Here we go, Mbappe!
Mbappe kembali ramai diperbincangkan akan menjadi bagian Los Galacticos Real Madrid setelah kedatangan Lionel Messi ke PSG. Benar, ini bukan pertama kali.Â
Tiga tahun lalu Mbappe juga dikabarkan akan segera berseragam putih. Tapi itu berakhir dengan halnya isu-isu simpang-siur pemain besar lainnya ke Real Madrid.Â
Coba tuliskan pemain bintang lalu tambahkan keyword "ke Real Madrid", pasti ada saja isunya.Â
Namun terlepas dari hal tersebut, Mbappe memang layak disebut sebagai pemain bintang di usianya yang masih terhitung wonderkid. Raihan piala, prestasi, maupun statistik pertandingan adalah buktinya.
Total Mbappe sudah membawa 12 piala untuk klub yang dibelanya dan 1 piala untuk negaranya, itupun Piala Dunia.Â
Prestasi diri, Mbappe menjadi pemain dengan raihan gol terbanyak atau topskor di liga sebanyak tiga kali dan menjadi pemain terbaik liga sebanyak dua kali.
Begitupun juga dengan statistik. Di usianya 22 tahun, Mbappe sudah bermain sebanyak 229 pertandingan untuk klub dan mencetak 158 gol dan 68 asis. Lepas dari klub, Mbappe juga sudah jadi andalan tim nasional Prancis, 48 pertandingan dan mencetak 39 gol dan 12 asis.
Dengan apa yang disebutkan di atas, Mbappe sudah sangat layak untuk menjadi tumpuan utama di Real Madrid.
Kedatangan Mbappe bisa dikatakan menjadi angin segar untuk Real Madrid, sebab kemampuan mencetak gol dan asis sama bagusnya.Â
Ini dibutuhkan Real Madrid, namun bukan berarti dirinya bisa dikatakan sebagai solusi utama dari dua permasalahan skuad Real Madrid.Â
1. Masalah "One-man show" dan Produktivitas Gol
Dalam urusan mencetak gol, bisa dibilang Real Madrid hanya bisa mengandalkan satu orang, Karim Benzema. No Benzema No Party.Â
Bila tim lain mempunyai trio atau duet maut, Real Madrid hanya Benzema yang bisa diandalkan.Â
Kedatangan Hazard justru menjadi sia-sia karena terus diliputi cedera. Sementara, Jovic, Mariano, Vinicius, Rodrygo, dan Asensio jauh dari kata dapat diandalkan.
Terbukti, musim lalu hanya Benzema yang berhasil meraih gol dua digit. Dari 87 total gol Real Madrid di semua kompetisi, Benzema mencetak 30 gol.Â
Benzema juga pencetak asis terbanyak kedua setelah Toni Kroos, dengan koleksi 9 asis.
Artinya, hampir separuh total gol Real Madrid ada di Benzema dan ketergantungan dalam melakukan serangan. Jelas berbanding terbalik bila mengingat kejayaan trio BBC (Bale-Benzema-Ronaldo).
One man show baik untuk prestasi pribadi namun tidak untuk tim. Ketergantungan terhadap satu orang akan membahayakan tim ketika pemain tersebut sudah masuk usia tidak produktif atau dijual ke klub lain.
Benzema, 33 tahun, usia tersebut bisa dikatakan sudah tidak ideal lagi untuk bermain 90 menit di setiap pertandingan dan membawa beban seperti itu sendirian.Â
Bila Mbappe berhasil didatangkan musim ini, tentu permasalahan bisa terselesaikan dengan duet Benzema-Mbappe.Â
Tapi bicara untuk 2-3 musim selanjutnya, bila tidak ada penyerang yang memiliki performa apik, Mbappe akan menjadi "one man show" selanjutnya.
2. Skuad Inti yang Berumur dan Kedalaman Skuad
Musim ini, Real Madrid mungkin menjadi salah satu tim dengan skuad inti tertua.Â
Sebut saja nama-nama pemain inti seperti Courtois dan Casemiro (29 tahun), Nacho (32 tahun), Alaba dan Carvajal (28 tahun), Modric (35 tahun), Benzema (33 tahun), Hazard (30 tahun), dan Bale (32 tahun).
Tua-tua kan?
Lini serang sudah melakukan peremajaan dengan adanya Vinicius, Rodrygo, dan Asensio. Tapi yang menjadi kekhawatiran adalah di posisi gelandang dan lini pertahanan yang belum ada peremajaan.
Ini berbanding terbalik dengan sang rival Atletico Madrid dan Barcelona yang kini melakukan peremajaan skuad inti di semua lini dan bisa dibilang sukses karena performanya pun bagus.
Ketergantungan Real Madrid pada pemain berumur diperparah dengan kedalaman skuad yang tidak begitu bagus.
Bicara tentang kedalaman skuad, artinya ketika skuad inti diganti atau diistirahatkan, maka tidak memengaruhi penampilan tim secara keseluruhan.
Ini balik lagi ke permasalahan pertama, jika Benzema cedera atau diistirahatkan siapa yang bisa diandalkan untuk mencetak gol?Â
Begitupun juga dengan gelandang, trio Modric-Kroos-Casemiro sampai saat ini tidak tergantikkan. Valverde menunjukkan harapan tapi pemain lainnya malah sebaliknya.Â
Lini pertahanan menjadi lebih segar dengan masuknya Eder Militao sebagai skuad inti, namun yang menjadi masalah adalah cadangannya. Belum ada yang bisa diandalkan.
Pemain akademi mempunyai banyak potensi namun sampai saat ini mereka masih minim menit bermain. Alhasil, mereka memilih keluar klub untuk jam terbang lebih, sebut saja nama-nama seperti Odegaard, Oscar Rodriguez, Reguillon, dan Hakimi.Â
Kedatangan Mbappe tentu membawa pengaruh pada skuad Real Madrid, tapi balik lagi Real Madrid dibangun atas performa tim bukan satu pemain.
Mbappe bisa jadi bintang di Real Madrid.Â
Namun, bila hanya mendatangkan Mbappe tapi tidak memperbaiki permasalahan lainnya, maka jangan harap Real Madrid bisa meraih gelar untuk musim ini dan musim-musim selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H