[caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="(ilustrasi: catherinelockwoodmft.com)"][/caption]
Pagi mulai menampakkan sinar terangnya. Tapi tidak di kamarku, semuanya tetap gelap. Sejak cermin besar itu menempel di dinding kamarku. Sejak saat itu pula ada suara teriakan saat matahari masuk ke kamarku. Dan malamnya, aku seperti tercabik. Tidak cuma dalam mimpi. Tapi di dunia nyata pula.
- - o - -
Sejak kecil Hana teman baikku selalu takut melihat tali. Waktu SD kelas 6 Hana selalu tidak bisa tidur. Karena setiap malam, ada pocong yang meminta talinya dilepas. Menurut Hana, ia sudah melepasnya beberapa kali. Tapi selalu menemui tali yang lain. Dan kini, Hana meminta tali pocongnya dilepas. Tepat di tempat tidurku.
- - o - -
Berjejer keluarga yang datang pada upacara kremasi Koh Aseng sore ini. Raut kesedihan tergambar jelas di wajah mereka. Mungkin sedih mereka bisa tambah berduka. Saat tahu Koh Aseng terbangun tepat saat petinya memasuki tungku incenerator. Serangan jantung sempat membuatnya mati suri selama 1 hari. Andai saja keluarganya mendengar teriakannya di dalam tungku itu.
- - o - -
Sudah beberapa hari adikku diam. Tatapannya kosong. Dan hampir setiap malam duduk di lantai di pojok ruang tamu. Memegangi dan memandangi lantai ruang tamu rumah baru kami. Kabarnya, tepat dibawah lantai itu ada kerangka seorang wanita yang dikubur hidup-hidup suaminya.
- - o - -
Beranikah dirimu? Melihat keluar jendela di depan kamar. Pandangi pojok-pojok gelap halaman rumahmu. Amati setiap gelapnya. Yakinkan tidak ada wajah yang menyeruak dan muncul tepat di depan kaca jendelamu.
- - o - -