Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa Dengan Fadli (Su'u)Zon?

17 April 2014   05:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="(ilustrasi: makeameme.org)"][/caption] Entah apa salah subjek yang dimaksud dalam puisi 'Raisopopo' Fadli Zon. Sehingga menganggap si 'subjek' yang dituju tidak bisa apa-apa. Seolah-olah ia adalah boneka dari sang dalang. Sang dalang penguasa yang bebas menggerakkan wayangnnya. Seolah-olah si 'subjek' tadi memberikan harapan palsu semata. Seolah-olah si 'subjek' dalam puisi Fadli Zon adalah tokoh yang lemah dan tak punya daya usaha. Lebih spesifik lagi, si 'subjek' diceritakan dalam puisinya 'berjalan dari gang hingga comberan'. Sebuah maksud yang semaki jelas siapa si 'subjek'. Entah salah apa si 'subjek' yang berjalan dari gang hingga comberan. Toh itu untuk melihat dan merasakan derita rakyatnya. Toh itu adalah jalan dari istilah 'merakyat' yang selalu diumbar politisi semacam Fadli Zon. Pernah tidak ia ke comberan dan gorong-gorong meliha kerja nyata pembangunan. Semua demi rakyat, bukan diri si 'subjek'. Lalu Fadli Zon menohok secara spesifik si 'subjek' dengan menulis 'kadang menumpang bus karatan, di antara bus dan kemacetan. Memang salah si 'subjek' berada dalam bus karatan. Toh yang mendatangkan bus karatan itu bukan dirinya. Ada 'oknum' nakal yang terlibat. Dan tentunya berbau korupsi. Mungkin Fadli Zon tidak mengikuti berita. Dan hanya bisa berburuk sangka ini semua ulah si 'subjek'. Dan, mana ada orang yang mau susah-susah berada di tengah kemacetan dan banjir, apalagi pejabat. Mending pilih tidur dan tunggu reda banjir, baru datang ke lokasi. Macet tidak ada dalam kamus pejabat. Pilih menenteng voor-rijder dengan sirene yang berteriak-teriak. Memaksa semua orang minggir dari jalan bikinan sang pejabat. Mimpi. Puisi Fadli Zon 'Raisopopo' lebih serupa potret idealisme kemunafikan dirinya sendiri. Bukan si 'subjek'. Si 'subjek' yang seolah dianggap tidak baik dan tidak bisa apa-apa di hadapan Fadli Zon. Seolah si 'subjek' pernah menyakiti dirinya atau membahayakan keluarganya. Kenapa ia harus berburuk sangka pada si 'subjek'. Mungkin lebih baik kita ganti nama Fadli Zon menjadi Fadli (Su'u)Zon.. Capede.. Salam, Solo, 16 April 2014 10:13 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun