Bisa, tapi ini harus melibatkan pihak mahasiswa, universitas, perusahaan, dan tentunya pemerintah.Â
Untuk mahasiswa, ada tiga hal yang bisa kalian lakukan:
- Tingkatkan kemampuan diri selama kuliah, bisa dengan mengikuti kegiatan kepanitiaan, organisasi, atau membuat portfolio diri kalian semenarik mungkin sehingga kalian tidak takut untuk menjadi selektif.
- Kenali dan teliti perusahaan yang kalian jadikan tempat magang sebaik mungkin. Pastikan juga perusahaannya memberikan kontrak atau bentuk kejelasan lainnya terkait deskripsi kerja, jam kerja, capaian kerja, dan reward yang kalian terima.
- Jangan takut, berani speak-up. Bila kalian takut dengan identitas kalian, lakukan secara anonim asalkan kalian punya bukti jelas dan siap menerima konsekuensi.
Untuk universitas dan pemerintah, punya tugas yang sama, yaitu ciptakan sistem whistleblower, lakukan pengawasan, dan berani melindungi.Â
Saya yakin dengan sistem whistleblower, mahasiswa akan berani untuk menyampaikan apa yang dialaminya selama magang.Â
Buat pengawasan, apakah mahasiswa magang diperlakukan dengan baik atau tidak oleh perusahaan. Universitas jangan hanya mengawasi absen kerjanya saja, tapi juga memastikan diperlakukan dengan baik mahasiswanya.Â
Begitupun dengan pemerintah, terapkan pengawasan terhadap penerapan undang-undang yang sudah dibuat untuk anak magang. Bila berjalan dengan baik bisa dilanjutkan dan ada yang janggal, bisa segera revisi. Jangan lupa untuk segera tindak tegas bila ada perusahaan yang "bandel".
Untuk perusahaan, terapkan transparansi terhadap anak magang. Jangan bekerja dulu baru dijelaskan tentang hak dan kewajiban serta seluk-beluk pekerjaannya, melainkan dijelaskan dulu baru bertanya apakah anak magang bersedia atau tidak.Â
Jangan anggap anak magang sebagai tenaga kerja murah melainkan tenaga kerja yang ingin belajar hal baru dan berkembang untuk meningkatkan kapasitas dirinya.
Sesuaikan kemampuan perusahaan dengan apa yang dilakukan oleh anak magang. Bila tidak mampu membayar, jangan terlalu memberikan tekanan. Sebab rasa lelah, lapar, dan haus akibat tekanan, tidak bisa dibayar oleh pengalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H