Mohon tunggu...
Gina Resiana
Gina Resiana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

menulis, membaca, nonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Islam My Attitude

16 April 2024   12:49 Diperbarui: 16 April 2024   13:08 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam My Attitude

"Assalamu'alaikum hah hah." Ayun masuk setengah ngosh-ngoshan langsung menuju hammam.

"Waalaikumussalam, kamu kenapa Yun, ada apa? hah heh hoh gitu, kaya di kejar-kejar mantan aja." Farha menjawab salam dan langsung menyerbu pertayaan.

"Heheh hah." Ayun nyengir dengan nafas belum normal sempurna, "aku kebelet pipis Far, bentar ya."

"Emang kamu dari mana?" Farha sedikit berteriak melihat Ayun yang berlalu dibalik pintu, tak ada jawaban hingga pintu itu terbuka kembali.

"Abis ngelayat, tetangga ada yang meninggal, tadi sih sama umi, tapi aku kebelet jadi pulang duluan." Nafasnya yang sudah terpompa normal, Ayun menjawab serbuan pertanyaan sahabatnya dengan baik.

"Innalillahi wa innalillahi rojiun." Fahra mengucap kalimat istirja.

"Emang siapa yang meninggal? Kamu takut mayatnya hidup lagi sampe lari gitu, sampe kebelet pipis gara-gara takut bukan? Kalo tahu bakalan takut, kenapa kamu ke sana, kenapa gak disini aja? Tenangkan kaya aku." Ungkap Farha yang sejak tadi duduk manis didepan layar pipih nan tipis didepannya.

"Ikh udah dibilang aku kebelet makanya lari." Ayun merajuk. 

"Dan aku gak takut sama mayat jadi hidup lagi, lagian kan udah kewajiban kita sebagai sesama muslim kalau ada yang meninggal itu kita harus melayat bahkan mengantarkan ke peristirahatan terakhirnya, apalagi yang meninggal tetangga sendiri, Bu Iroh, tahukan? Jadi tuh sebelumnya beliau sakit parah selama satu bulan, aku jenguk beliau dua kali pas sakit, dan hari ini beliau di panggil oleh sang pemilik kehidupan." Nada terakhir Ayun sedikit tertahan sedih.

"Semoga amal ibadahnya diterima ya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran." Farha memohonkan.

"Aamiin" Keduanya lalu mengaminkan.

"Kamu lagi apa Far? Masih aja selonjoran dan scroll media sosial? Sayang banget gak sih waktunya" Tak ingin berlarut dalam suasana duka, Ayun mengalihkan topic perbincangan keduanya.

"Eits jangan salah, aku lagi lihat maps tempat pernikahan teman Aku, dan lagi siap-siap mau pergi ke sana, aku udah mandi, udah bungkus kado, udah bersih-bersih rumah, udah nyetrikan, pokoknya udah siap berangkat tapi belum ada temen buat ke sana, kamu ikut yu temenin aku." Ajak Farha.

"Engga akh, akukan gak di undang." Tolak Ayun.

"Gak apa-apa, undangannya buat dua orang kok, artinya aku bisa bawa teman pergi ke sana."

"Baiklah kalau begitu, aku siap-siap dulu."

Lengkap dengan tas kecil yang di tenteng oleh Ayun serta satu kado cukup besar dari Farha, mereka siap berangkat. Tidak lupa selfi dua jari dipipi mereka lakukan sebelum berangkat.  Cekrek, satu dua cekrek lagi. Kemudian upload di story media sosialnya.

"Otewe undangan pernikahan, kamu kapan ngundang?" Tulis ayun. Akibat dari caption yang ditulisnya, beragam pesan komentar masuk melalui pesan pribadi.

"Kondangan siapa nih?"

"Wah Ayun cantik banget."

"Kondangan mulu, kamu kapan ngondang? *ekh sorry keceplosan" dan komentar lainnya yang bernada sama.

"Kenapa sih orang-orang tuh selalu nanya aku kapan nyusul nikah." Pesan tersirat itu membuat raut wajah tidak suka tidak dapat disembunyikan oleh Ayun.

"Udah gak usah di dengerin kata-kata orang, emang yang ngomen itu udah nikah? Paling dia bercanda, atau kalau kamu merasa tersinggung ya tinggal balik nanya, kamu kapan nikah? Atau bilang lagi nunggu kamu lamar aku, kalo yang ngomen cowok hehehe" Farha berucap panjang lebar bak ceramah tujuh menit.

"Iya deh iya, makasih nasehatnya Farhaku yang cantik." Ayun mengerjapkan mata cantik buatan pada Farha yang selalu membuatnya tenang dan damai dengan berbagai nasehatnya.

"Yaudah yuk, berangkat." Keduanya berboncengan, tempat tujuan tidaklah jauh, namun melewati gang-gang kecil yang cukup sempit, ditambah banyak ibu-ibu rumpi di beberapa blok teras rumah yang sedang berkumpul terkadang cukup menghalangi kelancaran perjalanan siapapun yang melintas.

"Assalamuallaikum bu, permisi." Beberapa kali keduanya layangkan salam pada kerumuna rumpi tersebut. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengucapkan salam atau sekedar permisi dan kemudian dibalas "waalaikum salam." Sekedar itu saja rasa tenang dalam hati sudah muncul, didoakan oleh orang yang bahkah kadang keduanya pun tak mengenalnya.

"Hati-hati neng Farha." Salah satu ibu mengingatkan saat melintas diantara kerumunan.

"Iya bu, makasih." Sedikit berteriak karena sudah terlanjur meluncur agak jauh.

"Hachhim." Farha yang mengendarai motor seketika bersin pada saat keluar dari gang. Pasalnya, pada saat keluar dari jalan sempit itu lalu bergabung dengan kendaraaan besar dan langsung disambut oleh asap knalpot truk yang melintas didepannya.

"Aduh, baru keluar gang udah di kasih kentut truk eeuuhhh, udah mah item lagi asapnya, uhuk-uhuk."

"Kamu sih bukanya bilang hamdalah dulu abis bersin malah ngedumel" Ayun mengingatkan bahwa setelah bersin itu hendak mengucap hamdalah.

"Hachim." Yang kedua kalinya "Alhamdulillah."

"Yarhamukillah" Ayun menjawab ucapan syukur Farha setelah bersin.

"Yahdikumullahi wayuslihu balakum"

"Tuhkan kamu bersin lagi, hahaha." Tawa keduanya mengundang mata melirik para tamu undangan yang datang bersamaan, tak terasa ternyata sudah sampai tujuan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam." Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan 'alhamdulillah'), doakanlah dia (dengan mengucapkan 'yarhamukallah'[1]); apabila dia sakit, jenguklah dia; dan apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman)." (HR. Muslim) 

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "hendaklah yang berkendara mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki, dan yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang duduk, dan yang berjumlah sedikit kepada yang berjumlah banyak."

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun