"Kenapa sih orang-orang tuh selalu nanya aku kapan nyusul nikah." Pesan tersirat itu membuat raut wajah tidak suka tidak dapat disembunyikan oleh Ayun.
"Udah gak usah di dengerin kata-kata orang, emang yang ngomen itu udah nikah? Paling dia bercanda, atau kalau kamu merasa tersinggung ya tinggal balik nanya, kamu kapan nikah? Atau bilang lagi nunggu kamu lamar aku, kalo yang ngomen cowok hehehe" Farha berucap panjang lebar bak ceramah tujuh menit.
"Iya deh iya, makasih nasehatnya Farhaku yang cantik." Ayun mengerjapkan mata cantik buatan pada Farha yang selalu membuatnya tenang dan damai dengan berbagai nasehatnya.
"Yaudah yuk, berangkat." Keduanya berboncengan, tempat tujuan tidaklah jauh, namun melewati gang-gang kecil yang cukup sempit, ditambah banyak ibu-ibu rumpi di beberapa blok teras rumah yang sedang berkumpul terkadang cukup menghalangi kelancaran perjalanan siapapun yang melintas.
"Assalamuallaikum bu, permisi." Beberapa kali keduanya layangkan salam pada kerumuna rumpi tersebut. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengucapkan salam atau sekedar permisi dan kemudian dibalas "waalaikum salam." Sekedar itu saja rasa tenang dalam hati sudah muncul, didoakan oleh orang yang bahkah kadang keduanya pun tak mengenalnya.
"Hati-hati neng Farha." Salah satu ibu mengingatkan saat melintas diantara kerumunan.
"Iya bu, makasih." Sedikit berteriak karena sudah terlanjur meluncur agak jauh.
"Hachhim." Farha yang mengendarai motor seketika bersin pada saat keluar dari gang. Pasalnya, pada saat keluar dari jalan sempit itu lalu bergabung dengan kendaraaan besar dan langsung disambut oleh asap knalpot truk yang melintas didepannya.
"Aduh, baru keluar gang udah di kasih kentut truk eeuuhhh, udah mah item lagi asapnya, uhuk-uhuk."
"Kamu sih bukanya bilang hamdalah dulu abis bersin malah ngedumel" Ayun mengingatkan bahwa setelah bersin itu hendak mengucap hamdalah.
"Hachim." Yang kedua kalinya "Alhamdulillah."