Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

CCTV Trans7; Kengerian Visual Atau Pesan Positif?

6 Januari 2014   21:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: artlebedev.ru)

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="(ilustrasi: artfiles.alphacodes.com)"][/caption] Acara CCTV Trans7 yang dahulu hanya tayang 2 kali seminggu, kini hampir setiap hari. Dan jam tayang yang nyelip pada peak hour, tampaknya menjadi komoditas iklan. Mungkin rating acara CCTV yang semakin tinggi dan 'malasnya' berkreasi dari para kru, menyebabkan CCTV ditayangkan di peak hour. Tepat setelah OVJ yang sudah bingung mau ditayangkan jam berapa, dan Hitam Putih yang kini agak malam. Acara CCTV ini, lagi-lagi hanya mengambil (baca: mendownload) klip dari Youtube tentang semua yang terekam di CCTV dari seluruh dunia. Lagi-lagi, banyak dari klip yang ada menunjukkan kengerian visual seperti pencurian, pemukulan, dan kecelakaan. Walau secara term & condition, semua video yang diunggah di Youtube tidak menayangkan adegan kematian, namun kengerian visual yang ditayangkan di acara CCTV sudah overrated, alias berlebihan. Bagaimana tidak, mulai dari perampokan (walau gagal) sampai tabrakan kendaraan, semua ditayangkan. Dan kengerian visual itu mungkin akan tampak ngilu buat mereka yang pernah berada dalam kondisi yang ditayangkan. Kengerian Visual Untuk Anak-Anak dan Remaja Buat pemirsa anak-anak dan remaja, CCTV akan sangat tidak sesuai. Dampak tontonan CCTV Trans7 bisa menjadi contoh dikemudian hari. Betapa perampokan yang gagal itu seperti yang sudah pernah dilihat di CCTV dulu. Betapa sepertinya ngebut di jalan raya dengan motor gede seperti tayangan CCTV itu menyenangkan. Asal bisa hati-hati, bakal tidak jatuh kog. Dan mereka pun mencoba. Semua imaji dalam alam bawah sadar hasil tontonan itu, seakan menjadi pemicu mistis dalam diri. Diiringi adrenalin dan jiwa remaja labil, adegan kebut-kebutan tidak akan berbahaya selama tidak serupa dengan klip CCTV itu, fikir mereka. Walau sudah nyata memang acara CCTV Trans7 ini adalah rating R-BO (Remaja Bimbingan Orangtua) tetaplah jam tayang peak hour bisa ditonton siapa saja. Anak-anak kecil tentunya masih melek setelah PR mereka kerjakan. Atau memang didampingi orangtua mereka, namun orangtua mereka sibuk BBM-an di sofa. Atau menemani tidur-tiduran disamping anak yang mlongo terhipnotis oleh 'lucunya' klip CCTV Trans7. Walau secara sederhana, klip-klip yang ditayangkan termasuk kekerasan. Riset studi psikologis menunjukkan bahwa ada tiga dampak negatif dari menonton kekerasan di televisi, yaitu:

  1. Anak-anak menjadi kurang simpatis pada penderitaan sesama
  2. Anak-anak menjadi cemas dan takut akan lingkungan tempat mereka tinggal
  3. Anak-anak menjadi lebih agresif atau kasar dengan sesama.

"Anak-anak pun yang menonton acara kekerasan, bahkan 'hanya' kartun yang lucu, akan lebih cenderung memukul, berdebat dengan teman main mereka, melanggar peraturan kelas, menelantarkan tugas, dan tidak sabaran. Hal ini berbeda dengan anak-anak yang tidak menonton acara yang tidak mengandung kekerasan," jelas Aletha Huston, Ph.D., di University of Kansas. (referensi: Violence on Television: What do Children Learn? What Can Parents Do?) [caption id="" align="aligncenter" width="422" caption="(ilustrasi: artlebedev.ru)"]

(ilustrasi: artlebedev.ru)
(ilustrasi: artlebedev.ru)
[/caption] Pembelajaran Untuk Orang Dewasa Dan, memang satu sisi acara ini adalah bahan pembelajaran yang cukup efektif. Terutama buat orang dewasa. CCTV memang banyak menayangkan (baca: mengulang) klip tentang keteledoran berkendara. Dan jika orang dewasa ini bijak dalam menonton. Acara CCTV bisa memberikan hikmah, bahwa tertib berkendara itu penting. Bukan hanya untuk diri sendiri, namun untuk orang lain. Menyaksikan klip-klip tentang kecelakaan lalulintas (lakalantas) memang membuat hati ciut. Namun jika bisa meresapi, hal ini juga menjadi pelajaran berlalu lintas yang baik. Setelah melihat yang buruk dan tidak patut dilakukan di jalan raya, maka semua yang baik harusnya bisa dilakukan. Dan dalam hal ini tentunya tertib berkendara. Belum lagi klip-klip yang menayangkan tentan perampokan atau pencurian, tentunya akan menjadi hal yang wajib diwaspadai. Bahwa, disetiap keadaan dan kesempatan, niat jahat itu ada. Setiap ada kesempatan, maka kejahatan bisa saja menimpa kita. Sehingga, CCTV bisa memberikan bayangan betapa kita harus waspada. Kreatifitas Minim Tim Kreatif Trans7 Dan, lagi-lagi Trans7 yang dibombardir iklan diwarnai minimnya kreatifitas para kru. Menayangkan kembali klip atau video dari Youtube adalah sesuatu yang sangat mudah. Dengan hanya dibubuhi voice over dan ketawa-ketiwi sound effect, jadilah tayangan CCTV selama 1 jam. Apalagi setelah saya lihat beberapa kali, banyak video yang diulang-ulang. Cuma re-tweet istilahnya, namun berulang-ulang. Dan, saya fikir, memang banyak acara di Trans7 yang cuma comot sana-sini dari Youtube. Acara serupa Khazanah, On The Spot, dan CCTV isinya hanya video dari Youtube. Betapa kalau Youtube berbayar untuk menjadi subscriber, Trans7 akan dituntut. Karena video mereka ditayangkan ke publik. Apalagi lewat stasiun televisi swasta nasional. Untung Youtube gratis. Dan, sudah tepatkah CCTV Trasn7 ditayangkan pada peak hour? Haruskah ditayangkan beberapa kali dalam seminggu? Haruskah selalu men-download dan ditayangkan kembali secara nasional klip-klip dari Youtube. Yang saya tahu, pada awal konsep acara ini meminta dan memberi hadiah ada pemirsa yang mau mengirim video CCTV mereka sendiri. Untuk kemudian ditayangkan di acara CCTV. Mana vidoe kiriman pemirsa itu? Yang saya lihat hanya video dari Youtube? Jadi, saya nonton acara CCTV atau Youtube tanpa perlu repot terkoneksi internet? Dan, bijaklah dalam menonton. [caption id="" align="aligncenter" width="180" caption="ilustrasi: CCTV at Facebook.com"][/caption] Salam, Solo, 06 Januari 2014 09:19 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun