Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tertib di Jalan Itu Mudah & Sederhana, Kenapa Dibuat Susah?

18 Agustus 2014   21:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:13 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="(ilustrasi: redorbit.com)"][/caption] Tertib di jalan raya saat berkendara itu mudah dan sederhana. Kadang atau bahkan sering sekali dibuat sulit. Tidak hanya membuat susah diri sendiri. Imbasnya bisa ke orang lain. Dan seperti sudah menjadi 'bawaan' jika sudah di jalan raya. Bahwa pengendara lain seumpama musuh. Entah mereka yang tertib atau tidak tertib, semua dipukul rata. Terutama mindset ini dimiliki dan dijalani oleh para langganan pelanggar. Mulai dari menerobos lampu merah, berjalan melawan arus jalan, sampai tidak memakai alat keselamatan berkendara. Semua demi satu alasan naif, semua ingin mengejar waktu. Menerobos lampu merah, lebih sulit dari yang Anda kira. Pertama, Anda harus berada di urutan terdepan. Jika bisa, tepat berada dibelakan garis zebra cross. Kalau agak dibelakang, Anda harus mampu nyelap-nyelip dengan lihai untuk pengendara motor. Jika menggunakan mobil ambil jalur kiri, lalu klakson berkali-kali semua pengendara di depan. Jika sudah siap menerobos, jangan lupa tengok pos polisi. Jika kosong, injak pedal rem atau tarik gas motor. Tidak perlu waspada pengendara lain berlawanan arah. Pencet klakson berkali, pasti mereka minggir. Lalu pasang muka marah atau polos. Jangan cengar-cengir, atau Anda digertak atau dibentak pengendara lain. Betapa sulitnya menerobos lampu merah. Dibuat sederhana saja seperti ini. Injak rem perlahan saat lampu lalin sudah kuning. Berhenti ketika lampu merah berpendar. Lihat timer lalin jika ada. Paling lama 90-120 detik. Ya cuma detik. Bukan menit. Coba bandingkan dengan saat Anda belanja atau bermain video game. Sepele benar waktu 90-120 detik. Nonton film favorit di XXI 2 jam 30 menit saja, terasa sebentar. Sungguh mudah dan sederhana menghabiskan 90-120 detik dari 86.400 detik dala satu hari. Anda mungkin beruntung menerobos 2-3 lampu merah hari ini. Entah esok hari? Melawan arus jalan untuk menyebrang jalan atau berputar itu sulit dan rumit. Pertama Anda harus mengambil sisi kanan jalan saat hendak melawan arus jalan. Hal ini mengambil hak pengendara yang hendak belok kiri. Pengendara motor mungkin bisa menyingkir. Pengendara mobil harus ekstra muka tembok jika dimarahi. Lalu mulai mlipir (mingir-minggir) berjalan di bahu jalan, melawan arus. Harus tengak-tengok spion atau belakang untuk melihat jalur aman untuk menyebrang. Sekaligus, waspada melihat arah depan. Jika ada kendaraan yang hendak menabrak head-to-head. Jangan hiraukan klakson atau cemoohan pengendara lain yang sesuai arus jalan. Jalan dan mencoba menyebrang saja. Urusan celaka, selama hati-hati bisa dihindari. Sungguh betapa sulit menyebrang saja pakai melawan arus. Caranya sangat mudah dan sederhana. Cukup seperti ini. Pertama, berhenti tepat di posisi jalan di tengah tepat didepan jalan yang lalu-lalang. Jangan tongolkan terlalu jauh bagian depan mobil atau ban motor Anda. Tunggu waktu dan suasana tepat untuk menyebrang jalan atau berbelok. Tengok kanan-kiri dan selalu siap untuk menginjak pedal gas atau menarik gas motor. Lalu, menyebrang atau berbelok perlahan dan pasti. Semudah itu. Anda mungkin beruntung menyebrang dengan cara yang lebih sulit. Entah esok hari? Tidak sabaran dan tidak tertib adalah penyakit umum di jalan raya. Jika Anda tidak sabar, tidak usah memiliki kendaraan. Naik saja angkot atau bis umum. Jika naik motor saja tidak sabar, tidak usah punya mobil. Jika Anda fikir macet adalah karena pengendara lain. Sadarlah, dalam macet juga Anda bersumbangsih. Lihat saja panjang mobil Anda. Atau gaya berkendara motor Anda. Jangan hanya salahkan pembangunan jalan yang minim. Saya yakin Anda tahu itu. Lalu kenapa masih membeli mobil lagi? Atau menambahkan satu kreditan motor di rumah? Sehafal apapun Anda pada jalan yang sering Anda lalui, yang utama adalah arus lalin. Karena tidak semua pengendara di jalan itu, hafal lubang atau bagian berbahaya jalan yang Anda hafal. Sebaik apapun kita berkendara, kalau tidak tertib apa guna. Di jalan raya, pengguna jalan bukan hanya Anda, tapi orang lain. Jalan raya bukan seperti sirkuit balap. Kemampuan kebut-kebutan bukan tempatnya di jalan umum. Sekeren, se-ngebut atau se-mahal apapun mobil atau motor Anda, sama kastanya di jalan raya. Dan, sungguh di jalan raya tidak usah mempersulit diri sendiri. Cukup patuhi rambu dan marka. Mudah saja. Dan kita semua faham itu. Mudahnya dan sederhananya berkendara, jangan Anda buat susah (sendiri). Salam, Solo 18 Agustus 2014 02:26 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun