[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="(foto: media.viva.co.id)"][/caption] Partai Kebangkitan Bangsa kembali menggebrak (atau dagelan) dengan menempatkan bos maskapai Lion Air, Rusdi Kirana pada posisi Wakil Ketua Umum PKB. Setelah Rhoma dan Mahfud M.D, PKB dalam stagnansi sejak 2009 lalu, kini berubah menjadi partai narsis. Bagaimana nahkoda PKB, Cak Imin sudah sangat ambisius memenangi Pemilu 2014 nanti. Bagaimana, trah PKB sebagai partai orang Nahdiyin yang cenderung konservatif, kini dijejali ideologi asing. Ideologi ekonomi dan modernis. "Adanya Pak Rusdi akan menambah kekuatan dan kebesaran PKB terutama Pemilu 2014 ini sebagai pemilu bangkitnya kembali PKB," kata pria yang akrab disapa Cak Imin ini di Kantor DPP PKB di Jl Raden Saleh No 9, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2014). (berita: news.detik.com) Komentar yang saya garis bawahi sudah sangat kentara ideologi praktis merauk pundi rupiah. Dengan kata lain PKB mengobral jabatan demi pemasukan partai. Atau malah menggadai ke pasar PKB yang kini digadang 'bangkit'. Apanya? Apa dengan Rusdi Kirana memberi mahar demi posisi Waketum PKB, partai ini akan menjadi kuat dan bangkit. Betapa cetek (shallow) pemikiran seorang Cak Imin. Rusdi Kirana tentunya adalah figur politik karbitan yang muncul dari PKB. Citranya hanya seorang pengusaha, bukan politisi. Partai yang disusupi politisi-pengusaha pun, seperti Golkar dengan Aburizal Bakrie, malah kedodoran saat ini. Selain ambisi pemenangan Ical di Pemilu 2014, saya rasa tidak ada niat Ical membenahi Golkar. Apalagi seorang Rusdi Kirana yang purely pengusaha. Ada apa ia tiba-tiba mau terjun (bebas) ke dunia politik? Apakah cuma karena pemenuhan Triangle of Need Maslow, puncak tertinggi saja. Puncaknya, self-esteem dan power-kah yang mendorong Rusdi Kirana merapat ke PKB? Atau ada udang di balik bakwan (karena bakwan lebih bisa 'dimakan' daripada batu)? Manajemen PKB kelak akan dibuat profesional. Dan lewat Rusdi, Cak Imin yakin hal itu dapat terjadi. "Menjalin komunikasi dengan semua pihak eksternal, kemudian merapikan manajemen internal supaya lebih profesional lagi," papar Cak Imin. (berita: news.detik.com) Apa yang sebenarnya dimaksud 'profesional' oleh Muhaimin? Apakah kelak PKB akan menjadi partai serupa sebuah perusahaan? Manajemen internal sebuah partai mungkin berbeda dengan manajemen sebuah perusahaan seperti Lion Air. Toh selama ini Lion Air selalu dicibir dan dibully konsumen, apakah PKB nantinya diurus dengan cara manajemen Lion Air? Partai yang penuh interest dan wadah aspirasi rakyat sendiri berbeda dengan manajemen sebuah perusahaan. Perusahaan memandang orang sebagai konsumen. Layanan yang diberikan setimpal dengan uang yang dibayarkan. Sedang PKB sendiri, dengan jutaan simpatisan, apakah toh mereka adalah konsumen. Apakah mereka hanya dijadikan kepala-kepala tanpa isi yang sukarela memilih dengan balas jasa partai yang minim. Suara mereka mahal. Tapi digadai untuk menjadi murah. Lewat Rusdi Kirana, Cak Imin juga ingin mengubah image PKB. Kehadiran Rusdi diharapkan akan bisa membuat PKB diterima semua lapisan. "Supaya image PKB sebagai image modern, membangun image sebagai partai yang berpaham kebangsaan semakin diterima seluruh lapisan dan golongan masyarakat," tandasnya. (berita: news.detik.com) Akhirnya (walau sejak dulu sudah mulai terkikis), eksklusifitas PKB sebagai partainya kaum Nahdiyin dirontokkan dengan sengaja. Dengan sengaja mengundang ideologi kepentingan ekonomi, eksklusifitas PKB dijual murah meriah. Kini PKB berubah menjadi partai pasar. Ideologi dasar ke-Islaman nasionalis nampaknya akan berhenti pada ideologi pasar (atau bahkan pasaran?). Ataukah ini akibat survei-survei yang menyatakan partai Islam akan jatuh elektabilitasnya? Sepertinya memang sedang terjadi. Partai-partai (berkedok atau berkesan) Islam di Indonesia mengalami kejatuhan citra. PKB nampaknya aware akan hasil survei ini. Dan dengan sigap, bergeser haluan. Dengan mengorbankan ideologi dasarnya. Karena secara kedok, PKB mungkin masih berlandaskan agama. Pada akhirnya, ambisi Cak Imin yang terlihat sangat ngotot bakal membuat PKB gagal take-off. PKB akan tersungkur dan mandeg. Dengan menggadang Rhoma sebagai Capres, dan merekrut bos Lion Air Rusdi Kirana, terlihat sekali kebutuhan ekonomi untuk menjalankan semua rencana. Pencapresan Rhoma tentunya mahar yang diberikan ke PKB tentunya tidak sedikit. Saya tidak tahu berapa, karena deal-deal itu semua dibalik layar. Begitupun dengan pengkarbitan Rusdi menjadi Waketum PKB, tentunya mahar yang diberikan ke PKB ada di belakang layar. Bukan karena prestasi yang membuat Rusdi didaulat Waketum. Ataupun track-recordnya dalam dunia politik. Apalagi secara spesifik membela kaum Nahdiyin, pendaulatan Rusdi sudah sangat kentara motifnya. Motif ekonomi. Salam, Solo, 12 Desember 2014 09:33 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H