Met Gala tidak hanya menjadi ajang unjuk pakaian dan galang dana, namun juga ada pesan yang ingin disampaikan
Met Gala sebenarnya adalah singkatan dari Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute Gala.Â
Sebuah museum yang menyelenggarakan "malam ajang fesyen terbesar" dan penggalangan dana untuk museum tersebut.Â
Dihadiri oleh pesohor di bidang industri hiburan, desainer ternama, politikus, dan individu lainnya yang mempunyai "pengaruh" besar, khusunya di Amerika Serikat. Mereka datang karena dua pilihan:Â
- Pertama, diundang langsung oleh Anna Wintour, Editor in Chief dari majalah fesyen Vogue
- Kedua, brand memesan meja dalam Met Gala, namun tetap pada persetujuan Anna Wintour
Oleh karena itu, Met Gala pun juga dijadikan brand dan desainer untuk "unjuk karya" dengan harapan dapat berdampak pada pemakaian dan penjualan.
Vogue dan Met Gala memang sudah dekat sejak tahun 1963 yang pada saat itu pemimpin redaksinya adalah Diana Vreeland. Tak heran, hingga kepemimpinan Anna Wintour saat ini, Met Gala ada di tangan majalah Vogue.Â
Di tangan Vogue, Met Gala bukan hanya ajang untuk model, melainkan untuk publik figur, selebriti, dan tokoh-tokoh berpengaruh lainnya.
Met Gala memiliki tema yang tiap tahun berbeda, tahun ini temanya adalah “In America: A Lexicon of Fashion" dan dipilih untuk menghadirkan beragam identitas yang berkembang di Amerika Serikat melalui dunia fesyen.
Tak heran, sesuai dengan tema tersebut, tahun ini banyak pesan yang disampaikan dalam balutan pakaian. Sebab kita tahu, Amerika Serikat sendiri pun identik dengan "kebebasan berekspresi" dan identitas yang kompleks, bukan hanya identitas suku, agama, dan ras, bahkan sampai gender sekalipun.