Mohon tunggu...
gina pundiarsih
gina pundiarsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Gina Pundiarsih hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam di Bidang Pendidikan dan Teknologi pada Masa Kerajaan Mughal di India

3 Agustus 2024   19:18 Diperbarui: 3 Agustus 2024   19:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Masa Dinasti Mughal di India merupakan periode yang menarik dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam di bidang pendidikan dan teknologi. Dinasti ini tidak hanya menghadirkan kekuasaan politik yang besar, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya warisan intelektual dunia Islam. Pada masa ini, pemikiran Islam berkembang pesat di sektor pendidikan dengan didirikannya madrasah yang menjadi pusat pembelajaran agama dan ilmu pengetahuan. 

Dinasti Mughal juga membawa berbagai inovasi teknologi yang memperkaya kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Interaksi antara tradisi Islam dengan kearifan lokal India melahirkan perkembangan unik dalam bidang seni, arsitektur, dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pemahaman yang komprehensif tentang sejarah perkembangan pemikiran Islam di bidang pendidikan dan teknologi selama masa Dinasti Mughal memperkaya wawasan kita terhadap warisan intelektual yang berharga dari masa lampau. 

Dinasti Mughal, yang berkuasa di anak benua India selama lebih dari tiga abad (1526-1857), menandai era penting dalam sejarah pemikiran Islam, khususnya di bidang pendidikan dan teknologi. Masa ini menyaksikan perpaduan unik antara tradisi intelektual Islam dengan pengaruh budaya India, melahirkan perkembangan yang signifikan dalam kedua bidang tersebut. Artikel ini akan mengkaji sejarah perkembangan pemikiran Islam di bidang pendidikan dan teknologi selama masa Dinasti Mughal. 

Fokusnya akan tertuju pada bagaimana pemikiran Islam, khususnya dalam hal pendidikan, berinteraksi dengan budaya dan tradisi India, serta bagaimana interaksi ini melahirkan inovasi dan kemajuan dalam bidang teknologi. Pembahasan akan mencakup berbagai aspek, termasuk sistem pendidikan madrasah yang berkembang pesat, peran ulama dan cendekiawan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan, serta kontribusi signifikan Dinasti Mughal dalam bidang arsitektur, astronomi, dan ilmu kedokteran. Melalui analisis historis dan studi literatur, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pengaruh pemikiran Islam terhadap perkembangan pendidikan dan teknologi di India selama masa Dinasti Mughal.

Pembahasan

1. Sejarah Berdirinya Dinasti Mughal di India 

Mughal berasal dari kata Mogul, dinasti yang diperintah oleh raja-raja dari Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Dinasti Mughal tergolong kerajaan besar Islam yang didirikan oleh Zahiruddin Babur dari keturunan Turki Chagathay. Dinasti ini merupakan keturunan Mongol, termasuk Timur Lenk, yang pernah berkuasa di Asia Tengah. Dinasti Mughal adalah dinasti Islam termuda di India, membawa keharuman sejarah umat Islam di saat dunia Islam mengalami kemunduran. Mereka membawa kegagahan dan kegigihan dalam membangun dinasti Islam di wilayah Timur dunia. Dinasti Mughal menjadi motivasi untuk membangkitkan kembali peradaban tua di India. Sebelumnya, India berperadaban Hindu namun Islam mulai masuk ke India pada abad ke-7 M melalui perdagangan. Sebelum Dinasti Mughal, sudah ada dinasti lain yang memperjuangkan Islam di India. Dinasti Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi dan merupakan kerajaan Islam terakhir di India sebelum Inggris memerintah. Islam telah dikenal di India sebelum Dinasti Mughal, seperti yang tercatat dalam sejarah dengan adanya orang Arab yang menetap di India sejak tahun 871 M. Dengan berdirinya Dinasti Mughal, mereka menjadi peninggalan peradaban Islam di India yang menyebabkan peradaban Hindu tenggelam.

2. Tokoh-tokoh 

1. Babur (1526-1530 M) Babur bernama lengkap Zahiruddin Muhammad Babur, cucu Timur Lenk dan keturunan Jenghiz Khan. Dia berhasil menyelesaikan persoalan kerajaan Hindu dan penguasa Muslim di Afghanistan saat memerintah.

2. Humayun (1530-1540 M dan 1555-1556 M) Babur digantikan oleh putranya, Humayun, yang berarti "yang disukai oleh keberuntungan". Humayun adalah orang cinta damai, berkualitas, raja yang dermawan, ramah, dan suka memaafkan. Saat saudaranya menuntut hak untuk memerintah, Humayun mengalami kesulitan namun tetap bersikap baik.

3. Akbar Khan (1556-1605 M) Setelah kematian Humayun, Akbar mengambil alih tahta dinasti Mughal dengan gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan Mughal di India. Meskipun kurang pendidikan formal, Akbar menyukai ilmu pengetahuan dan sastra. Bairam Khan mengurus urusan pemerintahan saat Akbar baru berusia 14 tahun. Akbar menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Himu, namun pasukan pemberontak berhasil dikalahkan dalam peperangan Panipat II.

4. Jehangir (1605-1627 M) Anak Jehangir, penerus Akbar, memerintah selama 23 tahun sebagai penganut ahl al-sunnah wa al jama'ah. Pemberontakan di Ambar dan istana dipadamkan, sementara ia menaklukkan Bengala, Mewar, dan Kangra.

5. Syah Jehan (1627-1658 M) Syah Jehan menggantikan Jehangir sebagai penguasa Mughal dengan kepemimpinan terpelajar dan bakat seni. Bibit disintegrasi timbul pada pemerintahannya, menguji politik toleransi Mughal. Dua pemberontakan terjadi, salah satunya dari Raja Jujhar Singh Bundela yang berhasil dipadamkan. Pemberontakan lainnya, oleh Khan Jahan, diakhiri dengan kematian Khan Jahan. Kebijakan putra Syah Jehan, Darsyikuh, cenderung universal, sementara Aurangzeb lebih mengedepankan nilai-nilai Islam tradisional. Syah Jehan tutup usia pada 1657 M karena sakit.

6. Aurangzeb/ Alamghir I (1658-1707 M) Aurangzeb dikenal sebagai Alamghir Padshah Ghazi, penguasa Mughal yang berani dan bijak, setara dengan Akbar. Kebijakan-kebijakan barunya termasuk larangan minuman keras, perjudian, prostitusi, dan penggunaan narkotika. Ia juga melarang pertunjukan musik, membebankan pajak kepada non-Muslim, dan merusak kuil Hindu yang disalahgunakan. Aurangzeb menimbulkan pemberontakan di antara orang-orang Hindu, seperti dari kerajaan Maratha yang dipimpin oleh Shivaji Punsala. Meskipun pemberontakan dapat dipadamkan, semangat perlawanan tetap membara meskipun Aurangzeb meninggal pada tahun 1707 M.

7. Pemerintahan Pasca-Aurangzeb, Kesultanan Mughal melemah setelah kematian Aurangzeb pada 1707 M. Penerusnya seperti Bahadur Syah, Muhammad Syah, dan Shah Alam, berjuang mengendalikan wilayah luas melawan kekuatan Hindu. Pada 1858 M, Inggris dan raja Hindu mematahkan perlawanan Sultan Mughal, menandai akhir pemerintahan mereka.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 

Pada masa dinasti Mughal, ilmu pengetahuan tidak berkembang sebanyak di wilayah Islam, namun seni syair dan arsitektur maju. Malik Muhammad Jayazi terkenal sebagai penyair istana, menulis kebajikan manusia dalam pad-mavat. Abu Fadl menulis sejarah dinasti Mughal dalam Akhbar Namah. Arsitektur dinasti Mughal meninggalkan warisan istana yang indah seperti Fatpur Sikri. Pendidikan juga diutamakan, dengan tiga bahasa nasional berkembang di pemerintahan Akbar. Bahasa Urdu diciptakan dari modifikasi bahasa Arab, Turki, Persia, dan India. Filsafat juga dikembangkan, raja Akbar sendiri menjadi tokoh filsafat. Konversi agama pertama kali dilakukan oleh sufi, yang mendirikan lembaga pendidikan penting di India. Ilmu pengetahuan juga terus berkembang melalui sumbangan ilmuwan. Datang ke India untuk menimba ilmu, istana Mughal menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Aurangzeb Putra Syekh Jehan, yang dikenal karena keteguhan dalam keagamaannya, mendukung pembangunan pusat pendidikan di Lucknow. Perguruan tinggi didirikan di Delhi pada masa Shah Jehan dan terus berkembang di bawah pemerintahan Aurangzeb. Hukum Islam dikodifikasi dalam Fatawa-I-Alamgiri, sementara kemajuan kedokteran terbukti dengan munculnya ahli kedokteran pada abad ke-17, seperti Dara Shukuh dan Muhammad Akbar Syah Arzani. Dinasti Mughal di India memiliki sistem pemerintahan yang terpusat dengan raja yang disebut Padsyah, penguasa mutlak yang tidak bisa digantikan selama hidupnya. Pada masa Aurangzeb, Reza Shirazi menulis buku medis komprehensif bernama Riaz-e-Alimgiri. Pemerintahan Mughal memberikan perhatian pada ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung masalah ekonomi, terutama dalam sektor pertanian. Wilayah terkecil disebut deh, yang bergabung dalam Pargana di bawah kepemimpinan petani kawedanan. Pada masa Akbar, The British East India Company diberi konsesi untuk perdagangan di India. Adapun dalam bidang pelayanan dan produsen industri pertanian juga mulai berkembang. Meskipun undang-undang yang ditegakkan bervariasi, kekuasaan raja tetap tidak tergantikan. Dibentuk lembaga-lembaga dengan penanggung jawab masing-masing seperti gubernur, wakil gubernur, dan berbagai kepala instansi dalam pemerintahan dinasti Mughal. Pemberlakuan tersebut terstruktur sesuai dengan bidangnya masing-masing, menunjukkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sistem administrasi ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang administrasi telah berjalan di dinasti tersebut. Ada pengembangan kebijakan pemerintah yang unik seperti din illahi oleh raja Akbar yang memperhatikan pluralitas keberagamaan. Dinasti Mughal juga dikenal dengan militer yang kuat dan solid. Bangunan-bangunan mereka, terutama Taj Mahal di Agra, menunjukkan kemajuan dalam bidang arsitektur dan teknologi pada zamannya.

4. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Mughal

Kemunduran dinasti Mughal dimulai setelah kematian Aurangzeb, yang kebijakannya terhadap umat Hindu menimbulkan konflik antar agama. Perlawanan terhadap pemerintah Mughal semakin meningkat, terutama karena konflik suksesi dan lemahnya loyalitas daerah. Ekspansi suku Asyfar di bawah Nadir Shah menambah ketidakstabilan, sementara kelemahan militer dan korupsi memperburuk situasi. Administrasi pemerintahan yang lemah dan kepemimpinan yang tidak efektif menyebabkan degradasi kerajaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh Inggris, yang akhirnya berhasil menguasai wilayah Mughal setelah mengalahkan Perancis. Dengan demikian, kekuasaan Mughal di India akhirnya sirna dan digantikan oleh Inggris.

Kesimpulan

Sejarah Berdirinya Dinasti Mughal di India Mughal berasal dari kata Mogul, dinasti yang diperintah oleh raja-raja dari Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Dinasti Mughal tergolong kerajaan besar Islam yang didirikan oleh Zahiruddin Babur dari keturunan Turki Chagathay. Dinasti Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi dan merupakan kerajaan Islam terakhir di India sebelum Inggris memerintah. Islam telah dikenal di India sebelum Dinasti Mughal, seperti yang tercatat dalam sejarah dengan adanya orang Arab yang menetap di India sejak tahun 871 M. Dengan berdirinya Dinasti Mughal, mereka menjadi peninggalan peradaban Islam di India yang menyebabkan peradaban Hindu tenggelam. 

Akbar menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Himu, namun pasukan pemberontak berhasil dikalahkan dalam peperangan Panipat II. Aurangzeb/ Alamghir I (1658-1707 M) Aurangzeb dikenal sebagai Alamghir Padshah Ghazi, penguasa Mughal yang berani dan bijak, setara dengan Akbar. Aurangzeb menimbulkan pemberontakan di antara orang-orang Hindu, seperti dari kerajaan Maratha yang dipimpin oleh Shivaji Punsala. Pada 1858 M, Inggris dan raja Hindu mematahkan perlawanan Sultan Mughal, menandai akhir pemerintahan mereka. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pada masa dinasti Mughal, ilmu pengetahuan tidak berkembang sebanyak di wilayah Islam, namun seni syair dan arsitektur maju. Perguruan tinggi didirikan di Delhi pada masa Shah Jehan dan terus berkembang di bawah pemerintahan Aurangzeb. 

Hukum Islam dikodifikasi dalam Fatawa-I-Alamgiri, sementara kemajuan kedokteran terbukti dengan munculnya ahli kedokteran pada abad ke-17, seperti Dara Shukuh dan Muhammad Akbar Syah Arzani. Dinasti Mughal di India memiliki sistem pemerintahan yang terpusat dengan raja yang disebut Padsyah, penguasa mutlak yang tidak bisa digantikan selama hidupnya. Pemerintahan Mughal memberikan perhatian pada ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung masalah ekonomi, terutama dalam sektor pertanian. Dibentuk lembaga-lembaga dengan penanggung jawab masing-masing seperti gubernur, wakil gubernur, dan berbagai kepala instansi dalam pemerintahan dinasti Mughal. Dinasti Mughal juga dikenal dengan militer yang kuat dan solid. Dengan demikian, kekuasaan Mughal di India akhirnya sirna dan digantikan oleh Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun