Contohnya seperti Scott Carson di Manchester City, Mark Schwarzer di Chelsea, dan Lee Grant di Manchester United
4. All-star
Jenis ini merupakan kiper utama di klubnya dan menjadi kiper pilihan untuk membela timnas namun hanya menjadi kiper ketiga. Alasannya karena tiga hal:
- Kiper lain performanya lebih bagus (baca: dari segi torehan cleansheets biasanya)Â
- Reputasi (baca: kiper dari klub besar lebih dipilih)Â
- Preferensi pelatih
Reputasi memang bisa jadi tidak menjamin kiper tersebut menjadi kiper utama.Â
Buktinya bisa dilihat di timnas Spanyol Euro 2020, di mana Unai Simon dari Athletic Bilbao lebih dipilih dibanding David de Gea dari Manchester United.
1. Melengkapi Administrasi
Aturan kiper ketiga bukanlah hal yang baru, bahkan umurnya sudah sangat tua. Dilansir dari Goal, aturan kiper ketiga ini sudah diperkenalkan sejak final Piala Dunia 1934. Sampai saat ini, aturan kiper ketiga tetap berlaku dan tertulis.
Contohnya di Piala Dunia 2018 Rusia, pada artikel FIFA 19.4Â tertulis bahwa dari 23 pemain yang dibawa, 3 di antaranya haruslah penjaga gawang/kiper.Â
Begitu juga dengan Euro 2020, kalian pasti melihat semua negara membawa tiga kiper. Ternyata, aturan kiper ketiga ini tertuang dalam artikel UEFA 43.01 yang menyatakan hal serupa seperti aturan FIFA, yaitu dari 23 pemain yang dibawa, 3 di antaranya haruslah penjaga gawang/kiper.Â
Aturan ini sebenarnya dianggap kontroversial oleh beberapa pihak karena kiper ketiga dianggap mubazir dan jarang dipakai. Mereka beranggapan lebih baik jatah ini dipakai untuk pemain non-kiper saja.
2. Kiper SOS
SOS di sini berarti kiper ketiga menjadi pilihan darurat.
Kiper ketiga akan dibutuhkan dalam kondisi darurat meskipun sangat kecil kemungkinannya, seperti ketika kiper satu dan kedua mengalami cedera atau akumulasi kartu.
Kiper ketiga juga bisa dipakai dalam kondisi darurat seperti adu penalti. Masih ingat waktu Piala Dunia 2014?