Mohon tunggu...
Gina Resiana
Gina Resiana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

menulis, membaca, nonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diskusi Patah Hati

17 April 2024   20:12 Diperbarui: 17 April 2024   20:17 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi Patah Hati

Oleh : Gina Resiana

"Hai Bu Guru Hana, aku hendak bertanya," Ari mengacungkan tangan, seraya berkata dengan logat ketimurannya.

"Iya Ari silakan, apa yang hendak kau tanyankan?" sebagai guru, Hana selalu antuias mendengar pertanyaan murid-muridnya.

"Bu guru Hana, kenapa patah hati selalu diidentikan dengan orang yang baru putus cinta?" tanya Ari.

"Patah hati? Mengapa kau tiba-tiba bertanya tentang itu Ari?" Hana balik bertanya.

"Karna ada temanku yang bilang 'aku patah hati karena kau' bingung aku, apa itu patah hati," jawab Ari, jujur.

"Memang patah hati menurut kau apa Ari?" Hana bertanya kembali.

"Aku berusaha memahami apa itu patah hati Bu Guru Hana, patah hati itu apakah jantung aku yang dibelah seperti Nabi Muhammad lalu dibersihkan hatinya oleh malaikat Jibril? Atau orang yang memang dibunuh seperti Hamzah bin Abdul Muthalib yang dimakan hatinya oleh Hindun binti Utbah? Bagaimana Bu Guru Hana sebenarnya patah hati?" ungkap Ari sangat menggebu-gebu.

"Waw... pendapatmu sangat luar biasa ya tentang patah hati. Sebelum bu guru yang menjawab, mungkin ada diantara teman kau yang mau mengungkapkan apa itu patah hati?" Hana memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk berpendapat.

"Aku Bu Guru Hana." Rizal mengangkat tangannya.

"Ya, silakan Rizal." Hana memberi kesempatan.

"Aku membaca di wikipedia kalau patah hati adalah metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta. Jadi kalau disismpulkan, patah hati ini memanglah buah yang jatuh karena sebuah cinta," ungkap Rizal cukup panjang lebar sambil melihat layar pipih ditangannya.

"Apakah karena cinta saja kami bisa patah hati Bu Guru Hana?" tanya Ari masih penasaran.

"Ibu tanya lagi, siapa di kelas ini yang pernah patah hati?"

"Saya bu guru." Moana mengacungkan tangan mencoba mengungkapkan pengalaman patah hatinya.

"Kenapa kau patah hati Moana?"

"Tentu pada saat aku di putuskan oleh Ari bu guru." Semua orang tertawa mendengar alasan Moana, tapi tidak dengan Ari dan Moana. Ari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedang Moana memandang sinis Ari.

"Pada saat kamu merasa patah hati apakah hatimu tersasa sakit Moana?" Hana bertanya sambil menunjuk posisi jantung di sebelah kiri.

"Tidak bu guru," ungkap Moana datar dan menggelengkan kepalanya.  

"Berarti kau tidak patah hati Moana, kau memang tidak cinta kepada ku," ujar Ari seraya menatap sinis pada Moana. Lalu semua orang menertawakan Ari lagi.  Tak ayal, seisi kelaspun menjadi riuh karena Ari dan Moana.

"Baik-baik anak-anakku sekalian, tenang dulu, tenang ya..." Hana beruaha menenangkan, "Mari kita sama-sama bicarakan patah hati ini, pembahasan yang sangat menarik untuk kita salami di akhir pelajaran kita." Hana melayangkan pandangan ke seluruh ruang kelas yang mulai tenang.

"Kalau ibu lihat di internet patah hati bisa dirasakan oleh siapa saja dan tidak melulu karena berakhirnya sebuah hubungan percintaan. Kondisi yang menyebabkan stres berat, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarga yang disayangi, hingga perubahan karir bisa menyebabkan patah hati. Jadi kita patah hati tidak hanya soal putus cinta dengan pasangan, tetapi ketika kalian merasa sakit hati, kecewa, dan meraskan ngilu atau tertusuk dibagian sini." Hana menunjuk tepat di jantungnya.

 "Itulah yang dikatakan dengan patah hati, patah, dari satu menjadi dua, dari terikat menjadi putus, patah karena ditinggalkan yang awalnya dekat jadi menjauh atau karena dikecewakan, hingga menyebabkan sakit yang sulit digambarkan, sampai menangis dengan tersedu-sedu karena sesuatu hal yang berharga hilang bersama dengan rasa kecwea itu. Seperti kehilangan sahabat, kehilangan keluarga, jika itu terasa menusuk hati, maka kamu sedang patah hati." Hana menjelaskan panjang lebar.

Semua yang mendengarkan mengangguk paham dengan penjelasan Hana, seperti rumit, namun paham dengan bagaimana rasanya, sakit.

"Bu Guru Hana, apakah engkau pernah merasakan patah hati?" Tanya Rizal tiba-tiba. Hana terenyum mendengarkan pertanyaan Rizal, dia tatap anak-anak didiknya satu persatu, terlihat rasa penasaran jawaban apa yang hendak Hana berikan.

"Kalau kau Rizal? Pernah kau patah hati?" bukanya menjawab, Hana malah melempar kembali pertanyaan pada Rizal. Dan Rizal hanya menggelengkan kepala, tanda ia tak pernah merasakan patah hati.

Dengan tarikan napas yang cukup panjang, dan senyum yang disiapkan supaya terlihat menawan Hana beruaha menjawab pertanyaan Rizal.

"Ya ibu pernah patah hati, saat murid-murid ibu satu persatu melangkah pergi menggapai cita-citanya, hati ibu," Hana menunjuk posisi jantungnya lagi, "tapi ada yang lebih menyakitkan, tatkala ibu tidak bisa mengantar kalian pada mimpi dan cita-cita kalian, pada saat ibu melihat kalian berputus asa dengan masa depan kalian sendiri, pada saat itu hati ibu terasa lebih sakit." Hana menitikan air mata mengungkapkan isi hatinya, ia sangat sayang kepada anak-anak didiknya, sehingga ia selalu berusaha membantu muridnya untuk menggapai mimpinya.

Moana dan murid perempuan berhambur memeluk Hana yang berdiri di depan, sedang murid laki-laki hanya dapat menyaksikan suasa diskusi patah hati kali ini.

"Anak-anakku, sepertinya ibu punya kesimpulan baru tentang patah hati," murid-murid yang sebelumnya memeluk Hana, kini mengurai dan mempersiapkan pendengarannya masing-masing.

"Sepertinya patah hati ini memang asalnya dari cinta, cinta pada pasangan, pada pekerjaan, pada sekolah, pada rumah, pada keluarga, dan pada apa-apa yang kita harapkan. Dan yang membuat kita menjadi merasa sakit hati adalah ketika yang kita harapkan itu mengecewakan kita." Hana menjeda ucapannya, lalu menutup kelas dengan sebuah nasihat.

"Bersiaplah kalian dengan rasa sakit dan patah hati, bukan tidak mungkin rasa itu akan kita rasakan, entah sekarang atau nanti. Jadikan rasa itu sebagai pelajaran berharga untuk hidup kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun