ayem saja. Saat partai lain sedang sibuk. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colohexa.com)"]
(ilustrasi: colohexa.com)
(ilustrasi: colohexa.com)
[/caption] Red (colorhexa.com) Simbolisasi Warna Warna merah menyiratkan ambisi dan keteguhan. Warna yang mendorong optimisme yang kuat. Apalagi ditambah gambar Banteng yang menyiratkan kekuatan. Menggetarkan siapa saja yang mungkin memandangnya. Dan PDI-P dari dulu pun selalu menjadi partai oposisi yang berdiri melawan partai 'milik pemerintah. Sensitifitas warna PDI-P yang sejak jaman PDI pimpinan Soeryadi menjadi hak milik trah Soekarno, kini menjelma menjadi partainya Soekarnoian. Partai para nasionalis opisisi yang selalu bersedia mengkritisi pemerintah. Dan sejak dulu selalu tersirat warna yang menjadi lambang perlawanan. Dan kini, seiring besarnya citra Jokowi sebagai kader PDI-P, membuat warna ini semakin 'ramah'. Orang akan tentu memandang sebuah citra Jokowi jika melihat PDI-P. Walau terhalang citra Megawati, tetap merahnya tidak semerah Jokowi. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colorhexa.com)"]
(ilustrasi: colorhexa.com)
(ilustrasi: colorhexa.com)
[/caption] Islamic Green Simbolisasi Warna Warna hijau sendiri melambangkan keseimbangan dan harmoni. Warna yang juga menyiratkan keseimbangan berfikir. Dan tepat kiranya hijau sebagai warna dominan PPP, karena hijau sendiri adalah warna yang menyiratkna ke-Islaman. PPP sebagai pendamping ke-kawakan Golkar tentunya ingin partainya terus tumbuh. Sesuai simbolisasi warna lambang. Ditambah pula keteduhan gambar Ka'bah, sebagai kiblat umat Muslim. Sensitifitas Warna Sejak dulu, warna hijau selalu identik dengan PPP. Warna yang menjadi ikon Pemilu sejak lama, bersanding dengan PDI dan Golkar. PPP memang sudah gaek, dan saking gaeknya tidak ada pertumbuhan yang ada. Stagnasi dan kekolotan para petinggi partainya sendiri. Kepemimpinan Surya Dharma Ali tidak ada perubahan berarti. Karena saking sibuk dengan urusan haji, konflik berbau SARA tidak selesai. Kasus yang ada hanya menguap dan seakan dilupakan. Tidak banyak yang sensitif dengan warna hijaunya PPP saat ini. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) [caption id="" align="alignleft" width="120" caption="(ilustrasi: colorhexa.com)"]
(ilustrasi: colorhexa.com)
(ilustrasi: colorhexa.com)
[/caption] India Green Simbolisasi Warna Hijau melambangkan pertumbuhan. Serupa dengan warna tumbuhan, hijau selalu memang sedap dipandang. Dan PKB sebagai partai Islam tepat kiranya memilih hijau seperti PPP. Dan yang saya lihat, memang ada sedikit perbedaan dengan hijaunya PPP, PKB agak sedikit lebih gelap saturasinya. Dengan ditambah gambar dunia (Indonesia) dengan sembilan bintang (Wali Songo), PKB sangat ingin membumikan partainya dengan Indonesia. Sensitifitas Warna Dulu, warna hijaunya PKB menyiratkan Gus Dur. Seorang pluralis yang selalu didengarkan dan menjadi bahan rujukan. Walaupun itu sekadar celotehannya. Dan kini, dengan dipimpin murid langsung Gus Dur, Muhaimin Iskandar, PKB berubah (total) menjadi partai gurem. Partai Islam yang kini karut marut ditengah gempuran partai Nasionalis. Tidak ada kontribusi terasa dari Cak Imin saat menyandang jabatan Menakertrans. Malah kian gurem. Segurem warna hijaunya PKB saat ini. Salam, Solo, 24 Januari 2014 10:18 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun