Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pemikiran "Los Galacticos" dalam Ide Kontroversi European Super League

19 April 2021   13:25 Diperbarui: 20 April 2021   09:12 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tiga Sosok pendiri ESL, Perez dan Agnelli - Sumber: football-espana.net

Dini hari tadi, selagi saya menonton pertandingan Liga Spanyol antara Real Madrid dan Getafe, warganet Twitter ramai membicarakan tentang European Super League (ESL). Saya melihat mayoritas kontra terhadap "kompetisi kelas borjuis" ini, termasuk Asosiasi Sepakbola Eropa, UEFA. 

UEFA mewakili federasi sepak bola eropa dan FIFA mengutuk dan akan memberikan hukuman untuk pemain dan klub yang ikut berlaga dalam kompetisi tersebut. Hukumannya adalah larangan ikut kompetisi liga milik UEFA plus pemainnya akan dilarang untuk bermain dengan tim nasional. 

Sebelumnya, kenapa sih ada ide ini padahal kan format liga sekarang baik-baik aja kelihatannya?

Sekilas tentang European Super League

Ilustrasi European Super League - Sumber: theguardian.com
Ilustrasi European Super League - Sumber: theguardian.com

Secara singkat, ESL adalah kompetisi baru yang diusung oleh Perez selaku Presiden Real Madrid bersama sebelas tim besar Eropa lainnya, antara lain AC Milan, Arsenal FC, Atletico Madrid, Chelsea FC, FC Barcelona, Inter Milan, Juventus FC, Liverpool FC, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur, ditambah 3 tim lainnya yang diberikan undangan untuk menjadi pendiri. 

Rumor yang beredar, tim tersebut antara Paris Saint Germain, Bayern Munich, dan Borussia Dortmund, namun mereka menolak untuk ikut terlibat.

Menurut pernyataan resmi dari Real Madrid dan informasi dari the Athletic, kompetisi ini nantinya akan diikuti sebanyak 20 klub, terdiri dari 15 klub pendiri dan 5 klub yang akan lolos klasifikasi setiap tahun berdasarkan kinerja dari musim kompetisi sebelumnya.

ESL menawarkan cuan yang begitu menggiurkan, tiap tim peserta akan mendapatkan 400 juta euro atau 4x lebih banyak daripada pendapatan Bayern Munchen dari juara Liga Champions musim lalu. 

Kompetisi ini sekilas seperti format Liga Champions, di mana para tim akan bertanding pada hari biasa, di bulan Agustus dan final di akhir bulan Mei.

Hal yang membedakan adalah format pertandingannya yang mirip banget dengan kompetisi basket Amerika Serikat, NBA. Berikut saya jelaskan secara mudah dan singkat:

1. Dua puluh tim akan dibagi dua menjadi dua grup (satu grup = 10 tim), bagaimana cara membaginya kita tunggu kabar selanjutnya

2. Dalam satu grup, tiap tim akan saling bertemu dan bertanding secara kandang-tandang atau home away. Misalnya, pertandingan Real Madrid vs Inter, Real Madrid main di rumah Inter, Inter main di rumah Real Madrid.

3. Tiga tim yang berada di urutan teratas di setiap grup akan otomatis lolos ke babak perempatfinal. Sementara urutan ke empat dan lima dari tiap grup akan memainkan babak "play off" dengan sistem kandang-tandang untuk memperebutkan dua tiket perempatfinal

4. Total berarti di perempat final ada 8 tim kan, 4 tim dari Grup A dan 4 tim dari B. Nah pembagian pertandingan perempatfinal ini mirip dengan NBA, miripnya di mana? Pembagiannya ini mempertemukan terbaik vs terburuk dari fase grup dan sistem bertandingnya juga masih kandang-tandang

  • Tim urutan 1 vs tim urutan 8
  • Tim urutan 2 vs tim urutan 7
  • Tim urutan 3 vs tim urutan 6
  • Tim urutan 4 vs tim urutan 5

Sepertinya untuk menentukan terbaik atau terburuknya sama seperti biasanya (kemungkinan):

  • Lewat poin terbanyak, kalau poinnya sama 
  • Lewat selisih gol (jumlah gol dikurangi dengan jumlah kebobolan), kalau selisih golnya sama
  • Lewat kedisiplinan (jumlah pelanggaran atau kartu kuning/merah), kalau masih sama juga
  • Lewat undian

5. Tim yang lolos ke babak semifinal juga akan bertanding secara kandang-tandang.

6. Babak final akan bertanding satu kali di stadiun netral alias bukan rumah dari kedua tim.

Tim yang mengikuti kompetisi ini tidak mengesampingkan kompetisi domestik alias akan tetap bermain di liga domestik.

Asal-usul dan Pemikiran Los Galacticos dalam European Super League

Ilustrasi Los Galacticos - Sumber: Talksport.com
Ilustrasi Los Galacticos - Sumber: Talksport.com
Menurut pandangan saya, kompetisi ESL ini sangat dekat dengan pemikiran si pengusung utama, Florentino Perez, dengan "Los Galacticos" yang diterapkan ke timnya, Real Madrid. Pemikiran borjuis dan mengedepankan privilege ini sudah diterapkan melalui kebijakan pembelian pemain. 

Galactico adalah kata Spanyol untuk "galaksi" dan digunakan untuk menggambarkan pemain sepak bola yang dianggap superstar atau memiliki tingkat kemampuan yang "tidak seperti dari dunia ini". Singkatnya dalam pemikiran ini, Perez akan menghadirkan pemain bintang maupun terbaik di dunia untuk bermain di dalam satu tim. Tentu saja ini menghabiskan banyak uang, tapi Perez melakukan hal ini sebanyak dua kali:

  • Periode 2000-2005: 7 pemain (Zidane, Beckham, Sergio Ramos, Ronaldo, dll) menghabiskan lebih dari 200 juta euro
  • Periode 2009-2019: 12 pemain (Cristiano Ronaldo, Eden Hazard, Kaka, dll) menghabiskan lebih dari 300 juta euro

Pemikiran Los Galacticos ini diterapkan oleh Perez untuk meningkatkan performa tim sambil meningkatkan nilai komersil dari sebuah tim. Kehadiran pemain bintang meskipun merogoh kocek dalam tapi keuntungannya bisa jadi dua kali lipat:

  • Pemain bintang meningkatkan jumlah penonton di stadion maupun layar kaca
  • Pemain bintang meningkatkan jumlah penggemar
  • Pemain bintang meningkatkan penjualan merchandise
  • Pemain bintang meningkatkan performa tim dan pendapatan dari kompetisi

Gambarannya gini aja, misalkan Cristiano Ronaldo main ke Persis Solo dibeli oleh Kaesang dan Pak Erick Thohir, saya yakin merch akan cepat sold out dan jumlah penonton membludak bahkan bukan yang fans Persis Solo pun akan ikut nonton.

Nah, pemikiran yang sama juga diterapkan ke European Super League

Ilustrasi Tiga Sosok pendiri ESL, Perez dan Agnelli - Sumber: football-espana.net
Ilustrasi Tiga Sosok pendiri ESL, Perez dan Agnelli - Sumber: football-espana.net
Saya meyakini bahwa konsep ESL ini bentuk perlawanan terhadap UEFA dengan membawa motif murni bisnis ditambah kondisi pandemi sekarang yang berdampak negatif ke tim mereka, terutama secara pemasukkan.

Konsep ESL sendiri sebenarnya sudah lama menjadi idealisme dari presiden Real Madrid, Florentino Perez, jauh sebelum dari masa pandemi. Pada tahun 2009, Perez dalam konferensi persnya mengatakan demikian:

“What we need to work out with UEFA is a European Super League that guarantees that all the top teams play each other all the time - something that does not happen in the current Champions League."

Kemudian, saat pandemi menyerang satu tahun lalu, Perez kembali menggaungkan pentingnya untuk segera diselenggarakan ESL ini dengan alasan kestabilan keuangan tim. Lalu, diikuti oleh sosok Agnelli Presiden Juventus dan Glazer dari Manchester United yang ikut mempromosikan ESL ini.

Oiya, ketiganya mempunyai posisi sentral dalam kompetisi ini, di mana: 

Berikut pernyataan resmi mereka bertiga terkait kompetisi kontroversial ESL yang dirilis hari ini:

"Kami akan membantu sepakbola di seluruh level untuk menempati tempat yang selayaknya di dunia. Sepakbola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari 4.000 juta pendukung dan tanggung jawab kami sebagai klub-klub terbesar adalah memberikan respons atas keinginan para pendukung". - Florentino Perez

"Kami ke 12 Klub Pendiri mewakili ribuan pendukung di seluruh dunia. Kami telah bersatu di saat yang sangat kritis ini, agar kompetisi di Eropa mengalami transformasi, memberikan olahraga yang kita cintai ini satu landasan yang akan berkelanjutan bagi masa depan, peningkatan solidaritas yang cukup besar, dan memberikan kepada para pendukung dan para pemain amatir satu impian dan pertandingan-pertandingan berkualitas tinggi yang akan semakin memperkuat kecintaan mereka akan sepakbola". - Andrea Agnelli

"Dengan bergabungnya klub-klub dan para pemain terbaik dunia agar dapat saling bermain selama musim kompetisi, ESL akan membuka bab baru bagi sepakbola Eropa, dengan memastikan satu kompetisi dan instalasi berlevel tinggi, dan dengan dukungan keuangan yang lebih besar lagi bagi tatanan piramid sepakbola secara keseluruhan". - Joel Glazer

Tampak seperti pemikiran Los Galacticos di atas bukan? Cuma beda tempat penerapannya.

Bagi saya, kompetisi ESL di sini mencoba untuk membawa pemikiran Los Galacticos ala Perez ke level sistem sepakbola Eropa, di mana tim-tim terbaik dunia berkumpul di dalam satu liga dan bertanding satu sama lain. Dengan begitu, banyak pemasukkan yang akan didapat terutama lewat kita-kita ini yang menonton pertandingannya.

Bagaimana pendapat saya tentang kompetisi ini? Pro atau kontra?

Menurut saya ini ide yang gokil sih, ini lebih banyak mematikan dibanding menghidupkan. Simpelnya, dua belas pendiri menjadi anggota permanen kompetisi ini adalah suatu kegilaan.

Dua belas tim pendiri tidak akan goyah bagaimanapun performa mereka di liga domestik alias akan berada di situ terus. Ini menggambarkan bagaimana egois dan angkuhnya tim-tim ini. 

Sistem kompetisi ESL yang tertutup hanya menunjukkan bagaimana mereka hanya memandang sepakbola sebagai bisnis semata. Padahal, kalau dilihat-lihat, tim-tim ESL ini juga tidak mewakili Eropa melainkan elit eropa dan bukan tim jago-jago amat.

Buktinya, malam tadi Real Madrid ditahan oleh Getafe, Arsenal ditahan oleh Fulham, ditambah Tottenham juga berada di papan tengah klasemen liga. Mereka yang merasa "jago dan hebat" pada kenyataannya juga ngga stabil-stabil amat performanya.

Ketimpangan akan terus meningkat di dunia sepakbola Eropa, tidak ada lagi kejutan-kejutan di mana "tim-tim Daud" mampu mengalahkan "tim-tim Goliath".

Hal yang kita saksikan nantinya di ESL adalah hanya pertandingan yang tujuannya bukan untuk sportivitas, momen, dan kenangan, melainkan sebuah pertunjukkan untuk kepentingan kemewahan semata. 

"Sense this Super League plot will die on its preposterous and avaricious arse.” "(ESL ini akan mati di atas pantatnya yang tidak masuk akal dan serakah. " - Gary Lineker, Legenda Timnas Inggris

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun