Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Project Manager for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Streaming Online 'The Interview', Memulai Awal Kematian Bioskop

30 Desember 2014   18:07 Diperbarui: 21 Mei 2019   08:20 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(The Intervie Movie Poster - ilustrasi: wpnr.org

Film rilisan Sony Pictures 'The Interview' (TI) yang sempat ragu untuk dirilis gegara ulah hackers, kini mendulang keuntungan dengan caranya yang unik. Film TI yang di AS pada hari Natal khusus ditayangkan pada hanya 331 bioskop juga sudah menuai keuntungan sekitar USD 2.8 juta. Dan dengan caranya yang unik pula, film TI ini sudah meraup untung sekitar USD 15 juta secara online. 

Dengan kata lain, movie-goers tidak perlu lagi menonton ke bioskop. Walau sudah gratis tersedia di Youtube, khusus mereka yang menggunakan kartu kredit AS dan Kanada dapat membeli film TI secara online. Sedangkan untuk menontonnya via life streaming di website berbayar Sony's Kernel, Anda cukup membayar USD 5,99. Pembayaran dapat dilakukan via Stripe. 

Ancaman para hackers untuk membocorkan film secara online. Agar pula film TI ini tidak mengundang banyak pemasukan dari penonton. Ternyata malah terjadi sebaliknya. Hackers yang sesumbar dikatakan berasal dari Korea Utara, ternyata belum juga dilihat dengan jelas motifnya. Bahkan, dugaan hackers yang diungkap pembesar Sony Corp. berasal dari Korut pun belum jelas kepastiannya. 

Korut pun membantah atas tuduhan sembrono yang ditujukan padanya. Walau film TI  menggambarkan pembunuhan diktator Korut, Kim Jong-Un, namun rupanya Korut tidak terlalu meributkan hal ini. Mereka malah tidak gentar pada tuduhan jika Korut yang melakukan hal ini. 

Let Freedom Reign a.k.a The Death of Cable TV and Movie 

Seorang manager dari Cinema Village, sebuah perusahaan film independen, berkata 'Let the freedom reign'. Atau dengan makna lain dapat dimaknai, kalau film TI ini menandakan matinya film dengan TV kabel, bahkan dengan bioskop. 

Hackers yang sudah dengan sengaja menyebar film TI secara viral di dunia maya, telah mendatangkan era baru. Sebuah era dimana permintaan akan film baru yang mungkin akan nangkring di Box Office, bisa dilihat secara online via streaming. Tidak perlu lagi berlanggangan TV kabel dan mungkin tidak perlu lagi beranjak dari rumah untuk pergi ke bioskop.

(Goodbye Cable TV Statistic by IS Group 2013 - ilustrasi: businessinsider.com)
(Goodbye Cable TV Statistic by IS Group 2013 - ilustrasi: businessinsider.com)
Sebuah penelitian ISI Group pada tahun 2013 di AS (figur atas) sendiri menyatakan bahwa pelanggan TV kabel menurun. Sedang permintaan untuk broadband internet semakin tinggi. Diperkirakan, 5 juta pelanggan TV kabel berpindah ke broadband dalam kurun 5 tahun terakhir. Dan pada akhir 2013 kemarin, sekitar 40 juta pelanggan TV kabel memili untuk hengkang dari berlangganan. Dan secara historis, pergeseran signifikan pelanggan TV kabel ini sangat merugikan provider TV kabel di AS. 

Upsurge of Global Mobile Video Traffic 2013 Statistic - ilustrasi: businessinsider.com
Upsurge of Global Mobile Video Traffic 2013 Statistic - ilustrasi: businessinsider.com
Seperti sudah diramalkan, film TI ini adalah gejolak awal pergeseran movie-goers ke media mobile-video. Merunut statistik Cisco pada tahun 2013, 40% traffic Youtube berasal dari hand-held gadget; smartphone dan tablet. Dan diramalkan, trend peningkatan akan terus naik sampai tahun 2017. 

Selain jumlah pelanggan TV kabel yang beralih ke broadband internet. Salah satu penyebab lain di US sendiri adalah jumlah rumah tangga yang semakin sedikit memiliki televisi atau TV. Dari segi makro-ekonomi, jumlah rumah tangga yang memiliki TV ini mempengaruhi prime-time TV viewer. 

Dengan sederhana, penonton acara TV berkurang, dan saat prime-time hours TV mereka lebih memilih menonton melalui mobile-streaming; gadget dan smartphone. Dan film TI ini pun memperkuat pergeseran era menonton film rilisan baru. Dari yang awalnya ke bioskop, penurunan jumlah movie-goers tahun mulai nampak. 

Pada tahun 2013, hasil statistik MPAA menunjukkan penurunan sekitar 15% dari para penonton bioskop usia 12-24 tahun. Dari hasil statistik yang sama dengan variabel yang berbeda, penurunan ini disebabkan karena para movie-goers ini beralih ke mobile streaming. Sekitar 74% dari mereka setidaknya memiliki 4 gadget. Namun setidaknya, mulai tahun 2012, MPAA sudah juga melihat peningkatan penonton bioskop dari usia 2-11 tahun. Terjadi peningkatan sekitar 54% sampai tahun 2013 untuk usia ini. 

Illegal Downloading (Streaming) and Indonesian Viewers 

Banyak orang mungkin sudah melihat film TI secara online dan gratis pula. Namun di US sendiri, mereka yang sudah menonton pun seolah tidak pernah melihat film TI saat mereka menontonnya di bioskop. Ada sebuah perasaan, 'civil duty' alias tugas warga negara untuk menonton film TI ini di bioskop. 

Karena mungkin secara ideologis AS dan Korut yang sudah bertentangan sejak lama. Dan seperti kebiasaan orang-orang Barat untuk mengapresiasi hasil karya seni. Mereka memilih membayar untuk menontonnya, walau via-streaming. Dan walau mungkin sudah banyak download bootleg (illegal) film-film Box Office terbaru di internet. 

Beberapa fakta statistik dan penelitain pun menunjukkan jumlah yang spektakuler. Menurut statistik La Coalicion, 1 dari 2 pengguna internet di Spanyol telah dengan sengaja mengunduh film secara ilegal. Torrent Freaks mencatat, download illegal dari streaming perdana Game of Throne season IV tersedia hanya dalam setengah hari saja. 

Menurut laporan US Chamber of Commerce tahun 2011, ada sekitar 146 juta visit (klik) pada 43 situs download illegal hanya dalam satu hari saja. Dan di Indonesia sendiri, tidak perlu dipertanyakan. DVD ilegal dari film rilisan baru sudah bisa dibeli di lapak-lapak di pinggir jalan. Pihak berwenang nampaknya tidak perduli. 

Pada akhirnya, kitalah yang dengan bijak menyikapi kebocoran film TI ini. Seolah terbaca publik, ada agenda tersendiri atas kebocoran film TI ini? Hackers yang menyebut diri mereka Lizard Squad jangan-jangan hanya rekayasa tim marketing dari Sony? Walau belum secara pasti Korut terlibat hal ini, meng-hack inilah cara unik marketing film TI itu sendiri. 

Tema film TI yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco menyoal rencana pembunuhan diktator Korut. Sehingga secara ideologis, hal ini menyulut patriotisme warga AS tentunya. Dengan hanya 4 hari via streaming-online dan bioskop khusus, film TI dapat meraup untung USD 18 juta. Fim TI ini menandakan kebangkitan film non-kabel TV dan kematian bioskop. Mungkinkah kita melihat kematian bioskop nantinya? 

Referensi: businessinsider.com | globalpost.com | theguardian.com | theindependent.ie | variety.com 

Salam, 

Jakarta Selatan, 30 Desember 2014 

11:04 am

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun