Mohon tunggu...
Valentinus ReligioP
Valentinus ReligioP Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menjadi Homo Homini Socius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Turunnya Penerapan Nilai-Nilai Keagamaan, Kita Harus Apa?

13 Agustus 2022   09:23 Diperbarui: 13 Agustus 2022   09:38 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pancasila merupakan ideologi yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia. Di dalam pancasila, tertuliskan sila-sila yang diharapkan dapat menciptakan kehidupan yang baik bagi seluruh masyaraktnya, baik dalam sosial, ekonomi, politik dan agama. Dalam sila pertama pancasila, tertuliskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan negara yang membebaskan seluruh masyarakatnya untuk beragama. Bila diilhami dengan penuh kesadaran masyarakat Indonesia, sila pertama ini akan menjadi modal yang besar untuk menjalankan ke-empat sila yang lain.

Apakah masyarakat Indonesia sudah dapat mengilhami hal ini sungguh-sungguh? Ataukah menjadikan agama sebagai alat yang mempermudah segala hal? Memang, sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki semangat untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat dengan baik. Namun, masih banyak pula contoh-contoh konkret mengenai kurangnya penerapan nilai-nilai agama di Indonesia. Berbagai contoh tersebut juga bisa disebabkan oleh menurunnya nilai moral di masyarakat. Namun, bila dilihat lagi kedua nilai ini memiliki arah yang sama yaitu untuk tercapainya Bonum Comune (kebaikan bersama).

Ada 10 indikasi penurunan nilai moral menurut Lickona (2013) yaitu 1) Kekerasan dan tindakan anarki, 2) Pencurian, 3) Tindakan Curang, 4) Pengabaian terhadap aturan yang berlaku, 5) Tawuran antar siswa, 6) Ketidaktoleran, 7) Penggunaan bahasa yang tidak baik, 8) Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, 9) Sikap perusakan diri, 10) Penyalahgunaan Narkoba. Sepertinya masyarakat Indonesia telah menyentuh indikasi penurunan nilai moral ini. Kasus-kasus kemanusiaan seperti perundungan, individualisme dan kerusakan lingkungan hidup. Untuk kasus perundungan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah menerima pengaduan masyarakat terkait kasus perlindungan anak tahun 2021 sebanyak 2.982 kasus. Terdapat 1.138 kasus anak merupakan korban kekerasan fisik atau psikis. Data ini menunjukan kurangnya nilai agama dan moral pada anak yang merupakan tersangka dari kasus tersebut. Sehingga patut dipertanyakan, sejauh apa pendidikan agama dan moral dalam membentuk anak. Bukan anak yang menjadi tersangka tunggal atas kasus itu, melainkan seluruh masyarakat yang ada di sekitar anak tersebut tumbuh.

 Berbagai masalah itu cukup untuk dijadikan contoh konkret kurangnya nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat Indonesia. Bukankah, kebaikan juga menjadi inti dari agama yang dianut, sehingga patut dipertanyakan mengenai esensi agama ditengah masyarakat Indonesia. Mungkinkah selama ini pendidikan agama hanya menyentuh agama yang berdiri sendiri saja, sehingga tidak sampai pada nilai agama dalam kehidupan bersama. Lantas bagaimana langkah yang harus kita hadapi bersama?

Banyak yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan cara mendidik calon generasi penerus mengenai nilai-nilai keagamaan, membuat berbagai program agar dapat menumbuhkan ketertarikan anak terhadap agamanya, dan bagi orang yang sudah dewasa dengan cara melibatkan mereka dalam acara-acara keagamaan. Berbagai penurunan nilai agama dalam hidup bermasyarakat sudah cukup menjadi concern bersama untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Hal inilah yang seharusnya dapat menjadi energi masyarakat dalam menanggapi penurunan nilai agama dan moral masyarakat.

Apakah pendidikan agama penting dan berpengaruh dalam hal ini? Melihat penurunan nilai-nilai agama di dalam masyarakat, sepertinya pendidikan agama masih cenderung mengajarkan agama dengan model entitas tunggal yang berdiri sendiri dan mengesamping nilai-nilai yang malah penting dalam hidup bermasyarakat. Sehingga penting untuk mengutamakan model organisme yang mengajarkan agama beserta nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebenarnya, siapa orang yang paling berpengaruh dalam menanggapi hal ini? Pastinya seluruh masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam menanggapi hal ini. Namun tentu saja para pemimpin agama menjadi tokoh yang mampu menggerakkan masyarakat dalam meningkatkan kualitas nilai-nilai agama ditengah masyarakat.Dalam menghadapi hal ini, sudah layak dan seharusnya setiap pemimpin agama menciptakan kolaborasi untuk meningkatkan nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Saat ini bukan lagi zaman untuk membuktikan agama apa yang paling benar, namun dengan kolaborasi kita dapat menemukan kebenaran dalam setiap agama. Para pemimpin agama dapat berkolaborasi dengan cara menciptakan program-program keagamaan yang sesuai dengan zaman. Memang kemajuan zaman adalah salaah sstu faktor yang mempengaruhi hal ini. Justru karena itulah, para pemimpin agama diharapkan dapat masuk melalui pintu masyarakat pada zamannya dan keluar dari pintu yang lebih benar dan baik.

Pendidikan agama dalam keluarga juga sangat diperlukan pada saat ini. Saat ini pertumbuhan anak dikelilingi oleh kebebasan yang tiada habisnya. Maka, orangtua diharapkan dapat memberi bekal pada anak-anaknya agar dapat memilih apa yang paling baik di tengah kebebasan itu. Pemahaman iman dan nilai-nilai keagamaan pada anak akan memberi pengaruh yang baik pula pada lingkungan sekitar, oleh karena itu keluarga mesti menjadi rumah pendidikan agama kecil.

Pada masa ini pendidikan agama sungguh sangat penting untuk ditingkatkan kualitasnya dan diterapkan nilai-nilainya. Penerapan nilai agama dan moral yang menurun menjadi biang kerok banyaknya  masalah-masalah yang muncul di tengah masyarakat. Sehingga hal ini patut menjadi keprihatinan masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi Ideologi Pancasila. Maka, Bangsa Indonesia memerlukan langkah dan gerak bersama untuk menghadapi hal ini. Tentu, bukan hanya pemimpin agama yang mendapat tugas ini, melainkan juga tugas setiap masyarakat Indonesia. Sesungguhnya upaya-upaya untuk meningkatkan pendidikan agama adalah murni dari kesadaran masyarakat Indonesia untuk menciptakan lingkungan masyarkat yang rukun dan harmonis. Maka, mari kita gerak bergerak bersama dalam meningkatkan penerapan nilai-nilai agama. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sumber:

Mashlihuddin, Yoni. "Degradasi Moral remaja Indonesia", https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/degradasi-moral-remaja-indonesia.html, diakses pada 11 Agustus 2022 pukul 10.18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun