Sekitar 10 tahun lalu saya membeli rumah dari seorang tetangga yang menderita kanker payudara. Saya sama sekali tidak berminat untuk membeli rumah itu, tetapi tetangga saya itu setengah memaksa untuk saya memiliki rumah tersebut. Sebenarnya harga yang ditawarkan 2 kali lipat harga yang mereka setujui untuk saya membeli rumah tersebut. Sungguh, saya tidak ada niat sama sekali, karena selain saya tidak tinggal di Indonesia, saya juga tak punya cukup uang untuk membeli sesuatu tanpa perhitungan jangka panjang.
Karena merasa kasian, akhirnya saya pun menyetujuinya, dan rumah itu menjadi milik saya, cuma karena keuangan yang sangat terbatas, saya tidak langsung mengganti nama kepemilikan. Mama saya orang awam, beliau bilang, ya sudah kalau nanti kamu ada uang ganti sertifikat. Ahkirnya setelah beberapa tahun, dan ibu yang menjual rumah itu meninggal, saya berniat untuk ganti nama, dan saya mempunyai rezeki untuk itu. Tetapi masyaallah, mahalnya bukan kepalang, saya harus bayar banyak berbelas-belas juta, yang menurut saya sangat banyak dan di luar dugaan saya. Tapi melihat kondisi negara kita yang apa-apa uang dan meningkatnya kenaikan harga dengan tanpa perhitungan, akhirnya saya setujui dan mempercayakan masalah itu kepada pegawai kecamatan tetangga mama saya.
Karena menurut hukum harus ada tanda tangan ahli waris, akhirnya dari ibu kandung almarhumah diketahui keadaan anak nya yang sekarang masih kuliah dan berada di Surabaya. Pihak kecamatan memberikan surat kuasa ke anak tersebut dan dia menyetujui untuk menandatangani dengan syarat meminta uang sekitar 1 juta setengah untuk alasan biaya dan lain lain. Lain lain apa ya?
Saya sebagai orang islam merasa sedih, kenapa sih minta tanda tangan saya harus pakai uang? dan kenapa dia menjatahkan sejumlah yang dia tentukan?
Mungkin saya tinggal di luar negeri yang tidak melihat apa- apa harus pakai uang. Kapan ya negara saya tercinta ini menilai sesuatu itu tanpa pamrih? kenapa negara tempat saya tinggal yang tak mengenal agama tetapi lebih bermoral? Apa ini salah didikan dari kecil? Saya ridho kalau saja uang yang saya kasih buat orang yang tidak mampu dan tak bisa makan sama sekali. Tetapi saya tidak ridho lillahhitaalla kalau mereka masih bisa berusaha sendiri. Dari hal sekecil itulah akibat merajalelanya korupsi di Indonesia.
Wahai sahabat saya pembaca dan pencinta kebebasan, mudah-mudahan anda bukan golongan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H