Mohon tunggu...
Zavry W. Zaid
Zavry W. Zaid Mohon Tunggu... lainnya -

Chairman/CEO at Human Paradigm Enlightemen Foundation (HPEF/YPPI).Freelancer now n then. Nothing more interesting than immortality. In between, just passing n away while looking for the better future of body, mind n soul. Positive thinking, open minded, forget the past n forgiveness for a glorious of humanities.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyenangkan, Menyusahkan, dan Mental Inlander

11 Juni 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penegak hukum tidak berlaku sebagai abdi negara, tapi abdi pemerintah, karena belum benar-benar berpihak pada kebenaran, kejujuran dan keadilan. Belum mampu mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan bangsa agar kehidupan rakyat jelata bisa setara, adil, cerdas dan makmur selayaknya manusia beradab. Mental inlander harus dilawan, dienyahkan dengan kesadaran, insaf diri melalui cerdas agar rakyat makmur hidup sejahtera.

Bertahan pada mental inlander melalui pola hubungan terjajah dengan kultur penjajah, berapa lama lagi rakyat dan bangsa mampu menanggung beban psikologis untuk bisa bangkit, sadar dan insaf sebagai bangsa mandiri? Dalam kultur penjajah tak ada ruang bagi rakyat untuk menjalankan hidup secara cerdas, makmur, sejahtera, damai dan bahagia memuaskan hasrat jiwa sebagai bangsa terjajah. Masihkah berlaku kini di jaman merdeka?

Upaya menyenangkan dan meningkatkan kualitas hidup terbatas pada kelompok elite penguasa, membangun dinasti keluarga, petinggi partai beserta antek-anteknya. Rakyat tetap tertinggal dengan akses terbatas untuk memperoleh pangan, papan, sandang, kesehatan dan pendidikan agar dapat mencerdaskan diri dan keluarga dengan layak. Jurang yang kaya semakin kaya dan miskin bertambah miskin semakin lebar. Kemiskinan akan memunculkan perbudakan ekonomi modern. Miskin harta dan miskin jiwa karena terperangkap dalam mental inlander yang menghambat kemajuan bangsa. Tidak terlintas dalam pikiran penjajah untuk menyenangkan rakyat terjajah, kecuali hasrat untuk tetap menyusahkan agar terperangkap dalam mental, sikap dan perilaku inlander.

Bila mental inlander yang membuat susah rakyat dan bangsa dipelihara, maka perilaku mempersulit, menambah rakyat menderita, sengsara, lemah tak berdaya, miskin  papa jadi ciri-ciri orang sakit jiwa. Jiwa sakit karena tega bersenang-senang, bermewah dan berpuas diri di atas kemiskinan rakyat, korban menderita sengsara. Perlukah elite penguasa menjalani psikoterapi untuk memulihkan kondisi jiwa atau berkonsultasi kepada dokter spesialis penyakit psikosomatis dan psikolog ahli ilmu jiwa?.  Kompasianer yang cerdas, berminat, sadar dan insaf bisa ikut menyarankan langkah yang mangkus dan sangkil bagi sesama, utamanya elite penguasa.  Percayalah bisa!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun