-Buat yang menunggu matahari terbit
ketika senja datang lagi mencuri cahaya dari matamu
aku mengintip lewat angin yang bertiup pudar
ketika lengkung pelangi menjamur di bibirmu
aku memujamu, duhai duhai dikau
kembali aku titipkan sesak ini di senyummu
sesak dalam dadaku wahai dikau
sesak dalam bait-bait puisi
ada api yang menyala-nyala di dadaku duhai dikau yang mulia
tak pernah menatapku
apalagi mengamit jariku
namun aku simpan telaga di kepalaku
untuk memadamkan api
ya bisa saja
tapi aku ingin lebih dari itu
agar aku bisa menyimpan pantulan wajahmu:
dalam mata, nafas dan lidahku
panji panji panji aku berdoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H