Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Tidak Bisa Legowo, Setidaknya Jangan Menyusahkan Orang Lain

20 Agustus 2014   17:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:03 2654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="(ilustrasi: fralfonse.blogspot.com)"][/caption] Teruntuk Prabowo dan jajarannya yang berjejer menentang 'angkara murka' versi mereka. Kalau kalian atau Prabowo sendiri tidak bisa legowo, baiknya jangan menyusahkan orang lain. Masih banyak tugas atau kewajiban kita, mereka bahkan Anda sendiri untuk membangun bangsa ini. Hentikan bertindak seolah-olah Prabowo merasa benar sendiri. Sementara kebenaran yang mereka ungkap hambar nuansa kebenarannya. Kalau pihak koalisi Prabowo benar merasa dicurangi terstruktur, sistematis dan masif, buktikanlah. Sudah lelah, sudah jumud dan sudah cukup kami mendengar orasi provokatif Prabowo. Banyak sekali pihak aparat yang harus rela bercapek-capek menjaga sidang MK untuk pendukung pr-Prabowo. Apakah mereka benar adanya mendukung? Atau sekadar mencari sebungkus nasi dan amplop berisi uang. Pihak aparat pun saya kira bersikap sabar dan menahan diri. Mencoba profesional. Mereka bukan menghadapi dua massa yang bersebrangan. Para aparat lebih mencoba mencegah aksi anarkis pendukung Prabowo. Massa yang merasa kecewa lalu menghancurkan gedung MK. Merusak fasilitas publik, mengggangu lalin, atau bahkan menyerang aparat. Apa yang sebenarnya mereka menangkan dengan sikap anarkitis? Menunjukkan kuantitas dan mencoba membuat rusuh malah berdampak negatif. Jatuhlah citra Prabowo dan koalisinya. Aparat sudah lelah dan mungkin jengah dengan tingkah laku kalian.

"Jumlah 20.944 anggota kepolisian yang disiapkan ini belum termasuk dari personel TNI dan unsur lainnya. Hari ini, saya juga melakukan ekstra-pengamanan kontijensi (situasi yang tidak menentu) dan melakukan visual voice ke setiap polres dan polresta di wilayah Jawa Barat," kata Iriawan saat memimpin apel pasukan di Kompleks Pemkab di Cibinong, Bogor, Senin (18/8/2014). (berita: tribunnews.com)

Publik pun sudah pusing dan bosan melihat tingkah laku Prabowo beserta jajarannya. Mungkin tidak dengan mereka yang benar-benar teracuni pernyataan provokatif Prabowo. Karena semakin mereka mendengar dan membenarkan, semakin mereka merasa KPU dan bahkan negara ini curang. Merasa ada konspirasi menjatuhkan Prabowo dan koalisinya. Racun yang sudah akut dan menjalar. Merasuki akal sehat. Sementara yang melihat ini dengan kepala dingin dan netral. Tingkah polah Prabowo dan jajarannya memanaskan hati. Betapa lucu dagelan kubu Prabowo saat sidang MK. Betapa kubu Prabowo menabrak dan melabrak semua yang mereka anggap culas. Seperti babi hutan yang menerjang apapun yang berada di depannya. Apapun diterjang, selama menghalangi jalannya.

"Ada saksi yang sebenarnya dia tidak melihat atau mendengar secara langsung, tapi hanya katanya (dari pihak lain)," kata Komisioner KPU, Sigit Pamungkas, Jumat(8/8/2014).

Dalam persidangan hari ini, Sigit juga melihat ada saksi yang hanya memberikan keterangan berdasarkan informasi dari media massa saja, sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa saksi tersebut bukan pelaku langsung.

"Ya tentu kan nilainya berbeda dengan saksi yang melihat langsung. Sampai saat ini masih yakin (menang)," ucap Sigit.(berita: tribunnews.com)

Atau malah, Prabowo sendiri seharusnya sudah cukup susah dan sulit. Satu bulan lebih berkutat dengan menggugat dan berorasi provokatif. Mendengar tim koalisi yang menyebar berita bohong dan hanya menduga-duga. Mendengar 'nasihat' yang cenderung rapuh dan reaktif. Kubu Prabowo seolah mengahncurkan diri sendiri. Dan sifat Prabowo sendiri bak tiran otoriter menular pada tim-tim koalisnya. Kini Prabowo dengan fikir yang sudah keukeuh, menjadi orang yang tak kenal lelah. Tak kenal lelah membela kebenaran menurutnya. Sedang, koalisinya sendiri mulai rapuh dan mulai rontok satu persatu. Alih-alih lelah dan capek mendengar apa kata Prabowo. Atau menuruti kemauan Prabowo. Ada beberapa yang sudah mulai merapat ke kubu Jokowi. Semua demi mencari nafkah di ranah pemerintahan.

Politisi senior PDI Perjuangan Sidarto Danusubroto mengungkapkan, saat ini ada tiga partai politik pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang ingin bergabung ke koalisi Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pihaknya menyambut baik rencana itu untuk menambah kekuatan di parlemen.

"Ada dua sampai tiga partai yang merapat, kami memang butuh kekuatan di parlemen," ujar Sidarto di Jakarta, Senin (18/8).(berita: tribunnews.com)

Prabowo sendiri harusnya sudah lelah dan beralih merawat kudanya. Atau yang lebih berguna bagi nusa dan bangsa, membesarkan (kembali) Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI). Besarkan dan buktikan bahwa Prabowo mampu membuka 7 juta hektar lahan baru. Bekerja sama dengan pemerintah yang berkuasa nanti, bangun Indonesia. Buktikan kami bangsa mental pembantu bisa bangkit dengan bantuan Prabowo. Buktikan kami bisa jadi macan Asia sesuai slogan Anda. Let It Go Wo... Salam, Solo 20 Agustus 2014 10:26 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun