Mohon tunggu...
Gina Sonia
Gina Sonia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah

As a History student with a deep interest in learning and sharing historical knowledge, I am dedicated to studying the past and interpreting its relevance to the present day. My writing style is known for its clarity and informative nature, and I have the ability to explain complex concepts in an easy-to-understand manner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Kembali Jakarta Abad 20

4 Agustus 2023   07:54 Diperbarui: 4 Agustus 2023   09:54 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wikimedia Commons

Tahu, nggak guys kalau perayaan umat muslim jaman dulu itu nggak kalah ramai? Perayaan besar keagamaan menarik massa dalam jumlah besar. Hari raya Islam seperti lebaran, Isra Mi'raj dan Maulid menarik perhatian ribuan orang untuk ke masjid-masjid besar, apalagi kalau ada penceramah favorit, wah, pasti rame banget!

Wah, menarik, ya Min. Tapi, kok pisah-pisah, sih Min? Harus banget, ya?

Nah, jawaban untuk pertanyaan ini ya tergantung Belanda. Maksudnya, segala kebijakan yang diterapkan di Batavia harus berdasarkan kemauan dan pertimbangan pemerintah Hindia Belanda. Melalui VOC, mereka membangun Batavia sesuai tujuan dan kebutuhan mereka, yakni sebagai kawasan pusat kota, kawasan permukiman, kawasan niaga, dan kawasan militernya. Batavia menjadi kota yang memiliki kanal, dikelilingi oleh tembok kota, lengkap dengan bastion.

Kawasan pemukiman yang tersekat-sekat menggambarkan gagasan hierarki pemerintah dimana hal ini mengacu pada perbedaan perlakuan yang diberikan oleh kelompok yang mendominasi. Selain itu, perbedaan pemukiman dapat mendorong munculnya stratifikasi sosial yang berdasarkan ras dan keagamaan. Kanal-kanal yang dibangun pemerintah Hindia Belanda pada dasarnya merupakan pemisah antara kaum bangsawan Eropa, orang-orang Tionghoa, Arab, dan pemukiman pribumi. Pemisahan dikodifikasikan oleh bentuk Batavia sendiri dimana rencana kota memisahkan penduduk dengan kanal dan tembok kota. Pemisahan itu tampaknya juga meluas ke masalah ketimpangan pengadaan fasilitas perumahan yang tidak didistribusikan secara merata.

Keberhasilan pemerintah mengelompokkan etnis berdasarkan pemukimannya dapat dilihat hingga sekarang lewat nama-nama kampung seperti Kampung Ambon, Pecinan, Kampung Bugis, dan lain sebagainya. Ini sudah menjadi ciri khas pemerintah Hindia Belanda, mereka membuat transisi pemukiman Eropa dan pribumi dengan memasukkan etnis Arab, Tionghoa, dan etnis lain ke dalam sistem tata ruang pemukiman kota.

Nah, udah kebayang belum bagaimana pemukiman Batavia abad 20?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun