Mohon tunggu...
GINA SULISTIANA
GINA SULISTIANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223110041

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quiz 11 - Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Korupsi di Indonesia

23 November 2024   18:50 Diperbarui: 23 November 2024   20:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

What : Teori Psikoanalisis Sigmund Freud pada Hakikat dan Perkembangan Kepribadian Manusia

Sigmund Freud (1856–1939) adalah seorang ahli neurologi asal Austria dan pelopor psikoanalisis, sebuah pendekatan dalam psikologi yang menekankan peran alam bawah sadar dalam membentuk perilaku manusia. Psikoanalisis merupakan teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dalam menganalisis psikologis manusia. Psikoanalisis sering disebut juga sebagai "psikologi dalam" karena pendekatannya yang tidak hanya berpacu pada analisis kepribadian manusia dari aspek luar saja, melainkan mencakup pada dimensi yang tersembunyi di dalam diri setiap individu mengenai bagaimana hal tersebut memiliki pengaruh besar terhadap cara individu tersebut berinteraksi dengan dunia luar. Meskipun tersembunyi, elemen-elemen tersebut tetap aktif dan dapat memengaruhi perilaku serta pengambilan keputusan bagi individu secara signifikan.

Menurut Sigmund Freud, manusia adalah makhluk berenergi yang seluruh perilakunya dipengaruhi oleh dinamika energi psikis yang sebagian besar berada di luar kendali kesadaran. Freud meyakini bahwa zona ketidaksadaran, atau yang dikenal sebagai alam bawah sadar, adalah pusat utama yang menggerakkan perilaku manusia. Bagian ini mencakup hawa nafsu, insting dan segala sesuatu yang diterima pikiran, perasaan, bahkan konflik yang sering kali tidak disadari (Ahmad, 2011).

Sigmund Freud dalam teorinya menggunakan analogi gunung es untuk menggambarkan struktur kepribadian manusia yang terdiri dari tiga tingkat kesadaran, yaitu "sadar" (conscious) yang aktif saat seseorang terbangun, memungkinkan individu untuk memahami situasi di sekitarnya dan merespons dengan cepat berdasarkan pemikiran rasional. , "prasada" (preconscious) berisi informasi yang tidak selalu ada dalam pikiran aktif tetapi dapat dengan mudah diakses saat diperlukan, seperti ingatan atau pengalaman tertentu , dan "tak sadar" (unconscious) menyimpan lapisan terdalam dari pengalaman hidup, ingatan masa lalu, dan pola perilaku yang telah dipelajari, yang secara tidak sadar memengaruhi tindakan dan keputusan individu tanpa disadari (Dr. Susana Prapunoto, 2019).

Dalam analogi ini, permukaan gunung es yang terlihat di atas air menggambarkan alam sadar, sementara bagian gunung es yang tenggelam di bawah permukaan air mewakili alam tak sadar (atau alam bawah sadar). Yang kemudian di kembangkan menjadi tiga struktur utama yang membentuk kepribadian seseorang yaitu id, ego, dan superego (Syahrul Syawal).

  • Id: Komponen biologis yang bersifat tidak sadar, dengan penuh dorongan instingtual seperti nafsu, agresi, dan kebutuhan dasar. Id beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), yaitu mencari kepuasan instan tanpa mempedulikan realitas.
  • Ego: Komponen psikologis yang bersifat sadar dan berfungsi sebagai mediator antara id, superego, dan dunia nyata. Oleh karena itu, Ego dapat dikatakan beroperasi berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
  • Superego: Komponen dari kepribadian manusia yang berfungsi sebagai pengontrol moral dan etis, yang berkembang melalui internalisasi nilai-nilai dari keluarga, budaya, dan masyarakat. Superego mewakili idealisme individu dan berusaha untuk memastikan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil sesuai dengan norma sosial dan moral. Dengan begitu, Superego bekerja dengan cara menanamkan rasa bersalah atau malu untuk mencegah perilaku yang tidak sesuai dengan standar moral.

Tulisan ini menjadi sangat relevan dalam konteks krisis moral yang semakin nyata di tengah masyarakat, terutama dengan meningkatnya kasus korupsi yang merusak berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Korupsi, sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok, sering kali dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif, menunjukkan lemahnya fondasi moral dan integritas individu yang terlibat. 

Lebih jauh lagi, tindakan korupsi menggambarkan krisis dalam nilai sosial, di mana norma-norma yang mengedepankan keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab semakin terabaikan. Sistem yang lemah, ketidaktegasan dalam penegakan hukum, dan budaya permisif sering kali memperkuat perilaku korup. Hal ini menciptakan lingkaran hitam yang sulit diputus, di mana individu merasa bahwa korupsi adalah bagian dari "normalitas" dalam mekanisme kekuasaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun