Pada pertemuan sebelumnya kita mempelajari indeks harga, sekarang kita akan membahas inflasi. Ketika membahas indeks harga, kita menghitung bagaimana perubahan harga terjadi. Adanya pergerakan harga yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu, itulah yang dimaksud inflasi.
Inflasi dan Deflasi
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang inflasi, kita baca dulu Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten, yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Banten. Pada bulan Februari 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Banten sebesar 2,81 persen dengan IHK sebesar 105,14.
IHK menurut BPS, yaitu suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Inflasi year on year (y-on-y) adalah bila data yang digunakan adalah data bulanan (seperti inflasi misalnya), maka inflasi Januari 2024 dihitung sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 relatif terhadap IHK setahun sebelumnya, yaitu Januari 2023, atau juga disebut "laju inflasi dalam setahun".Â
Apabila pertumbuhan dihitung secara m-t-m, untuk variable inflasi misalnya, maka inflasi Januari 2024 dihitung sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 relatif terhadap IHK sebulan sebelumnya, yaitu Desember 2023. Ini sama artinya dengan "laju inflasi dalam sebulan".
Inflasi di Provinsi Banten, tertinggi terjadi di Kabupaten Lebak sebesar 3,76 persen dengan IHK sebesar 105,97 dan terendah terjadi di Kota Tangerang sebesar 2,50 persen dengan IHK sebesar 104,66. Perkembangan harga berbagai komoditas pada Januari 2024, secara umum menunjukan kenaikan.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,38 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 101,62 persen pada Februari 2023 menjadi 108,10 pada Februari 2024.
Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi, yaitu makanan sebesar 6,76 persen, dan terendah minuman tidak beralkohol sebesar 2,53 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu; beras sebesar 0,65 persen; daging ayam ras sebesar 0,26 persen.
Selanjutnya; cabai merah dan tomat masing-masing sebesar 0,20 persen; Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 0,12 persen; bawang putih sebesar 0,09 persen; Sigaret Kretek tangan (SKT) sebesar 0,07; Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar 0,05; dan gula pasir, kopi bubuk, dan kangkung masing-masing sebesar 0,04 persen.
Selain memberikan sumbangan pada tingkat inflasi, terdapat beberapa komoditas dari sektor makanan yang memberikan sumbangan deflasi y-on-y, yaitu: telur bawang merah sebesar 0,16 persen; jeruk dan cumi-cumi masing-masing sebesar 0,03 persen; dan jagung manis sebesar 0,02 persen.
Pengertian
Berdasarkan informasi yang didapat dari BPS, kita mendapatkan informasi bahwa pengeluaran untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan. Bila menginginkan komoditas seperti beras, daging ayam ras, gula pasir, kopi, bawang putih, maka pengeluaran kita untuk membeli beras lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
Inflasi menurut BPS adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Sementara kebalikan dari inflasi adalah deflasi. Jadi, Kenaikan harga secara terus menerus, yang berkesinambungan, dan menyeluruh itulah yang dimaksud inflasi.
Tidak semua peristiwa kenaikan harga disebut inflasi. Syarat inflasi yaitu; kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus, jika satu atau dua jenis barang saja yang naik, itu merupakan bukan inflasi. Kenaikan harga yang bersifat sementara, umpamanya kenaikan harga karena musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya, tidak disebut dengan inflasi (Ali Ibrahim Hasym; 2017).
Sebagai contoh; Kita mungkin ingat, menjelang lebaran keluarga kita membeli lebih banyak bahan makanan; beras, daging, gula, bumbu dapur, dan sebagainya. Meningkatnya permintaan menyebabkan harga mengalami kenaikan. Ketika lebaran telah berlalu, permintaan akan barang mengalami penurunan, maka harga kembali turun.
Penyebab inflasi, seperti ditulis bi.go.id, disebabkan oleh beberapa hal; Pertama, Tekanan dari sisi penawaran, atau sering disebut dengan meningkatnya biaya produksi. Beberapa faktor penyebab tekanan dari sisi penawaran, seperti depresiasi atau pengurangan nilai tukar seperti Jika mata uang suatu negara mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, harga impor akan naik, sehingga meningkatkan biaya produksi dan akhirnya mendorong inflasi.
Dampak inflasi luar negeri: Inflasi di negara mitra dagang atau di pasar global dapat berdampak pada harga-harga impor, yang dapat meningkatkan biaya produksi di dalam negeri. Peningkatan harga komoditas yang diatur Pemerintah, Jika Pemerintah mengatur harga komoditas yang penting, kenaikan harga tersebut dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi secara umum. Negative supply shocks dikarenakan Bencana alam atau gangguan dalam distribusi barang dan jasa dapat mengurangi penawaran, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga.
Kedua, Tekanan dari sisi permintaan (Demand Pull Inflation). Terjadi akibat kenaikan harga secara menyeluruh sementara ketersediaan barang tetap karena keterbatasa produksi. Biasanya, inflasi akibat permintaan disebabkan oleh kenaikan pendapatan masyarakat.
Ketiga, Ekspektasi Inflasi yaitu faktor yang dipengaruhi oleh persepsi dan harapan masyarakat serta pelaku ekonomi terhadap tingkat inflasi di masa depan. Faktor ini dapat mempengaruhi keputusan konsumen, investor, dan pelaku ekonomi lainnya. Keputusan konsumen yang memborong barang-barang, membuat harga-harga naik.
Dampak Inflasi
Inflasi pada umumnya memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, menurunnya daya beli masyarakat, sehingga masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak sementara pendapatan tetap atau malah turun, terutama orang miskin atau berpendapatan rendah, semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, Meningkatnya suku bunga. Menaikan suku bunga yang dilakukan oleh pemberi pinjaman seperti pihak perbankan, membuat pinjaman lebih mahal dan akan mempengaruhi investasi dan pengeluaran konsumen. Keempat, Menurunnya keinginan menabung. Ketika terjadi inflasi nilai tukang uang pun menjadi turun, sehingga membuat masyarakat berpikir ulang untuk untuk menabungkan uang mereka.
Mengatasi Inflasi
Berbagai strategi untuk mengatasi inflasi, diantaranya; Kebijakan Fiskal, berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran dari anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini antara lain dengan meningkatkan tarif pajak, mengurangi pengeluaran dari pemerintah, dan melakukan pinjaman. Mengurangi pengeluaran, berdampak pada menurunnya harga barang.
Kebijakan Moneter atau kebijakan keuangan dengan menambah ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar. Berbagai strategi yang dapat dilakukan diantaranya; Menaikan tarif pajak, sehingga menekan jumlah uang yang beredar, melakukan operasi pasar untuk menekan harga.
Kebijakan Non Fiskal Dan Juga Non Moneter. Kebijakan nonfiskal dan nonmoneter ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya; meningkatkan produksi sehingga menambah pasokan barang dan jasa di pasar. Menambah masuknya barang impor, sehingga kebutuhan akan barang dapat terpenuhi. Menetapkan harga tertinggi atau harga maksimum, sehingga harga terjangkau oleh masyarakat. Tidak kalah penting adalah mengawasi distribusi, sehingga pasokan menjadi lancar. Â
Penutup
Demikian pembahasan tentang inflasi, kita akan bertemu lagi dengan materi jenis-jenis inflasi. Semoga bahan ajar ini, dapat meningkatkan pemahaman tentang inflasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H