Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenang Momen-momen Keajaiban dalam Pertandingan Sepak Bola

20 Mei 2021   16:29 Diperbarui: 22 Mei 2021   13:23 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sergio Aguero mencetak gol ke gawang QPR - Sumber: (AFP/GETTY IMAGES/ALEX LIVESEY)

Beberapa hari kemarin, dunia Twitter diramaikan oleh seorang bernama "Keajaiban" yang mempertanyakan "keajaiban" dari sebuah doa. Sebenarnya sih bagi saya tidak ada yang salah mempertanyakan hal tersebut. Namanya juga nanya pasti karena penasaran dan butuh jawaban, tapi sayangnya berujung hujatan. 

Menurut saya, hal yang membuat dirinya dihujat disebabkan karena si Mba "Keajaiban" mempertanyakan keajaiban ini ke masyarakat yang paling religius di dunia. Coba kalau dirinya bertanya ke masyarakat Eropa Utara, Amerika Serikat, atau negara Barat lainnya mungkin tidak akan kena hujatan.

Bicara tentang keajaiban, kita sendiri punya definisi dan klasifikasinya sendiri, mana yang bisa disebut sebagai keajaiban dan mana yang tidak. Tapi secara garis besar keajaiban adalah sesuatu yang terjadi ketika kita merasa sudah pasrah tapi ada alam atau tangan atau rencana Tuhan yang bekerja.

Dilansir dari Stanford Encyclopedia Philosophy, keajaiban atau miracle berasal dari bahasa Latin "mirari" yang artinya bertanya-tanya pada peristiwa, "kok bisa terjadi?". 

Sementara, kalau versi Kamus Besar Bahasa Indonesia, keajaiban didefinisikan sebagai keganjilan; keanehan: keajaiban alam.

Bagaimana dengan keajaiban dalam pertandingan sepak bola?

Pertandingan sepak bola adalah sesuatu yang bukan sekadar pertandingan dua tim. Setiap dari kita, khususnya pecinta sepak bola, pasti merasakan hal yang sama. Kalau cuman sekadar pertandingan, ngga mungkin kita bisa se-setia dan se-loyal ini sama klub kesayangan, se-antusiasnya menonton pertandingan, dan se-frustasi ini kalau kalah.

Sepak bola tidak hanya mampu menyajikan sebuah keindahan tapi juga keajaiban. Keajaiban yang diceritakan secara turun-temurun dan menjadi sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. 

Menurut saya, ada tiga hal yang bisa didefinisikan sebagai keajaiban dalam pertandingan sepak bola:

  1. Ketika tim yang sama sekali tidak diunggulkan tapi bisa unggul
  2. Ketika tim yang sama sekali bukan jawara tapi bisa juara
  3. Ketika setiap menit pertandingan membawa perubahan

Nah, berikut ini adalah deretan momen keajaiban dalam pertandingan sepak bola yang membekas bagi saya.

1. Korea Selatan vs Italia, Piala Dunia 2002

Gol Ahn Jung Hwan melawan Italia di Piala Dunia 2002-Sumber: Jacques Demarthon/AFP/Getty Images
Gol Ahn Jung Hwan melawan Italia di Piala Dunia 2002-Sumber: Jacques Demarthon/AFP/Getty Images

“And the Italians are out because they never learn,” - Barry Davies, Komentator

Ahn Jung Hwan, nama yang sudah melegenda dan dibenci oleh pecinta timnas Italia. Gambar di atas adalah momen keajaiban di mana Ahn Jung hwan mencetak gol penentu kemenangan timnas Korea Selatan atas timnas Italia di Piala Dunia 2002 dengan skor 2-1. Ahn Jung Hwan mencetak gol di babak tambahan menit 117, membawa tuan rumah lolos babak 16 besar, dan membuat target Italia untuk menjadi juara pupus.

Bayangkan saja, saat itu Korea Selatan menghadapi generasi emas timnas Italia. Pelatihnya, Giovani Trapattoni, punya segudang piala di lemarinya karena meraih banyak juara dari setiap tim yang diasuhnya. 

Pemainnya juga deretan legenda, seperti Christian Vieri, Alessandro Del Piero, Fransesco Totti, Pannuci, Inzaghi, Buffon, dan nama-nama legend lainnya. Lihat aja itu gambarnya Ahn Jung Hwan head-to-head sama salah satu bek legenda terbaik di dunia, Paolo Maldini lho.

Namun, sangat disayangkan, gol tersebut membuat karier Ahn Jung Hwan di Liga Italia harus berakhir. Masyarakat Italia membencinya dan pelatih Perugia, tim yang dibelanya saat itu, memutus kontrak pemain ini. 

Ahn Jung Hwan membawa kebanggaan untuk Korea Selatan tapi dianggap melukai kebanggaan Italia.

2. Liverpool vs AC Milan, Final Liga Champions 2005
Liverpool vs Ac Milan, Liga Champions 2005. (Foto: TARIK TINAZAY / AFP)
Liverpool vs Ac Milan, Liga Champions 2005. (Foto: TARIK TINAZAY / AFP)

“Liverpool were totally out-played in the first half, have they really got a chance of coming back from here?" - Clive Tydesley, Komentator

"Miracle of Istanbul". Itulah julukan untuk pertandingan final Liga Champions yang mempertemukan dua klub raksasa Eropa (sekarang masih kan ya?), Liverpool dan AC Milan.

25 Mei 2005 di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki, menjadi saksi kuatnya mental pemain Liverpool saat itu. Seperti kata komentator di atas, sangat kecil kemungkinan untuk Liverpool membalikkan keadaan setelah tertinggal 3-0 di babak pertama.

Mungkin beberapa fans merasa udah mending pulang atau matikan TV lalu tidur. Tapi pemain Liverpool saat itu seperti mengatakan "Jangan dulu, kami masih bisa". Terbukti, keunggulan 3-0 AC Milan hanya mampu bertahan 50 menit dan sisanya milik Liverpool melalui gol Smicer, Gerrard, dan Xabi Alonso. Skor 3-3 melewati babak tambahan 2x15 menit dan dilanjutkan ke babak pinalti. 

Pemain Milan seakan masih mengalami shock. Sheva, Pirlo, dan Serginho, gagal mengeksekusi. Sementara algojo Liverpool menuntaskan dengan baik hingga membuat Liverpool meraih juara dengan skor 3-2 di babak adu pinalti.

Now playing: You'll Never Walk Alone.

3. Manchester City vs Queens Park Rangers, Premier League 2011/12

Sergio Aguero mencetak gol ke gawang QPR - Sumber: (AFP/GETTY IMAGES/ALEX LIVESEY)
Sergio Aguero mencetak gol ke gawang QPR - Sumber: (AFP/GETTY IMAGES/ALEX LIVESEY)

"AGUEROOOOOO... I swear, you'll never see anything like this ever again!"- Martin Tyler, Komentator

Ini jadi momen keajaiban selanjutnya yang tidak saya lupakan. Saya bukan Cityzens atau fans Manchester City, tapi saya bisa merasakan "gilanya" pertandingan ini. Inilah awal Manchester City menunjukkan kalau kota Manchester tidak bisa dimonopoli oleh Manchester United . The Cityzens berhasil menjuarai Liga Inggris atau Premier League musim 2011/12 setelah terakhir juara di musim 1967/68.

Saat itu City seharusnya bisa menang mudah mengingat komposisi pemainnya punya kualitas top semua karena baru jadi KKB (Klub Kaya Baru). Tapi tak disangka-sangka, ternyata QPR mampu memberikan perlawanan ketat hingga "titik darah penghabisan"

City wajib menang karena memiliki poin yang sama dengan rival sekotanya, 86 poin. Keduanya bermain berbarengan, jadi sesekali pada pertandingan City ada update-an kalau United cetak gol. 

Fans United mengingat momen ini sebagai "kejadian 93:20". Saat itu United melawan Sunderland dan hingga menit ke-90, United berhasil unggul 1-0 sementara City masih kalah 2-1. Fans United tentu bersorak-sorak melihat hilal juara. Namun, sayang keliatannya United "belom rezeki".

Keajaiban terjadi ketika setiap menit pertandingan membawa perubahan. 

Benar saja, City yang mendapatkan waktu tambahan 5 menit, langsung mengejar ketertinggalan. Dua gol comeback tercipta oleh Edin Dzeko di menit 90+2 dan Aguero menit 90+4. Koleksi poin sama, 89 poin, unggul selisih gol. City meraih juara, mencetak sejarah.

Pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson tidak menyangka keadaan berbalik begitu cepat. Dalam biografinya, beliau mengatakan: 

"Kami sempat juara 30 detik. Ketika pertandingan kami berakhir, saya mengatakan ke pemain kalau kita juara"

4.Leicester vs Chelsea, Final FA Cup 2020/21

Leicester Juara FA Cup Pertama Kali - Sumber: The Athletic
Leicester Juara FA Cup Pertama Kali - Sumber: The Athletic

“It's the one they wanted. They won the Premier League of course, but this is a trophy which escaped them for so long," -Gary Lineker, Komentator.

Leicester memang jagonya bikin cerita dongeng. Musim 2015/16, Leicester mematahkan dominasi "Big Four" dan meraih juara Liga Inggris untuk pertama kalinya.

Sabtu 15 Mei 2021 kemarin, Leicester kembali menerbitkan dongeng sehingga menjadi salah satu momen keajaiban dalam pertandingan sepak bola. Leicester City berhasil meraih juara FA Cup untuk pertama kalinya sejak kompetisi ini pertama kali digelar pada 1871/72.

Leicester tidak diunggulkan karena harus berhadapan dengan Chelsea, Finalis Liga Champions 2020/21 yang baru saja mengalahkan Real Madrid dan memiliki 8 piala FA Cup. 

Namun, tak disangka tendangan Tielemans berhasil membawa gelar untuk fans dan khususnya Almarhum Vichai Srivaddhanaprabha. Pemilik Leicester yang meninggal akibat kecelakaan helikopter dan kini digantikan oleh anaknya.

Bisa kalian lihat gambar di atas, seberapa berharganya gelar tersebut untuk Leicester.

Rest in Peace, Vichai

Sebenarnya masih banyak banget momen keajaiban lainnya yang kalau ditulis semuanya bisa jadi makalah. Jadi, buat Kompasianer khususnya pecinta sepak bola yang punya momen keajaibannya sendiri, boleh tulis di komentar ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun