Mohon tunggu...
Gina Anggiana Agustina
Gina Anggiana Agustina Mohon Tunggu... Guru - Guru ASN di SMAN 1 Serang Baru, Aktif di Komunitas IGI sebagai pengurus daerah kabupaten Bekasi. Sebagai pembina Komunitas Literat SMANSASERA. Penggerak komunitas belajar guru juara SMANSASERA. Anggota aktif komunitas Guru Penggerak Kabupaten Bekasi. Pengurus MGMP Fisika Kabupaten Bekasi. Anggota Komunitas Penggerak Pendidikan Daerah Kabupaten Bekasi

Profil Belajar Visual. Seorang Introvert, namun penyuka tantangan. Hobi travelling, kuliner dan sport. Pencapaian: 1. Guru Penggerak Angkatan 1 2. Berperan dan selesai bertugas sebagai pengajar praktik di Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bekasi. 3. Narasumber Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka di PMM 4. Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 BBGP Jabar. 5. Sebagai Komite Pembelajaran Program Sekolah Penggerak Angkatan 2 6. Wakil ketua daerah pengurus Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Bekasi 6. Lulus Pembatik Level 3 Tahun 2021 7. Classpoint School Coach 8. VCT Batch 3

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenali Post Holiday Blues, Apakah Anda Termasuk yang Mengalaminya?

7 Januari 2024   18:56 Diperbarui: 7 Januari 2024   18:59 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Post holiday blues, mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang. Atau bahkan istilah blues pada baby blues masih lebih familiar ketimbang dikaitkan dengan holiday. Aura gembira pada holiday seperti hilang seketika ketika terselip kata blues. 

Sebenarnya apa sih post holiday blues? Gambaran perasaan tidak menyenangkan yang muncul setelah masa liburan selesai. Terdengar aneh ya, tapi faktanya memang ada.  Normalnya liburan itu untuk mencharge energi agar lebih powerfull dalam melanjutkan rutinitas. Maka seyogyanya tujuan dari berlibur adalah keluar dari rutinitas sejenak untuk menetralisir vibes negatif. 

Bagi pegawai yang terkadang bersinggungan dengan masalah dalam keseharian yang menimbulkan perasaan tidak nyaman. Bagaimana untuk mengembalikan kenyamanan dalam beraktivitas, jalan keluarnya adalah dengan berlibur.

Lalu apa yang terjadi jika setelah libur bukan perasaan nyaman malah sebaliknya. Yang harusnya gembira dan bahagia malah perasaan sedih dan kecewa. Dikutip dari kompas.com bahwa secara psikologis perasaan negatif ini muncul bersifat sementara. Kondisi ini umumnya dialami oleh sebagian orang dan berlangsung dalam beberapa hari setelah liburan. 

Lebih jauh dalam artikel yang ditulis oleh Ria Apriani Kusumastuti, kondisi ini dipicu oleh kegiatan yang dilakukan selama liburan melibatkan emosi menyenangkan sehingga memicu hormon serotonin atau dopamin. Ketika liburan berakhir, hormon tersebut berkurang karena aktivitas yang dilakukan berbeda sehingga bermumculan emosi negatif. 

Diantara emosi negatif, berupa sedih, kecewa, lelah hingga tidak bersemangat karena harus beraktivitas kembali pada rutinitas harian sebelum libur. Tahukah anda, ternyata perasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, bahkan anak kecil sekalipun. Jadi ekspektasinya setelah liburan harusnya semakin bersemnagat masuk sekolah, apa yang didapati justru perasaan sebaliknya. 

 Gejala post holiday blues yang akan muncul, mungkin setiap orang bisa berbeda. diantaranya ada yang merasakan kecemasan yang samar-samar, sehinga terkadang lebih mudah merasa marah. Ada juga merasakan rindu pada liburan yang dilakukan, padahal baru saja berlalu. Lebih tepatnya susah move dari pikiran tempat wisata yang didatangi. Ada juga yang mengalami kesulitan tidur karena merasa tidak nyaman atau cemas akan hari esok. 

Gejala yang dialami tersebut biasanya akan berangsur membaik dalam beberapa hari. Namun, gejala yang semakin memburuk atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama bisa mengganggu performa dalam bekerja atau belajar serta interaksi dengan orang lain. sehingga menyebabkan kurang fokus dalam melakukan aktivitas normalnya.

Lalu bagaimana cara mengatasi post holiday blues? Ada beberapa cara mengatasi post holiday blues yang dapat diantisipasi seperti:

1. Mulai melakukan aktivitas secara bertahap dimulai dari intensitas yang ringan terlebih dahulu untuk kemudian menambah beban aktivitas yang dilakukan. Misalnya melakukan aktivitas ringan yang tidak memerlukan konsentrasi atau daya pikir berlebih.

2. Usahakan tidau lebih awal, dan konsumsi makanan yang sehat mengantisipasi gangguan psikosomatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun