Mohon tunggu...
Valentinus ReligioP
Valentinus ReligioP Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menjadi Homo Homini Socius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengolah Akar dari Fenomena "Joki" Karya Ilmiah

24 Februari 2023   08:43 Diperbarui: 24 Februari 2023   09:00 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dari fenomena yang didasari kemampuan dan minat riset yang rendah ini, kita dapat menyadari bahwa sistem pendidikan Indonesia masih berfokus menjadi konsumen pengetahuan, dan bukan menjadi produsen dari pengetahuan. Dalam arti lain, sistem pendidikan Indonesia masih belum dapat menyentuh esensi dari pendidikan kepada para peserta didik. Untuk itu, sepertinya sikap konsumerisme para akademisi mesti dikenali lebih dalam, dengan demikian para akademisi dapat lebih berbuah dengan menciptakan karya-karya yang genuine, otentik, dan berisi.

            Karakter dari para akademisi juga menjadi faktor maraknya fenomena perjokian karya tulis. Seseorang yang memiliki karakter yang terbentuk secara dewasa dan matang mestinya dapat mendiskresikan pilihan-pilihannya. Namun, sepertinya banyak peserta didik yang belum sampai pada tahap pembentukan karakter yang matang. Pengamat Pendidikan, Ina Liem menyatakan bahwa maraknya praktik jasa joki karya ilmiah menjadi tanda kegagalan pendidikan karakter di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang menekankan aturan yang harus dipatuhi dari pada aturan yang harus diserap maknanya dalam hidup peserta didik. Maka, tidak aneh bila banyak orang di Indonesia yang terus menerus mencari celah untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum, etika dan moral.

            Daya untuk berjuang dan tangguh menghadapi proses yang berat merupakan keutamaan yang dibutuhkan dan dibentuk selama proses pengerjaan karya ilmiah. Namun, terdapat pribadi-pribadi yang mengabaikan nilai tersebut dan memilih jalan yang lebih cepat serta instan. Sehingga, hal ini memotivasi mereka untuk menggunakan jasa joki. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyak hal, terutama sistem pendidikan Indonesia yang masih menonjolkan pentingnya sebuah nilai berupa angka daripada nilai kehidupan. Dari TK sampai SMA sistem pendidikan Indonesia yang menekankan pentingnya nilai berupa angka, membentuk pola pikir siswa. Nantinya pola pikir itu menjadi sebuah tindakan yang mengharuskan peserta didik untuk memperoleh nilai yang tinggi dengan cara apapun. Lalu muncullah kebiasaan dan pada akhirnya terbentuklah karakter yang demikian. Hal ini didukung oleh pernyataan Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Krismadinata, "Gairah akademik di pendidikan tinggi berkurang. Dialog-dialog akademik tak berkembang karena sibuk mengejar angka, bukan nilai dari setiap akademik. Di aspek ini pendidikan kita gagal."

            ACTION

            Banyak akademisi yang menggunakan jasa joki karya ilmiah karena tergiur akan banyaknya keuntungan ketika mengalami kenaikan jabatan. Sehingga peran dosen bukan lagi untuk mencerdaskan murid, namun lebih pada mencari keuntungan dari profesinya. Maka itu, hal yang seharusnya menjadi solusi yaitu perubahan terhadap sistem seleksi dosen. Barangkali di Indonesia, dosen diseleksi hanya berdasarkan gaya mengajar dan kemampuan kognitifnya saja. Aspek kemampuan dan minat riset seharusnya juga menjadi aspek utama dalam proses seleksi dosen. Dengan demikian, akan banyak dosen yang produktif menghasilkan karya dan lebih berbuah terhadap bangsa dan negara.

            Selain itu, perbaikan sistem pendidikan juga menjadi solusi jangka panjang yang harus diterapkan di Indonesia. Esensi pendidikan harus lebih ditekankan pada peserta didik. Sehingga nilai-nilai kehidupan yang ditawarkan dapat meresap dalam pribadi siswa terdidik. Perlu diingat! Bukan nilai berupa angka yang menjadi tolak ukur kematangan karakter seseorang. Sebab, nilai berupa angka hanya dapat menjadi tolak ukur pemahaman dan pengetahuan belaka. Justu karena angka, kekreatifan siswa dalam mengeksplor pengetahuannya menjadi terbatas. Siswa hanya mempelajari apa yang diajarkan oleh guru, menguasai materi dan menjawab soal ujian dengan benar. Bukankah pola demikian akan terus menjerumuskan peserta didik pada fenomena matinya kekreatifan dalam pengetahuan? Jangan sampai, sistem pendidikan ini pada akhirnya terus menjadi akar dari perbuatan melawan integritas yang tidak akan pernah habis. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang masih kaku ini perlu diperbaiki secara terus menerus dari hari ke hari. Sehingga, sistem pendidikan Indonesia terus mengarah pada esensi pendidikan menurut Driyarka yaitu homonisasi dan humanisasi. Pendidikan yang membentuk manusia yang kognitif sekaligus manusia yang dapat memanusiakan orang lain.

            Pada akhirnya, tindakan melawan integritas berupa joki karya ilmiah bukan lagi tindakan yang sekedar melawan nilai etis, integritas, dan kejujuran. Di samping itu, terdapat akar yang kokoh menjalar pada sistem pendidikan Indonesia, sehingga sampai pada tahap pembentukan karakter yang demikian. Bukanlah perihal mudah untuk menanggapi dan menghadapi fenomena ini, dibutuhkan revolusi dalam sitem pendidikan Indonesia yang menyeluruh. Sehingga, pendidikan Indonesia dapat membentuk siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, kritis dan kreatif. Ad Maiorem Dei Gloriam!

Sumber:

Harian Kompas

Usaha Perjokian Merajarela Bagai Pabrik Karya Ilmiah, Harian Kompas, 11 Februari 2023.

Tergoda Jalan Pintas, Gadaikan Integritas, Harian Kompas, 11 Februari 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun