Selama SMA bisa dibilang saya lumayan secara akademik maupun non-akademik. Nilai rapot saya bisa bikin orangtua senyum dan saya sempat terpilih sebagai perwakilan sekolah di OSN pelajaran Biologi dan juga aktif ikut lomba paduan suara tingkat provinsi maupun nasional. Alhasil, jerih payah saya ini berbuah tiket daftar SNMPTN.Â
Mengetahui kabar ini, saya mencari sendiri informasi terkait universitas yang ingin dipilih dan juga berkonsultasi dengan wali kelas, guru BK, alumni, dan tentunya orangtua. Ternyata eh ternyata, antara hasil mencari dan konsultasi saling bertabrakkan.Â
Hasil pencarian membawa saya untuk daftar perguruan tinggi negeri (PTN) di Yogyakarta sementara hasil konsultasi adalah PTN di Malang atau Depok.
Asli ini bikin bingung karena saya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan PTN di Yogyakarta tapi secara peluang memang yang di Malang atau Depok lebih besar karena katanya....
Semakin banyak alumni kuliah di PTN tersebut semakin besar peluang adik tingkatnya kuliah di sana juga
Tapi saat itu hati mengalahkan otak karena saya capek hidup tidak sesuai keinginan. Tekad pun bulat, saya mengabaikan arahan konsultasi dan mengikuti arahan hati untuk daftar PTN di Yogyakarta. Orangtua pun akhirnya meng-iya-kan keinginan saya.
Hari pendaftaran tiba, tertera tiga pilihan jurusan dan universitas. Tanpa berpikir panjang, saya pun memilih jurusan-jurusan yang "berbau biologi" dan semua pilihan saya arahkan ke PTN di Yogyakarta.
Selagi menunggu, saya ikut bimbel dibiayai oleh mbah saya untuk persiapan SBMPTN, jaga-jaga kalau ngga keterima apalagi pilihan saya ini tidak disarankan. Oiya, alasan mbah mau membiayai bimbel ini karena beliau setuju kuliah di Yogyakarta dan senang kalau cucunya bisa tinggal "ngancani" mbahnya.
Tak ketinggalan nih, saya juga melakukan satu hal seperti manusia pada umumnya, yaitu mendekatkan diri pada Tuhan kalau ada maunya. Jadi selama menunggu hasil SNMPTN, saya intensif belajar dan berdoa supaya balance, hehe.
Tiba hari pengumuman dan hasil menunjukkan warna merah untuk keinginan alias tidak diterima di SNMPTN. Menyerah? Nanti dulu, masih penasaran.
SBMPTN
Apakah pilihan saya berubah?
Tidak.
Saya lebih intensif lagi belajarnya dengan mengikuti kelas tambahan bimbel dan suka nebeng ke kelas lainnya kalau ada pelajaran yang masih belum paham.Â
Titik kelemahan saya saat itu adalah pelajaran Fisika dan Matematika karena sulit sekali memahami angka dan segala macam rumusnya itu. Selain meningkatkan intensitas belajar, saya juga meningkatkan intensitas berdoanya lagi-lagi supaya balance.