[caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="(ilustrasi: quickmeme.com)"][/caption] Melihat beberapa keluh kesah mahasiswa di linimasa Twitter dan BBM, mengeluhkan tugasnya yang wajib ditulis tangan. Rata-rata mereka mengeluh kenapa harus ditulis tangan untuk tugasnya. Sudah bisa mengetik di laptop atau PC lalu di print-out kok ya masih ada dosen yang meminta tugas ditulis tangan. Ada yang malas menulis karena tulisan tangan mereka mirip ceker bebek. Ada pula yang malas karena menulis tugas dalam beberapa folio bergaris. Tapi apaun keluhan mahasiswa. Mau tidak mau, suka tidak suka tugas harus dikerjakan. Walau hati ngedumel dan tangan pegel, tugas tetap menjadi masuk dalam penilaian keseluruhan. Masih jaman tidak sih menulis tangan untuk tugas? Apalagi pada level seperti mahasiswa yang dianggap tinggi. Karena pada tingkat inilah, efisiensi dalam pengerjaan tugas, dan penguasaan word-processing dikembangkan lebih lanjut. Malu jika sudah kuliah belum bisa menulis dan memformat tulisan dengan Microsoft Word misalnya. Membuat format tabel, formula, dan command di Excel untuk hitungan. Atau mengutak-atik interface, animasi, pemilihan font dan warna di PowerPoint. Dan mahasiswa akan katrok bila tidak bisa mencari referensi valid di Internet. Kalau tidak faham Google dan keyword pencarian buku, pengarang, teori, dll. Malu menyandang status mahasiswa jika tidak faham hal demikian. Lalu, buat apa dosen meminta mahasiswa menulis tangan tugasnya? Sebuah pertanyaan yang kadang banyak mahasiswa telan mentah-mentah. Banyak mahasiswa yang mengganggap hal ini jadul banget. Menulis tangan PR atau tugas itu pas jaman SD atau SMP dulu pernah dikerjakan. Kok di tingkat mahasiswa masih diminta menulis tangan? Ada pula mahasiswa canggung menulisan tangan untuk tugasnya. Karena tulisan tangannya jelek. Hanya belajar menulis sambung dan rapih saat SD dulu, puluhan tahun lalu. Karena sudah terbiasa dengan keyboard atau touch screen QWERTY, tidak dilatih lagi menulis tangan. Jatuhnya, tulisannya tidak bisa terbaca. Â Atau mahasiswa malas menulis terlalu banyak. Apalagi harus berlembar-lembar tugasnya menulis. Memaknai Menulis Tugas Dengan Tangan Dengan Bijak Ada kok manfaat menulis tugas dengan tangan. Baik dari sisi dosen sendiri maupun untuk mahasiswa. Saya pun beberapa kali meminta mahasiswa menulis tugasnya dengan tangan. Namun tidak terus-terusan menulis dengan tangan. Ada pengalaman belajar yang harus mahasiswa lewati dan pelajari dengan semua tugas yang diberikan. Lagi pula, agar tugas berwarna, tidak melulu satu metode mengerjakan tugas. Dan berikut sedikit saya bantu menjabarkan mengapa perlu menulis tugas juga dengan tangan. Pertama, untuk dosen mengerjakan dengan menjamin tidak terjadi copas secara masif. Bayangkan dengan tugas-tugas mahasiswa yang diberikan secara print-out dengan sumber internet. Yang banyak saya jumpai, mereka meng-copas secara masif apa yang ada di satu website. Kadang tanpa menyertakan sumber websitenya. Tugas mengarang bahasa Inggris misalnya, yang sering terjadi copas masif ini. Ketika saya search satu kalimat dari karangan yang mereka buat, muncullah beberapa website. Tentunya dengan Kalau mereka menuliskan semua yang di halaman website tentu melelahkan.Bahkan, mahasiswa bisa lulus hanya dengan mbah Google lho. Lihat tulisan saya, Sampai Lulus, Mahasiswa Hanya Butuh Hanya Butuh Google Kok. Kedua, dalam kesehatan menulis dengan tangan juga baik untuk mahasiswa. Karena di dalam otak ada bagian yang disebut Reticular Activating System (RAS). Dan RAS ini berfungsi sebagai filter dari semua yang harus dilakukan tubuh. Sehingga otak akan lebih bisa berfokus pada satu kegiatan saja, yaitu saat menulis tangan. Membuat kita bisa lebih berkonsentrasi. Dan dengan lebih banyak menulis, membuat kita tidak pikun seiring kita menua. Menulis tangan membuat otak mengingat memori lebih lama. Manfaat ini tentunya akan bermanfaat banyak ketika kita sering menulis dengan tangan. Dan salah satunya, untuk mahasiswa adalah menulis tugas dengan tangan. (sumber: mentalfloss.com) Tidak ada dosen yang hendak 'menyiksa' mahasiswanya dengan memberikan tugas dengan menulis tangan. Dan respon secara positif tugas yang diberikan dosen. Jangan lihat bebannya, tapi nikmati prosesnya. Saya pun dulu saat mahasiswa diberikan tugas dengan menulis tangan. Dan bukan berarti saya balas dendam sakarang. Tapi mencoba berbagi proses belajar itu. Menulis tangan adalah juga proses belajar yang mengayikkan. Tinggal kita saja bijak dalam memaknainya. Salam, Tangerang, 23 Desember 2014 11:04 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H