Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wisuda, Momen Berbahagia dan Bersiaga

30 Januari 2015   21:06 Diperbarui: 17 Maret 2016   10:34 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: vocfm.co.za)

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="(ilustrasi: vocfm.co.za)"][/caption]

Mengikuti momentum wisuda memang memiliki kesan tersendiri. Menyaksikan mahasiswa yang dahulu dengan wajah polos dan lugunya masuk kelas. Mencoba memahami apa itu kuliah dan mata kuliah. Lalu menyaksikan mereka hilir mudik di kampus. Berinteraksi dengan saya atau teman-teman mahasiswanya. Wajah yang hampir tiap semester terus bertambah dewasa menghadapi kuliah. Kemauan dan niat kuliah yang kembang-kempis seperti sebuah keniscayaan. Dan kini, mereka berdiri dengan pakaian yang rapih dan mentereng hendak di wisuda. Ada kegembiraan dan keharuan saya menjadi bagian yang melengkapi kebahagiaan mereka diwisuda.

Ada pun doa dan harapan yang terucap sunyi dalam hati untuk kesuksesan mereka. Wajah-wajah bersuka cita mendapati akhir studi mereka tentu menjadi momen yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Berdandan dengan cantik dan berpakaian dengan sangat rapih para wisudawan menjadi hal yang umum ditemui. Belum lagi mengabadikan momen wisuda bersama teman, kerabat, keluarga dan calon pasangan juga menjadi 'ritual' tersendiri. Orangtua mahasiswa pun juga mengucap kesyukuran dengan anaknya sudah lulus S1. Menghadiri dan turut berfoto bersama wisudawan juga hal yang tidak terlewatkan. Dimana foto-foto dengan toga ini nanti akan hadir di tembok rumah atau album. Menjadi sebuah momen berbagi kebahagiaan dan kesyukuran baik dari wisudawan atau orang-orang dekatnya.

Bersiaga, Menyambut Karir Tentunya, dosen atau guru sekalipun bangga menyaksikan mahasiswa atau siswanya lulus dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dan dalam wisuda, mahasiswa tentunya bisa melanjutkan karirnya ke dua bidang. Pertama, melanjutkan studi ke S2. Bagi mahasiswa yang benar-benar cinta ilmu, melanjutkan S2 tentunya menjadi prioritas utama. Membekalli diri dengan ilmu yang lebih dari cukup. Untuk kemudian melanjutkan karir sebagai guru, dosen bahkan peneliti. Dan tetap yakin bahwa ada karir yang baik untuk mereka setelah lulus S2 bahkan S3. Jika ilmunya sudah menjadi spesialisasi, tentunya ada bidang atau industri yang membutuhkan ilmunya. Sebuah hal yang harus tetap menjadi keyakinan para pelanjut studi S2.

Kedua, wisudawan tentunya bisa menjajal langsung dunia kerja. Menerapkan ilmu dan pengalaman selama kuliah di dunia kerja. Walau mungkin bidang pekerjaan mereka bisa saja berbeda dengan spesialisasi kesarjaanaan yang dipunyai. Pengalaman kuliah dengan segala tekanan saat tugas tentunya bisa menjadi pelajaran berarti. Betapa di dunia kerja tekanan (pressure) untuk menyelesaikan satu pekerjaan pun ada, bahkan banyak. Juga pengalaman menjalin komunikasi dan birokrasi saat kuliah. Baik komunikasi akademik dengan dosen. Atau memahami jalur birokrasi dan administrasi dengan Kaprodi, dan unit-unit lain kampus. Tentunya memberikan nilai bahwa komunikasi di dunia kerja pun harus dijalin dengan sabar dan konsisten. Dunia kerja bukanlah dunia yang semudah dunia kampus.

Bahkan wisuda adalah sejatinya awal perjuangan hidup untuk mahasiswa. Karena saat mereka lulus, ujian hidup baru saja datang. Ada tuntutan keluarga untuk wisudawan untuk bisa cepat bekerja. Belum lagi kerja yang diharapkan harus baik, bergaji lumayan. Atau setidaknya pantas untuk dipandang tetangga atau anggota keluarga lainnya. Mencari pekerjaan yang layak dan sesuai keinginan tidak semudah membalik telapak tangan. Kecuali, seseorang yang berasal dari keluarga pemilik perusahaan. Mencari kerja seperti mengorbankan idealisme dan menyerah pada realitas. Menjadi sarjana sudah umum dan banyak sekali di dunia kerja.

Namun menjadi sarjana dengan keahlian khusus dan memiliki life skill yang baik, ini yang dicari banyak bidang pekerjaan. Dan semuanya dilatih dan didapat saat di bangku kuliah, bahkan jauh sebelumnya. Proses yang lama dan melelahkan tentunya harus ditempuh. Berpangku tangan dan menyerahkan mencari pekerjaan kepada orangtua, membuat hidup tidak lebih berwarna. Lulusan yang mencari pekerjaan sendiri dari nol lalu menjadi sukses di bidangnya. Tentunya memiliki banyak cerita yang bisa diceritakan. Bahkan bisa menjadi motivasi tertentu untuk sebagian orang. Berbeda rasanya jika semua di-handle orangtua. Dan semua keputusan karir dan kehidupan semua menanti setelah mahasiswa wisuda. Sebuah pengharapan akan semua yang baik tentunya saya haturkan dengan tulus.

Tinggal lulusan nanti mau kemana. Kedewasaan dan kemandirian ditempa semaksimal mungkin. Mereka yang menyerah saat beranjak saat merea selesai diwisuda. Sulit rasanya menkmati kesuksesan di masa depan. Siapkanlah diri untuk segera bersiaga mempersiapkan mental dan kemampuan bersaing di dunia kerja. Berbahagialah, namun jangan terlalu terlarut dengan suka ria.

Happy graduation for all my students. Proud of you all :-)

Salam,

Solo, 30 Januari 2015

02:07 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun