Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duet Maut ARB-SBY Sudah Diramalkan Sebelumnya

6 Mei 2014   18:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="(ilustrasi: pambazuka.org)"][/caption] Aburizal Bakrie sepertinya hendak percaya 'ramalan' elit Golkar pra-Pemilu. Tepatnya pada bulan Desember 2013 lalu, segelintir elit Golkar (pro-ARB) menyelentingkan duet maut ARB-SBY. Duet maut yang kembali memunculkan tokoh quo, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di gelaran Pilpres nanti seolah menjadi nyata. ARB yang tidak juga menéken kontrak hitam diatas putih untuk menjadi Cawapres Prabowo, seolah menguatkan wacana ARB-SBY. Dan gembar-gembor koalisi Gerindra-Golkar hanya menjadi romansa temu kangen Prabowo-ARB saja. Seperti dikutip tribunnews.com (04/12/2013), Bambang Soesatyo meyakini akan banyak partai dan calon presiden yang melamar SBY untuk menjadi pendamping di Pemilu 2014. "Termasuk Partai Golkar. Jika Pasangan ARB-SBY dapat diwujudkan, saya memprediksi Partai Demokrat akan diuntungkan," kata Anggota Komisi III DPR itu. Dan ia menjelaskan elektabilitas partai Demokrat akan ikut melesat mengikuti Partai Golkar bila berduet di Pemilu 2014. (berita: tribunnews.com). Dan selengkapnya pernah saya bahas dalam artikel saya Desember lalu "Menanti Duet 'Maut' ARB-SBY di Pilpres 2014" Dan sesumbar Fadli Zon dengan statement bahwa pertemuan Prabowo-ARB sudah menunjukkan perkembangan. Namun adanya, hanya selentingan informasi tentang koalisi yangg terjalin. Bahkan ARB sendiri bilang secara diplomatis bahwa sowan-nya ARB ke tempat Prabowo hanya untuk kebaikan bersama. Dan belumlah clear dan jelas kuning diatas putih-merah atau putih-merah diatas kuning (warna parpol). Dan publik pun masih menunggu kejelasannya.

"Sebagai pemimpin kita harus mau mengesampingkan harapan dan kepentingan pribadi demi kepentingan bangsa dan tujuan bersama. Bagi Partai Golkar menang pemilu bukan untuk mendapatkan kekuasaan semata-mata. Yang harus menang adalah masyarakat dan bangsa," kata Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat ditanya wartawan. (seperti dikutip tribunnews.com di id.berita.yahoo.com)

Ramalan Ini Tersingkap Diantara Remang-Remang Dan benar adanya 'ramalan' elit Golkar Bambang Soesatyo jika Demokrat akan 'diuntungkan' jika berkoalisi dengan Golkar. Lihat saja perolehan partai Demokrat yang jeblok pada Pileg. Dalam berbagai quick count LSI misalnya, Demokrat hanya mampu mencapai 9,72% suara. Sedang Golkar menempati urutan ke-3 dari hasil quick count LSI dengan mendapat kisaran 14% (berita di sini). Dan nampak, upaya Golkar dalam memenuhi Presidential Treshold akan menyertakan partai pimpinan (baca buatan) SBY ini untuk berkoalisi. Dan hasilnya, Demokrat akan diuntungkan. Dengan pula hasil Konvensi Partai Demokrat yang sengaja diulur-ulur oleh SBY. Pengejawantahan Capres - Cawapres seolah menunggu pinangan parpol lain. Dengan sejumlah tokoh mumpuni dalam Konvensi, seolah SBY takut mereka akan melibas citranya setelah lengser keprabon. Daripada lengser dengan warisan noktah yang tidak mengenakkan. Bisa saja SBY mencoba maju menjadi Cawapres ARB. Semua demi 'mengamankan' trah dinasti kekuasaan SBY di Demokrat dan pemerintah. Walau secara spontan belum ada tanda-tanda ARB mendekati SBY. Jika melihat konstelasi koalisi yang mulai 'darurat', bisa saja hal ini terjadi. Jika ARB sudah hitung-hitung untung rugi menjadi Cawapres ARB, dan melihat duet ini sebagai duet yang seksi, itu pun dari sudut pandang si pelaku. Sudut pandang publik tentu beragam. Dan yang mungkin akan umum adalah duet Prabowo-ARB adalah duet penuh noda masa lalu. Prabowo dengan dugaan pelanggaran HAM, dan ARB dengan noda lumpur Lapindo yang kian mengering dan mengotor. Dan sisi SBY pun, mantan Ketum Demokrat Anas Urbaningrum pernah mengusulkan SBY menjadi Cawapres. Anak haram partai Demokrat pimpinan SBY ini seolah hendak mematerialkan ramalan duet maut ARB-SBY. Entah karena wangsit atau sempat mendengar statement elit Golkar, Anas menjadi seolah rindu pada SBY ucap Soetan Bhatoegana (berita di sini). Walau secara implisit seolah Anas mengolok-olok SBY. Dan SBY sendiri seolah ogah menanggapi pen-cawapresannya. SBY pun membuat statement menolak Cawapres (berita di sini) Bagaimanapun, entah ramalan ini benar adanya saat Pilpres nanti juga masih remang-remang. Ia terhalang berita koalisi Prabowo-ARB. Begitupun dengan penolakan SBY menjadi Cawapres. Dan saat ini darurat koalisi menghinggapi parpol. Dulu mungkin mereka bisa bilang 'sebaiknya' koalisi. Namun deadline Pilpres bisa saja menjadikan mereka 'pokoknya' koalisi. Salam, Solo, 06 April 2014 11:18 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun