Menang sudah terlampau biasa tetapi menerima kekalahan terlampau luar biasa. Inilah yang selalu terjadi pada Timnas Indonesia selama gelaran Piala AFF berlangsung. Namun, setidaknya mereka selalu menjadikan ini sebagai bukti Indonesia punya sportivitas tinggi.
Suhu 32,6°C menyeimuti keadaan rumahku ketika bersiap menyaksikan wakil bangsa dalam Piala AFF di Kuala Lumpur, Malaysia. Ya, Indonesia bertandang ke negeri Jiran Malaysia, bukan untuk berdiplomasi membahas sengketa kepualauan, bukan datang untuk membahas kembali klaim apa lagi yang akan dimiliki negeri Malaysia ataupun bukan datang untuk membahas penyiksaan TKI dan TKW yang bekerja disana. Datang untuk menang! Inilah tuturan pengelana yang menjadi slogan utama setiap tim yang bertanding di negeri orang. Timnas Indonesia berangkat dengan hati dan pikiran untuk menang bukan untuk kepentingan individu akan uang dan mobil serta berbagai hadiah yang dijanjikan para petinggi, melainkan kepentingan bangsa yang menjadi tolak ukur kebesaran hati mereka untuk menang. Harga diri dipertaruhkan! Jelas bukan karena sekedar piala dan gelar juara, melainkan karena negara berlabel Malaysia. Malaysia dan Malaysia di dua tempat berbeda, Bukit Jalil dan Gelora Bung Karno, Malaysia tetaplah Malaysia. Mereka yang selama ini dikenal sebagai klaimer akan budaya, kepulauan, hasil bangsa dan sebagian masyarakat kalimantan yang dibayar untuk menjadi warga negara Jiran tersebut, itulah yang menjadi gambaran Malaysia saat ini.
Suhu 34,2 °C, ketika menonton pertandingan final tertanggal 26 Desember kemarin, saya kira dalam pertandingan olahraga gambaran tersebut akan hilang karena hal tersebut tidak ada hubungannya dengan sentimen antara Indonesia – Malaysia. Ya, makin panaslah suhu, terbakar amarah semata akan tindak kecurangan. Malaysia tetaplah Malaysia. Terbukti bahwa mereka tetaplah sama, laser dan petasan yang kini hadir mengganggu, apa yang terjadi jika di kemudian hari mereka mengganggu kembali, senapan dan bom-kah yang jadi pemicu? Konsentrasi terganggu jelas sudah, mental pemain timnas menurun dan permainan layaknya sabung ayam tidak jelas akan arah. Saya kira dengan adanya event Piala AFF akan menumbuhkan semangat sportivitas dan sekiranya memperbaiki kembali hubungan Indonesia – Malaysia di kalangan bangsa yang ditunjukkan dengan sportivitas pertandingan final. Tidak! Malaysia tetaplah Malaysia dengan segala tipu daya kemenangan, kasarnya kecurangan.
Sebegitu besarnya Malaysia ingin memenangkan Piala AFF sehigga menghalalkan lasernya mengganggu jalannya pertandingan? Ya, selalu dan selalu begitu kuat keinginan mereka dengan cara – cara yang menurutnya benar. Memang pada dasarnya ada oknum – oknum tertentu yang berkaitan dengan kejadian ini, namun yakinkah kalian hal ini disebabkan oleh oknum dan bukan kejadian yang direncanakan terlebih dahulu? Pertanyaan yang wajib dijelaskan pihak Malaysia atas pertanggung jawabannya atas kejadian memalukan tersebut itupun terjadi apabila Malaysia merasa malu akan gangguan itu. Seharusnya malu menyeliuti diri para penyelenggara dan pemain Malaysia akan kejadian tersebut dan bukan sekedar kemenangan 3–0 semata tetapi nilai sportivitas dari permainanyang patut dibanggakan bukan hasil akhir, hasil akhir hanya pemanis biasa.
Memang benar Malaysia Pemenang ( Peserta Mencurangi Pemenang ), mereka menang dengan alat, ya, alat kecurangan. Tidak dapat dipungkiri apabila mereka memang bermain bagus tetapi apa yang patut dihargai dari permainan baik didukung oleh sebuah alat laser? Piala AFF bukan ajang perebutan Piala semata dan catatan rekor sebuah negara, nilai persaudaraan antara negara – negara ASEAN-lah yang menjadi nilai utama dimana setiap negara bisa memajukan kualitas sepakbola dengan atraktif dan kualitas tinggi serta didukung oleh sportivitas.
Tetap tegak, tegar dan tegas menerima hasil pertandingan, inilah sikap yang ditunjukkan timnas Indonesia. Kecurangan yang terjadi bukan mejadi alasan, namun menjadi lecutan keras bahwa mereka harus lebih berkonsentrasi dan mempersiapkan diri lebih baik. Kecurangan yang telah dilakukan negeri seberang jangan dijadikan keterulangan bagi bangsa bermartabat, biarkan kemenangan sesaat berlangsung, namun harga diri bangsa akan dikenang lewat sportivitas aksi massa dan pemain. Bravo Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H