Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Enaknya Jadi Tas, Bisa Duduk

13 September 2014   07:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:49 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="340" caption="(Tas seharusnya dipangku saat duduk | ilustrasi; fortunedotcom.wordpress.com)"][/caption] Selesai melaksanakan sholat Jum'at saya bergegas menuju kantin kampus. Kantin yang biasa ramai dengan mahasiswa menjadi hal umum di jam makan siang. Namun yang tadi siang saya alami agak menyebalkan. Ketika saya sudah di dalam, ada beberapa bangku yang tidak diduduki. Bukan orang yang duduk di bangku, tetapi tas-tas. Saya coba mondar-mandir mencari tempat duduk. Karena saya lihat ada sela meja yang kosong. Namun, tidak ada bangku nganggur. Cuma yang 'kosong' sebenarnya bangku yang diduduki 'para' tas. Keselnya lagi, ternyata tidak ada seorang pun yang 'klik' fikirannya pada saya yang mondar-mandir mencari bangku. Tidak ada yang rela menyingkirkan tas yang 'sedang duduk'. Tidak rela jika tas sekadar dipangku atau diletakkan di bawah. Toh tas bisa dicuci atau tidak memenuhi pangkuan jika dipangku. Akhirnya, dengan sopan saya coba ucap permisi. Dan meminta satu tas yang duduk untuk bisa kembali pada pemilikinya. Bukan saya meminta pada tas yang mati dan tak tahu apa-apa. Tapi saya minta dengan sopan si empunya tas untuk mengambil tasnya. Dan saya mengambil tempat duduk untuk menikmati makan siang. Mana perut sudah lapar sangat waktu itu. Tas, Bukan Manusia Fenomena duduknya tas mungkin saya temui tidak di kantin kampus saja. Pernah beberapa kali di bengkel ketika saya menservis motor, ada beberapa tas yang ikut 'menunggu' bersama empunyanya di tempat duduk. Tidak dipangku tasnya, tapi khususon memiliki tempat duduk sendiri. Sedang mereka yang mau datang dan hendak duduk terpaksa muter-muter mencari bangku yang kosong. Dan dengan wajah acuh dan masa bodo, si empunya tas merasa 'tidak berdosa' tas miliknya duduk santai di bangku. Seolah, tasnya lebih berharga untuk duduk daripada orang yang baru datang dan hendak menunggu agar motornya diservis. Sebenarnya, sejak kapan fenomena tas memiliki tempat duduk saya tidak pernah tahu. Namun yang saya tahu sejak kecil, kalau bangku atau kursi itu berfungsi untuk duduknya seseorang. Bukan tas gendong atau tas jinjing yang sering saya lihat. Dan sejak kapan pula kebiasaan ini menyebar saya pun tidak tahu. Karena sepertinya fenomena, tas yang memiliki tempat duduk sendiri kian umum. Karena yang saya tahu, tidak ada bangku atau kursi yang diciptakan untuk 'diduduki' oleh tas. Minimnya 'Klik' Empunya Tas Klik empunya si tas juga minim, bahkan tidak ada sama sekali. Klik disini adalah membaca suasana yang ada. Jika suasana kosong atau sepi pengunjung, silakan saja jika bangku kosong diduduki tas. Dan juga memastikan tidak ada orang yang hendak menduduki tempat duduknya. Jika suasana berubah ramai dan banyak orang berdatangan. Ada baiknya si empunya tas langsung 'klik'. Untuk kemudian memangku tas dan menyilakan orang lain duduk disampingnya. Sehingga, si empunya tas dicap sebagai orang baik dan sopan. Dan tentunya dapat memahami sikon dengan baik. Jika ada seseorang sengaja mendudukan tasnya di bangku atau kursi, ia adalah orang acuh dan sombong. Acuh jika ada orang yang malah mondar-mandir mencari tempat duduk. Atau rela berdiri karena acuh atau cueknya si empunya tas untuk menyingkirkan tasnya dari tempat duduk. Bisa disebut sombong pula, karena jika ada orang yang duduk disamping tasnya, ada jarak yang harus dipatuhi. Seolah-olah jarak antar bangku atau kursi tidak cukup. Maka ditambahkan tas untuk memperlebar jarak. Sehingga menjamin tidak ada orang yang terlalu dekat dengannya. Ruang privasi di tempat umum, seperti di ruang tunggu dengan bangku atau kursi berjejer memang minim. Duduk berjejer menunggu sudah sepatutnya duduk dengan sopan dengan orang asing sekalipun. Dan entah berhadapan atau berdampingan, di ruang umum tempat duduk sangatlah penting. Karena tidak ada orang yang ingin menunggu dengan berdiri. Karena sudah pasti melelahkan. Karena fungsi tempat duduk memang untuk diduduki orang. Bukan tas. Salam, Solo, 13 September 2014 12:23 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun