Mohon tunggu...
Giovanni Syafra Shafira
Giovanni Syafra Shafira Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 34 JAKARTA

XI MIPA-5 Absen 15

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Novel "Bukan Cinderella" oleh Dheti Azmi

6 April 2021   08:32 Diperbarui: 6 April 2021   08:34 11242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel ini bukan kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca, ketika sang pangeran menjemput sang putri dan memberikan sebelah sepatu yang tertinggal di peasta dansa. Namun, ini kisah Amora yang kehilangan sebelah sepatu Converses barunya karena tertukar dengan milik orang lain. Namanya Amora Olivia, cewek biasa yang tengah bahagia karena baru saja membeli sepatu baru dengan uang yang susah payah ia tabung sebulan ini. Dan kini sebelah sepatu kebanggaannya itu harus tertukar dengan sebelah sepatu butu yang ukurannya lebih besar dari sepatu miliknya.

Sumpah serapah Amora keluarkan saat mencari sebelah sepatunya, bahkan Amora nekat berteriak di koridor sekolah hanya untuk sebelah sepatu. Namun, bukannya mendapatkan kembali sebelah sepatunya, Amora justru harus mendekam di ruang BK karena sudah berurusan dengan sosok Adam Wijaya, sang ketua OSIS yang dikenal angkuh. Dan, drama oun dimulai sesudahnya. Hingga menyeret Amora dan teman-teman sekelasnya masuk ke permasalahan melawan Adam Wijaya beserta antek-anteknya.

Bukan Cinderella memang tidak semirip dongen klasik yang terkenal itu, Cuma kemiripannya adalah seorang gadis bernama Amora yang kehilangan sepatu barunya dan ternyata sepatunya itu dipakai oleh ketua OSIS, Adam Wijaya. Bahkan, cerita di novel ini sangat bertolak belakang dengan dongengnya.

Keunggulan dari buku novel ini adalah, pertama dapat dilihat dari sampulnya yang cukup sederhana sehingga kita dapat dengan mudah mengenali novel itu. Dengan alur cerita maju, novel ini memiliki isi buku yang jelas alurnya dan sangat rinci dari mulai kisah di SMA sampai kisah setelah lulus SMA dan mudah dimengerti karena menggunakan bahasa sehari-hari, serta tulisan di dalam novelnya sangat mudah dibaca.

Novel bergenre romansa remaja ini sangat cocok dibaca oleh muda-mudi karena alur ceritanya yang tidak terlalu berat dan cukup menghibur diwaktu senggang. Tidak hanya tentang percintaan saja, tetapi juga banyak hal-hal tentang persahabatan dan kekeluargaan, karena tidak hanya melibatkan sang tokoh utamanya saja tetapi semua teman-teman tokoh utama pun juga dilibatkan oleh permasalahan-permasalahan yang ada bahkan sampai orangtua dari tokoh utamanya juga.

Walaupun memiliki banyak kelebihan buku ini masih memiliki kekurangan. Dengan sampul yang sangat sederhana membuat para calon pembaca tidak terlalu tertarik untuk membaca ceritanya, karena sampul dengan latar belakang hijau dan font tulisan putih yang kurang menarik. Novel ini menggunakan bahasa sehari-hari remaja dan bergenre romansa ini, menurut saya kurang cocok untuk dibaca oleh anak dibawah umur.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk kalangan pelajar ataupun orang dewasa yang menyukai cerita-cerita roman picisan dengan konflik yang tidak berat. Banyak juga hikmah dan pesan-pesan yang dapat kita ambil pelajarannya dari novel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun