Mohon tunggu...
Vensca Virginia
Vensca Virginia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku bukan penulis. Aku hanya butuh kanalisasi untuk mengaktualisasikan diri.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"Nyanyian Fals" Nazaruddin untuk Putera Mahkota

11 Oktober 2014   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:29 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatanku kali ini tentang sebuah peristiwa yg begitu menggelitik dan mengundang rasa penasaran dari nyanyian Nazaruddin – terpidana dari sejumlah kasus korupsi, yg ditangkap di Cartagena, Kolombia pada Minggu malam 7 Agustus 2011 silam. KPK akhirnya bisa memulangkan Nazaruddin dengan menggunakan pesawat carteran - menelan biaya mencapai Rp. 4 milyar. Biaya yg fantastis untuk memulangkan seorang koruptor. Penangkapannya ini terbilang dramatis dan menyita perhatian. Tentu saja, hal ini mengkonfirmasikan bahwa Nazaruddin bukanlah tokoh sembarangan.

Nazaruddin memang terkenal suka sekali "bernyanyi". Dia menyanyikan "lagu-lagu kematian" bagi para koleganya yg ikut melakukan korupsi secara bersama-sama. Sebut saja Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum pernah menjadi korban nyanyian mautnya.

Nah, pada Jumat siang, 10 Oktober 2014, Nazaruddin kembali "bernyanyi" di KPK.. nyanyiannya kali ini terbilang nyaring. Musik dan liriknya menggema bak halilintar yang menyambar-nyambar. Aku yakin banget, siapapun yg menjadi "tema" dari lagunya pasti akan mengumpat & mengutuk dengan keras nyanyian sialan itu.

Nazaruddin, mantan bendahara umum partai demokrat itu rupanya memiliki banyak stok lagu yg bertemakan “korupsi & kekuasaan” - yg akan dia nyanyikan di panggung spketakuler KPK sesuka hatinya. Siapa sangka, Jumat kemarin, nama Ibas (sang putera mahkota Cikeas) dinyanyikan oleh Nazar dengan penuh percaya diri.

Kaget? Tidak juga. Karena bukan untuk pertama kali nama Ibas didengungkan. Adalah Yulianis, Mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai pun pernah menyebutkan nama Ibas beberapa kali dalam pengadilan tipikor. Baca disini beritanya : kompas.com (sidang pada Desember 2013), kemudian sidang Agustus 2014, lagi2 Yulianis menyebut nama Ibas.. baca disini : kompas.com

Ibas menurut Yulianis dan Nazaruddin terlibat dalam beberapa kasus korupsi. Diantara yang disebutkan adalah Ibas menerima uang $200.000 dari Nazar yg berkaitan dengan dana kongres Demokrat (dana ini berasal dari proyek bermasalah yg ditangani Permai Group). Ibas juga terlibat dalam kasus Wisma Atlit, dan lain2..

apa kalian percaya dengan duet maut ini? Tentu saja kebenarannya masih harus diuji dengan pemeriksaan, penyidikan dan sejumlah proses hukum lainnya, walau indikasi keterlibatannya ada.

Saya ingin mengandai-andai jika ternyata Ibas terlibat dan dinyatakan sebagai tersangka dan kemudian menjadi terpidana kasus korupsi; bayangkan apa yg terjadi dengan Ibunya? Apa dia akan mengabadikan setiap momen proses hukum putra kesayangannya itu dengan lensa kameranya dan kemudian memposting di-instagram dan twitter? Apa yg terjadi dengan Ayahnya? Apa dia akan menciptakan satu lagu istimewa utk puteranya itu? Atau membuat buku yg berjudul “masih ada pilihan lain” Ataukan dia akan menghadap media dengan wajah lusuh, kemudian curhat dan menangis sampai termehek2?

Nyanyian Yulianis dan Nazaruddin tentu saja dibantah keras oleh Ibas dan pihak Istana maupun Partai Demokrat. Mereka boleh saja membantahnya. Tapi kebenaran akan selalu menemukan jalan untuk mengokohkan dirinya.

Dan jika akhirnya Ibas pun ikut diseret, maka iklan KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI sebenarnya hanyalah sebuah pertunjukan WAYANG KORUPTOR yg sebagian "artisnya" kini telah diamankan di hotel prodeo. Hanya tersisa 1 wayang dan Dalangnya, yg belum ikut diamankan. Ibas dan tentu saja SBY (dalang dari wayang2 itu).

Kalian tahu kawan, tidak ada presiden yg paling sering berjanji utk memberantas korupsi di negeri ini, selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan sejak sebelum terpilih menjadi presiden (2004), SBY berkampanye bahwa dia akan memimpin sendiri perang melawan korupsi. Pernyataannya itu terus diulang2 tatkala dia mendapat tekanan dari rakyat dan LSM2 untuk pemberantasan korupsi di Negara ini.

Sayangnya, konsistensi dari ucapannya itu laksana debu yg tertiup angin. Hilang tak membekas. Korupsi menggila dalam lingkaran pemerintahannya. Celakanya lagi, ketika pemberantasan korupsi kian tidak jelas arahnya, pemerintahan SBY justru kerap mengobral remisi bagi para koruptor yg sudah dipidana. Hal ini tentu saja mengingatkanku dengan sebuah ungkapan : “Kalau di Arab, koruptor dipotong tangannya. Di China, koruptor dipotong lehernya. Di Indonesia? Koruptor dipotong masa tahanannya”. Ini benar2 bernuansa ironi.

Lalu bagaimana cara SBY menangani kasus Ibas - yg didengungkan oleh Nazaruddin Jumat siang itu? Apa dia akan berupaya sedemikian keras dalam sisa2 masa kekuasaannya untuk melakukan pembungkaman terhadap Nazaruddin? Ataukah SBY akan melakukan “SENSOR”, agar putera mahkotanya ini terhindar atau paling tidak diberikan kompensasi hukuman? Ataukah dia akan menjadi panglima perang untuk menghajar puteranya itu dengan pedang hukum? kita lihat saja.

Fernando Lugo, presiden terpilih Paraguay pernah berkata dengan lantang untuk memberikan ultimatum bagi para koruptor, dalam pidato pelantikannya di tahun 2008,: “Orang harus bayar apa yg telah mereka curi”. Paraguay saat itu merupakan Negara yg memiliki birokrasi terkorup di dunia. Hal ini membuat Lugo harus melakukan reformasi besar-besaranan dalam birokrasi pemerintahannya. Dan dia membuktikannya, ketika menandatangani sejumlah dekrit.

Pernyataan Lugo tentu saja berkorelasi dengan kasus Ibas. Ibas harus membayar semua konsekuensi dari segala fasilitas sang Ayah – yg dimanfaatkan olehnya untuk mencuri uang rakyat (jika terbukti terlibat dalam sejumlah kasus korupsi yg disebutkan Yulianis & Nazaruddin).

Dalam hal ini, aku berani bertaruh; hari-hari pengutukan bagi Ibas akan segera datang. Sekarang Hukum akan memburunya seperti kutukan, mengejar-ngejarnya seperti arus banjir bandang.

Dan aku pun berani bertaruh; SBY pasti akan menjadikan dirinya sebagai “pintu kematian” bagi siapapun yg hendak mengganggu putera kesayangannya itu. Tidak peduli kenapa seseorang harus “mati”!! tidak peduli “kematian” seseorang dengan cara keji yg melahirkan dendam kusumat!! Yang pasti, nasib sang putera mahkota itu kini berada di tangan KPK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun