Kakak menikah membuat saya gelisah.Â
Menikah di masa pandemi memang berat dan penuh perjuangan. Saya melihat sendiri bagaimana kakak stres karena terpaksa untuk menunda pernikahannya dengan segala persiapannya yang sudah matang. Â
Awalnya, pernikahan ditetapkan pada tanggal 25 Juli. Namun, harus ditunda karena kita tahu pada bulan Juli lalu Covid-19 sedang "tidak tahu diri". Angka positif sedang tinggi ditambah ada anggota keluarga besar diketahui terpapar tepat H-5 pernikahan.
Demi pernikahan membawa kebahagiaan bukan korban, diputuskan untuk ditunda.Â
Akhirnya, di tanggal 30 Oktober 2021, kakak saya resmi menerima sakramen pernikahan di depan Gereja, keluarga, saudara, dan tetangga. Dalam segala keterbatasan, pernikahan bisa berlangsung tanpa kekurangan apapun, semua bahagia.
Pernikahan menjadi lembaran hidup baru untuk kakak karena ia akan membangun sekaligus memimpin keluarga baru dan "meninggalkan" yang lama. Seperti yang tertulis pada injil Matius 19:5:
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebelum menikah, kakak menjadi tumpuan ekonomi keluarga bersama ibu sebab bapak sudah lama memutuskan untuk tidak bekerja.Â
Ketika kakak "meninggalkan" keluarga asalnya dan fokus dengan keluarga baru, siapa yang selanjutnya punya tanggung jawab besar merawat bapak dan ibu?Â
Ya, jawabannya adalah si bungsu alias saya sendiri.