Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahfud vs Khofifah: Adu Kuat Suara NU di Pilpres 2014

21 Mei 2014   21:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: pagarnusaciklenteng.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="423" caption="(ilustrasi: pagarnusaciklenteng.blogspot.com)"][/caption] Nampaknya akan terjadi benturan ala NU di Pilpres 2014. Mahfud M.D (MMD) yang secara mendadak menyatakan diri menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, seperti sudah dibaca Jokowi. Pernah dekat dengan Jokowi, nampaknya Mahfud tidak ingin terlibat jauh dengan Jokowi yang kini menggandeng Jusuf Kalla, JK. Jokowi seolah telah melihat gelagat MMD, sehingga menggandeng Khofifah I.P (KIP). Baik MMD atau KIP yang memiliki akar kuat, baik kultur maupun pendukung di NU. Kini terjadi perpecahan yang kian nyata pada NU. PKB ala Cak Imin sepertinya tidak akan berpengaruh banyak untuk Jokowi-JK. Semua karena pragmatisnya nahkoda Cak Imin dengan PKB. Saya sebenarnya menyayangkan MMD yang lebih memilih ke barisan Prabowo-Hatta (P-H). Banyak sudah kontribusi MMD untuk negara ini. Dipandang sebagai 'jelmaan' almarhum kyai besar NU, Abdurrahman Wahid, MMD tetap dipandang penting pula di PKB. Sebagai penggerak jamaah pesantren, MMD dikenal dekat dan sering blusukan ke pesantren. Dan, karena kuat dan sami'na wa ato'na Nahdiyin kepada kyai, sosok MMD pun disegani mereka. Dan raihan suara PKB yang lumayan, juga merupakan hasil perjuangan MMD. Apalagi pernah dideklarasi pula menjadi Capres dari PKB ala Cak Imin. Artikel saya terkait, Mahfud MD; Menggalang Suara NU, Menghadang Ambisi Cak Imin. Dengan MMD berpihak ke Prabowo-Hatta (P-H), kiranya bisa memberi sekadar push untuk Nahdiyin memilih mereka. Dan seolah-olah MMD pun menjadi vote getter untuk P-H. Namun dengan konsekuensi hitam diatas putih dari P-H sendiri belum diketahui. Mungkinkah P-H menawari jabatan atau posisi tertentu untuk MMD setelah P-H menang? Atau mungkin malah MMD melakukannya dengan sukarela? Atau malah P-H menghiba MMD untuk menjadi Ketua Tim Pemenangan? Motif dibalik keberpihakan MMD mungkin masih samar bagi publik. Namun saya yakin banyak yang kecewa pada MMD.

"Saya kira dia (Mahfud MD) sadar sepenuhnya bahwa dirinya dijadikan vote getter di kalangan NU," ujar Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Burhanudin Muhtadi, saat dihubungi, Rabu (21/5/2014). (berita: indonesiasatu.kompas.com)

Lebih lagi, basis barisan P-H pun hampa akan tokoh Nahdiyin. Seolah tidak mau kalah dengan kubu Jokowi-JK (J-JK), P-H mencoba merekrut MMD. Kaum Nahdiyin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, adalah realitas suara yang banyak untuk P-H. Prinsip manut kyai (sami'na wa a'tona) juga realitis buat kubu P-H. Dan ini tidak nampak pada tokoh Muhammadiyah, Hatta Rajasa. Kaum Muhammadiyah lebih pluralis dan lebih kritis dalam hal manut pimpinan. Apalagi pernyataan Din Syamsuddin yang menyatakan Muhammadiyah akan bersifat netral dalam Pilpres 2014. Sehingga pasangan P-H seperti dilemahkan sebelum berperang.

"PAN bukan Muhammadiyah, Muhammadiyah bukan PAN. Hatta Rajasa bukan calon Muhammadiyah. Muhammadiyah tidak punya hak mencalonkan calon presiden (capres) maupun wakil presiden (wapres)," tandas Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Jakarta, Kamis (15/5/2014). (berita: news.metronews.com)

Sebagai ketua PP Muslimat NU, KIP tumbuh, besar dan berkontribusi untuk Nahdiyin.Dan kubu J-JK, jauh sebelum MMD berpihak kubu P-H sudah sowan dan memberi amanah untuk Khofifah I.P (KIP). KIP dijawantah menjadi Juru Bicara Jokowi pada Pilpres ini. Dan lengkaplah sudah jikalau kubu Jokowi berwarna NU saat JK ditunjuk menjadi Cawapres. Seolah, kubu Jokowi-JK (J-JK) adalah NU itu sendiri. Karena secara kultural dan struktural JK merupakan kader NU tulen. Walau pernah bergabung dengan Golkar, JK secara kultur dibesarkan di lingkungan Nahdiyin.

Khofifah menjelaskan, duet Jokowi-JK telah sangat komplet dan mewakili warga Nahdliyin. Jokowi dikenal dekat dengan rakyat dan JK memiliki kedekatan secara historis dengan kalangan NU.

Juru Bicara Jokowi itu melanjutkan, ketokohan JK di benak warga NU tak dapat terbantahkan. Selain lekat dengan Mustasyar NU, secara historis, keluarga JK juga menjadi tokoh NU di Sulawesi. (berita: indonesiasatu.kompas.com)

Belum lagi saat PKB ala Cak Imin bergabung dalam koalisi. Yang menjadikan (mantan) Capres jagoan Cak Imin sakit hati dan mencoba beralih kubu, Rhoma Irama. Dan dengan puluhan juta fans, Rhoma nampak sesumbar untuk memenangkan P-H. Dan jatuhnya, Rhoma malah tidak berani menggugat Cak Imin atas semua kebohongannya. Kini Rhoma malah tidak ingin Jokowi menjadi Presiden. Dan sinyalemen Rhoma membiarkan fans beratnya untuk tidak memilih Jokowi semakin kentara. Tengok artikel saya berikut, Ga Berani sama Cak Imin, Sinyalemen Rhoma Tolak Jokowi! . Dan Nahdiyin sepertinya akan ditimpa prahara kegalauan. Akan berfihak ke kubu P-H dengan manut kepada MMD atau ke kubu J-JK dengan manut kepada KIP? MMD sebagai tokoh kontributif untuk NU. Pernah menjabat mentri dan terakhir Ketua MK, MMD adalah tokoh besar NU. Ataukah KIP sebagai mulismat dari NU yang sempat bersaing pada Pilgub Jatim lalu dengan Sukarwo. Dan pernah pula menjabat mentri Pemberdayaan Wanita. Dan kedua tokoh besar NU ini, sama-sama berkiprah banyak pada masa Gus Dur. Bijak-bijaknya baik kubu P-H atau J-JK untuk tidak membenturkan Nahdiyin secara internal demi kepentingan politik dalam Pilpres 2014. Salam, Solo 21 Mei 2014 02:00 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun