Pengalaman ini juga bertepatan dengan pemilihan ketua OSIS di sana. Hal ini kemudian membuka mata tentang bagaimana para santri berorganisasi. Selama proses pemilihan, para santri aktif berdiskusi, menyampaikan visi misi, dan memberikan dukungan kepada calon yang dianggap layak. Momen ini juga menciptakan rasa solidaritas antarsantri, memperkuat ikatan persahabatan dan saling menghormati. Melalui ini, organisasi bukan hanya tentang kepemimpinan, tetapi juga membangun komunitas yang saling mendukung untuk kebaikan bersama.
Perlahan, kesederhanaan mereka telah membuka hati yang sempat menutup diri. Pengalaman ini telah menampar hati, mengingatkan akan pentingnya menghargai perjalanan hidup yang mungkin jauh dari harapan. Pengalaman hidup di pesantren merupakan pengalaman yang semakin memperjelas pentingnya toleransi antaragama. Keragaman budaya di kalangan pemuda mencerminkan keindahan yang menyatu. Toleransi bukan hanya berarti menerima, tetapi merayakan perbedaan. Interaksi antara Kanisian dan santri dengan berbagai latar belakang yang berbeda menciptakan suasana yang iklusif dan harmonis.Â
Santri mengajarkan kita arti sabar dan taat pada aturan, serta setia pada tujuan hidup kita. Proses formasi akademik dan menjalani rutinitas yang ketat mengajarkan kita konsistensi dan kedisiplinan. Lebih dari sekadar pendidikan formal, pesantren juga menanamkan rasa tanggung jawab sosial. Santri diajak untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial dan pengabdian pada pesantren itu sendiri.
Menemukan Makna
Bapa Paus Fransiskus mengatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mempraktikkan agamanya secara bebas, tanpa menyebabkan permusuhan atau kekerasan atas nama agama. Pandangan ini direalisasikan dalam kegiatan ekskursi lintas agama ini. Kunjungan ini membawa Kanisian ke dunia yang berbeda, membuka mata mereka pada kehidupan pesantren yang jauh dari kenyamanan sehari-hari di kota. Pesantren terkenal dengan disiplinnya dan mengajarkan para santri untuk hidup bersama dengan orang-orang dari berbagai agama dan budaya. Ini sejalan dengan keyakinan Bapa Paus Fransiskus bahwa agama seharusnya membantu mempererat hubungan antar manusia daripada menimbulkan konflik. Kanisian belajar bahwa menghargai perbedaan bukan hanya menerimanya tetapi juga menghargai keragaman dalam kebersamaan, sebuah pelajaran yang sangat penting untuk membangun keharmonisan di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H