Mohon tunggu...
GINA SULISTIANA
GINA SULISTIANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223110041

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Quiz 6 - Manajemen Waktu "Weton" Untuk Pengendalian Diri dan Penentuan Hari Baik

19 Oktober 2024   23:31 Diperbarui: 20 Oktober 2024   00:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri UMB_ Apollo Prof

What : Waktu dan Weton Dalam Konteks Pengendalian Diri dan Penentuan Hari Baik

Waktu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), Waktu atau masa adalah seluruh rangkaian yang berproses dengan keadaan dalam kehidupan. Skala waktu dapat diartikan sebagai interval antara dua keadaan atau  kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Waktu adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena ia mengatur hampir setiap aspek dari eksistensi kehidupan. Secara mendasar, waktu bukan hanya memberikan kerangka ukuran atau alat hitung, tetapi juga mencakup cara manusia memahami perubahan, pertumbuhan, serta keterhubungan dengan alam semesta. Waktu terdiri dari berbagai dimensi dan konsep yang beragam, tergantung dari sudut pandang atau pendekatan yang digunakan. Berikut beberapa komponen utama yang membentuk konsep waktu:

1. Waktu Linier, adalah pandangan yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang berlangsung dalam urutan kronologis, dalam konteks ini waktu dianggap bergerak secara lurus dari masa lalu, melalui masa kini, menuju masa depan. Misalnya, sistem tanggalan menurut nalar imajinasik seperti, milenium (1000 tahun), abad (100 tahun), Dasawarsa (10 tahun), Windu (8 tahun), Lustrum (5 tahun), tahun (12 bulan), bulan (28-31 hari), minggu (7 hari atau 5 hari dalam konteks jam kerja), hari (24 jam), jam (60 menit), dan menit (60 detik).

2. Waktu Siklikal, atau waktu siklis memandang waktu sebagai sesuatu yang berulang dan bersifat siklikal. Seperti pandangan budaya tertentu yang dikenal tradisi Jawa dengan konsep weton. Misalnya, musim, generasi, atau siklus astrologis. Konsep waktu siklis menekankan pada repetisi, regenerasi, dan kesinambungan, di mana masa lalu, masa kini, hingga masa depan yang dianggap saling terkait dan berulang dalam pola yang tetap.

Selain itu, waktu terdiri dari 2 makna yang saling berkaitan, yaitu:

  • Makna Semiotika, dalam konteks waktu, makna semiotika mencakup bagaimana simbol atau tanda yang terkait dengan waktu, seperti sistem penanggalan, jam, atau bahkan kata-kata yang menggambarkan waktu yang diinterpretasikan. Contohnya seperti tua-muda, kuna, klasik, modern, dan postmodern yang termasuk ke dalam makna semiotika temporal dan historis, yang menggambarkan periode waktu serta perkembangan budaya dan sosial.
  • Makna Imajinasi, dalam kaitannya dengan waktu, makna imajinasi memungkinkan manusia untuk membayangkan berbagai skenario masa depan atau merefleksikan masa lalu dengan cara yang subjektif. Imajinasi memungkinkan manusia untuk mengubah makna waktu dalam konteks yang lebih abstrak atau kreatif.

Manajemen Waktu

Peter Drucker, seorang pakar manajemen terkenal, menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu keterampilan yang harus dipelajari dan diterapkan. Menurutnya, manajemen waktu melibatkan pemahaman terhadap prioritas, pengorganisasian waktu, serta kemampuan untuk menghindari pemborosan waktu.


Weton 

Weton adalah sistem kalender Jawa yang menggabungkan lima hari pasaran (Pahing, Pon, Legi, Wage, dan Kliwon) dengan siklus tujuh hari kalender Masehi. Secara harfiah, weton adalah kombinasi dari hari lahir menurut kalender Masehi dan pasaran Jawa yang terjadi setiap 35 hari. Lebih dari sekadar penghitungan hari, weton dianggap memiliki makna spiritual dan filosofi yang mendalam dalam menentukan karakter dan nasib seseorang.


Manajemen Waktu "Weton"

Dapat disimpulkan bahwa, manajemen waktu "weton" merupakan salah satu cara bagi Budaya Jawa memanajemen waktu yang berkaitan dengan pemahaman terhadap siklus bagaimana individu dapat menyelaraskan aktivitas harian mereka dengan hari-hari yang dianggap membawa keberuntungan dengan lebih bijaksana dan penuh perhitungan. Konsep waktu dalam tradisi Jawa "weton" ini bersifat siklikal atau berulang. Dengan demikian, konsep ini memberikan pendekatan yang bersfiat spiritual dalam manajemen waktu dan pengendalian diri melalui harmoni antara diri dan alam.

Weton jawa dalam kepercayaan Jawa, arti dari suatu peristiwa yang terjadi pada hari tertentu dapat diramal dengan menelaah saat terjadinya peristiwa tersebut dalam suatu siklus hari dalam kalender tradisional. Dasarnya adalah "moco ing waskito", yang berarti membaca kejadian dari fenomena atau tanda-tanda (alam) yang telah terjadi sebagai panduan untuk memahami setiap peristiwa yang akan terjadi. Sejak jaman dahulu, sistem penanggalan atau penghitungan neptu weton Jawa ini sudah biasa digunakan oleh masyarakat Jawa yang bukan hanya sebagai penanda hari lahir saja ataupun untuk menggambarkan sifat, karakter dan nasib seseorang, melainkan bisa juga digunakan untuk menentukan masa tanam dan panen, meramal kecocokan jodoh, ataupun untuk meramalkan hari baik untuk tujuan tertentu. Beragam metode, rumus, ataupun ketentuan yang diyakini dari generasi ke generasi memiliki makna yang menjadi tuntunan ataupun peringatan bagi yang mempercayainya.

Salah satu contoh dari metode peramalan ini dapat ditemukan dalam sistem perhitungan neptu pada hari kelahiran Jawa yang disebut Wetonan. Misalnya, weton anda adalah gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa, hari lahir anda akan berulang setiap lima minggu, dan setiap hari kelahiran memiliki pengaruh masing-masing dalam menentukan sifat, karakter, dan nasib anda. Ada beberapa versi dalam perhitungan neptu weton Jawa, antara lain dalam perhitungan neptu weton Jawa, berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing:

Dokpri UMB_ Apollo Prof
Dokpri UMB_ Apollo Prof
  • Pancasuda: Ini adalah sistem yang menggunakan lima hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan mengaitkan masing-masing hari dengan angka tertentu. Biasanya, sistem ini menggabungkan hari Pasaran (hari-hari dalam kalender Jawa) dengan hari dalam seminggu.
  • Saptawara/Pancawara: Saptawara berarti tujuh hari, yang mencakup hari-hari dalam seminggu, sedangkan Pancawara berarti lima hari, yang mencakup lima hari Pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Kombinasi dari kedua sistem ini menghasilkan angka neptu yang dapat digunakan untuk meramal atau memahami karakter seseorang berdasarkan tanggal lahir.
  • Kamarokam: Ini adalah sistem yang lebih kompleks yang melibatkan perhitungan berdasarkan neptu dari hari lahir dan hari Pasaran. Dalam sistem ini, setiap hari dan pasaran memiliki nilai neptu tertentu yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan angka akhir.

Ketiga sistem tersebut digunakan oleh orang Jawa untuk berbagai keperluan, seperti meramal nasib, menentukan hari baik untuk melakukan suatu kegiatan, atau memahami karakter seseorang berdasarkan tanggal lahirnya. Perbedaan dalam metode perhitungan ini mencerminkan keberagaman budaya dan tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa.

Hari pasaran, terdiri dari lima hari dengan urutan nama: Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna), Wage (Cemengan). Nama lima hari tersebut diambil atau berasal dari nama lima roh. Nama-nama roh tersebut adalah Batara Legi, Batara Pahing, Batara Pon, Batara Wage, Batara Kliwon. lima hari pasaran tersebut pada hakikatnya mengambil dari nama jiwa manusia yang disebut "Sedulur Papat Lima Pancer", dari hal itu kalangan masyarakat Jawa sampai sekarang mempercayai adanya naluri ataas penggunaan nama lima pasaran tersebut untuk dijadikan titikan bagi perangan seseorang menurut hari pasaran kelahirannya. Menurut kepercayaan Jawa, setiap manusia memiliki empat saudara spiritual yang menyertai mereka sejak lahir yaitu yang disebut "Sedulur Papat (Empat Saudara Spiritual)" Empat saudara ini hadir sejak proses kelahiran dan terus menemani seseorang sepanjang hidup. Mereka diidentifikasi dengan elemen-elemen yang terkait dengan proses kelahiran:

  • Kakang Kawah: Air ketuban, yang keluar pertama kali saat kelahiran.
  • Adhi Ari-Ari: Plasenta, yang dianggap sebagai saudara spiritual penting yang melindungi bayi selama dalam kandungan.
  • Getih: Darah yang keluar selama proses kelahiran.
  • Puser (Tali Pusat): Tali pusat yang menghubungkan bayi dengan ibunya.

Sedangkan, Lima Pancer yaitu pusat atau inti, yang merujuk pada diri individu itu sendiri. Pancer mewakili pusat keberadaan, yaitu manusia itu sendiri yang berada di tengah-tengah keempat saudaranya. Letak sedulur papat ini sejalan dengan arah kiblat manusia Jawa juga.

Sejak zaman dahulu hingga saat ini perhitungan weton sangat penting bagi orang Jawa terutama saat akan melaksanakan suatu acara penting seperti pernikahan, pindah rumah, dan lain-lain. Umumnya, weton digunakan untuk menentukan tanggal yang baik untuk pelaksanaan acara tersebut menghindari hari yang dianggap membawa peruntungan buruk. Karena digunakan untuk menentukan keputusan penting, maka cara menghitung weton tidak bisa dilakukan sembarangan. Biasanya perhitungan weton diserahkan kepada orang yang dituakan dan dianggap memiliki cukup ilmu untuk melakukannya.

Why: Pentingnya Manajemen Waktu Weton dalam Pengendalian Diri dan Penetuan Hari Baik Bagi Masyakarat Jawa.

Manajemen waktu berdasarkan weton memberikan pendekatan unik dalam hal pengendalian diri. Dengan memahami siklus ini, individu dapat lebih bijaksana dalam merencanakan tindakan mereka. Menurut pandangan masyarakat Jawa, melibatkan perhitungan weton pada suatu acara yang dianggap penting bukan hanya sekedar kepercayaan semata, tetapi hal tersebut sudah menjadi bagian dari warisan budaya yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Pengguanaan weton juga berarti mencerminkan sikap penghormatan terhadap leluhur dan tradisi yang telah mengakar dalam masyarakat Jawa.
Oleh karena itu masyarakat Jawa meyakini bahwa waktu yang tepat berdasarkan perhitungan weton dapat membawa keberutungan dan kesuksusan atas hajat yang diinginkan. Dalam rangkaian penjang tradisi dan warisan budaya Jawa, weton  menjadi landasan penting dalam pengambilan Keputusan, merencanakan kehidupan, dan menjalani perjalanan hidup. Dengan begitu, nilai sakralitas tersebut menjadi inti dari pentingnya kepercayaan ini. Walaupun ada beberapa kalangan yang mungkin kurang atau tidak mempercayainya. Meskipun begitu, konsep ini tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan identitas masyarakat Jawa yang terkenal akan budaya dan spiritualitasnya.

Dokpri UMB_ Apollo Prof
Dokpri UMB_ Apollo Prof
How : Pemahaman Tentang Weton Berkontribusi Pada Pengendalian Diri Dan Disiplin Terhadap Manajemen Waktu untuk Pribadi Yang Lebih Baik

Pemahaman tentang weton dapat berkontribusi pada pengendalian diri dan disiplin pribadi yang lebih baik karena sistem weton mengajarkan tentang pentingnya keselarasan dengan siklus waktu dan kesadaran diri. Dalam tradisi Jawa, weton adalah sistem kalender yang menggabungkan siklus pasaran lima hari Jawa dengan siklus tujuh hari kalender Masehi, membentuk siklus 35 hari yang unik. Melalui pemahaman terhadap siklus ini, seseorang dapat mengatur aktivitas dan tindakan mereka dengan lebih bijaksana, sesuai dengan hari-hari yang dianggap baik atau kurang baik menurut weton.

Selain itu, kesadaran diri yang muncul dari memahami weton kelahiran, berkaitan dengan karakter dan nasib seseorang, membantu individu mengenali kekuatan dan kelemahan nya. Dengan pengetahuan ini, seseorang dapat lebih teratur dalam mengelola emosi, meningkatkan disiplin pribadi, dan mengatur waktu dengan lebih efektif, menciptakan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pemahaman terkait weton mengajarkan bahwa manusia sebaiknya hidup selaras dengan ritme alam dan siklus waktu. Dengan memahami dan mengikuti siklus ini, seseorang bisa belajar untuk mengendalikan impuls, mengurangi stres, dan menerima perputaran kehidupan dengan lebih tenang.

Pengendalian diri menjadi lebih mudah ketika seseorang memahami bahwa segala sesuatu terjadi pada waktunya dan bahwa ada siklus yang harus dihormati. Dengan pemahaman yang mendalam tentang weton, individu dapat lebih terampil dalam mengendalikan emosi, merencanakan tindakan, serta menyesuaikan diri dengan siklus alami waktu. Sikap disiplin dan pengendalian diri menjadi lebih kuat karena seseorang belajar untuk menghormati waktu, menjaga keselarasan dengan alam, dan mengembangkan kesadaran diri. Hal ini membantu dalam mencapai keseimbangan hidup dan meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka

detikjatim. (2024, Juli 03). Pengeretian Weton hingga Karakter Sesuai Kelahirannya. Retrieved from detikcom: https://www.detik.com/jatim/budaya/d-7421318/pengertian-weton-hingga-karakter-sesuai-kelahirannya/amp

Hos, T. (2023, Desember 17). Pengertian Manajemen Waktu dan Menurut Para Ahli. Retrieved from RujuanEdukasi: https://www.rujukanedukasi.com/pengertian-manajemen-waktu-dan-menurut-para-ahli/

OHBEGITU. (2024, Januari 08). Memahami Konsep Waktu Linear dan Siklis. Retrieved from OHBEGITU: https://www.ohbegitu.com/3081/memahami-konsep-waktu-linear-dan-siklis

Primbon. (n.d.). Weton jawa, Panduan & Tafsiran Lengkap. Retrieved from Primbon: https://www.primbon.com/weton_jawa.htm#google_vignette

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun