Mohon tunggu...
Gina Hayati
Gina Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dinamika Politik Lingkungan: Integrasi Kebijakan, Peran Aktor Transnasional, dan Konflik Kepentingan dalam Pencapaian Keberlanjutan

8 Mei 2024   10:15 Diperbarui: 8 Mei 2024   10:21 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, yang melibatkan pengumpulan, analisis, dan sintesis dari literatur yang ada untuk memahami berbagai aspek politik lingkungan. Metode ini dipilih karena kemampuannya untuk menyediakan pemahaman mendalam tentang isu yang kompleks melalui analisis literatur yang ekstensif dan beragam. Studi pustaka ini mencakup sumber-sumber dari jurnal akademik, buku, laporan penelitian, dan dokumen kebijakan yang relevan dengan topik politik lingkungan, integrasi kebijakan, peran aktor transnasional, dan konflik kepentingan dalam konteks keberlanjutan.

Tahapan Penelitian

1. Identifikasi Sumber
Tahap pertama melibatkan identifikasi dan seleksi literatur yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih berdasarkan kriteria seperti relevansi dengan tema penelitian, kredibilitas sumber, dan kebaruan informasi. Database akademik seperti JSTOR, Scopus, dan Google Scholar digunakan untuk mencari literatur yang relevan.
2. Ekstraksi Data
Setelah literatur yang relevan terkumpul, data dan informasi penting diekstraksi. Ini termasuk teori, temuan, dan argumen utama yang berkaitan dengan politik lingkungan, integrasi kebijakan, dan peran aktor transnasional dalam konteks keberlanjutan.
3. Analisis Kritis
Data yang diekstraksi kemudian dianalisis secara kritis untuk memahami berbagai perspektif dan argumen yang ada dalam literatur. Analisis ini membantu dalam mengidentifikasi gap penelitian, tren, dan isu-isu kontroversial yang muncul dalam studi politik lingkungan.
4. Sintesis Informasi
Tahap terakhir adalah sintesis dari analisis yang dilakukan, di mana informasi yang diperoleh disatukan untuk membentuk pemahaman yang koheren dan komprehensif tentang dinamika politik lingkungan. Sintesis ini mencakup pembahasan tentang bagaimana kebijakan lingkungan diintegrasikan, peran aktor transnasional, dan bagaimana konflik kepentingan dikelola untuk mencapai keberlanjutan.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam pemilihan literatur, kriteria inklusi meliputi publikasi yang secara eksplisit membahas politik lingkungan, kebijakan publik terkait lingkungan, dan peran aktor transnasional dalam keberlanjutan. Kriteria eksklusi meliputi publikasi yang tidak fokus pada aspek politik atau kebijakan lingkungan, serta sumber yang sudah usang atau tidak relevan dengan konteks saat ini.
Melalui metode studi pustaka ini, penelitian bertujuan untuk memberikan analisis yang mendalam dan berwawasan luas tentang bagaimana politik lingkungan dapat membantu dalam pencapaian keberlanjutan global, dengan mempertimbangkan berbagai tantangan dan peluang yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, kami akan mengeksplorasi secara mendalam hasil-hasil penelitian yang telah disajikan sebelumnya dalam pendahuluan, serta menyelidiki implikasi dan konsekuensi dari temuan-temuan tersebut dalam konteks politik lingkungan. Pembahasan akan dibagi menjadi tiga bagian utama sesuai dengan tiga aspek yang telah dikaji: integrasi kebijakan lingkungan, peran aktor transnasional, dan konflik kepentingan dalam kebijakan lingkungan.

Integrasi Kebijakan Lingkungan
Pada bagian ini, kita akan membahas temuan terkait dengan integrasi kebijakan lingkungan dalam konteks politik publik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Pramesi et al. (2023), pengembangan transportasi publik berkelanjutan di Depok merupakan sebuah tantangan yang signifikan. Meskipun ada kesepakatan global tentang pentingnya transportasi berkelanjutan, implementasi kebijakan ini di tingkat lokal seringkali terhambat oleh sejumlah faktor.
 
Pertama-tama, rendahnya kemauan politik dapat menjadi penghambat utama dalam menerapkan kebijakan lingkungan. Walaupun kebijakan transportasi berkelanjutan telah diakui sebagai langkah penting untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara, seringkali kebijakan ini tidak menjadi prioritas politik bagi para pembuat keputusan di tingkat lokal. Hal ini dapat disebabkan oleh pertimbangan-pertimbangan politik yang lebih mendesak atau preferensi politik yang berbeda dari berbagai pemangku kepentingan.
Selain itu, kurangnya sumber daya, baik dalam hal dana maupun tenaga kerja, juga dapat menjadi hambatan dalam implementasi kebijakan lingkungan. Proyek-proyek seperti pengembangan sistem transportasi publik berkelanjutan memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan teknologi baru. Tanpa sumber daya yang memadai, pelaksanaan kebijakan semacam ini akan sulit dilakukan, terutama di lingkungan yang memiliki keterbatasan anggaran dan infrastruktur yang sudah ada.
Ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan berbagai lembaga dan pemangku kepentingan juga merupakan faktor penghambat dalam integrasi kebijakan lingkungan. Sebagaimana diungkapkan oleh Pramesi et al. (2023), implementasi kebijakan transportasi berkelanjutan di Depok terhambat oleh kurangnya koordinasi antara pemerintah kota, lembaga transportasi, dan kelompok masyarakat terkait. Kurangnya komunikasi dan kolaborasi antar lembaga dapat menghambat pertukaran informasi yang penting dan mengganggu pelaksanaan kebijakan secara efektif.
Oleh karena itu, dalam konteks integrasi kebijakan lingkungan, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan terkoordinasi. Para pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi dari berbagai pemangku kepentingan, serta memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup untuk mendukung implementasi kebijakan. Selain itu, kerja sama lintas sektoral dan lintas lembaga juga diperlukan untuk memastikan koordinasi yang efektif dalam pelaksanaan kebijakan lingkungan.

Peran Aktor Transnasional
Dalam konteks peran aktor transnasional dalam politik lingkungan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana aktor-aktor non-negara ini memengaruhi pembentukan kebijakan dan praktik lingkungan di tingkat lokal, nasional, dan global. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Celermajer et al. (2020), keterlibatan aktor transnasional seperti organisasi non-pemerintah dan lembaga internasional dapat membawa perspektif baru dan mendorong perubahan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Salah satu kontribusi penting dari aktor transnasional adalah dalam memperluas cakupan keadilan lingkungan untuk mencakup lebih dari sekadar kepentingan manusia. Dalam konsep multispecies justice, Celermajer et al. (2020) menyoroti pentingnya mengakui hak-hak lingkungan dan makhluk hidup lainnya dalam kebijakan lingkungan. Pendekatan ini menekankan bahwa keadilan lingkungan tidak hanya berkaitan dengan kesejahteraan manusia, tetapi juga dengan keseimbangan ekosistem dan hak-hak makhluk hidup lainnya.
Namun, meskipun aktor transnasional dapat membawa kontribusi positif dalam pembentukan kebijakan lingkungan, mereka juga dapat menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu masalah utama adalah masalah legitimasi dan akuntabilitas. Aktor-aktor transnasional sering kali tidak bertanggung jawab kepada publik atau pemerintah setempat, yang dapat menyebabkan ketidakjelasan mengenai siapa yang sebenarnya memiliki kekuasaan dalam pembuatan keputusan.
Selain itu, dominasi kepentingan tertentu oleh aktor-aktor transnasional juga dapat menghasilkan ketidaksetaraan dalam proses pembuatan keputusan. Misalnya, perusahaan multinasional mungkin memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya dan pengaruh politik daripada masyarakat lokal atau organisasi non-pemerintah. Hal ini dapat mengarah pada pembentukan kebijakan yang lebih menguntungkan kepentingan bisnis daripada kepentingan masyarakat atau lingkungan.

Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan peran aktor transnasional dalam politik lingkungan, penting untuk memastikan adanya mekanisme kontrol dan penyeimbangan yang memadai. Hal ini dapat mencakup peningkatan transparansi dalam proses pengambilan keputusan, pembentukan forum dialog yang inklusif, dan penguatan kapasitas organisasi lokal untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan.

Konflik Kepentingan dalam Kebijakan Lingkungan
Konflik kepentingan antara perlindungan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi seringkali menjadi hambatan dalam pembentukan kebijakan lingkungan yang efektif.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fardian (2014), studi tentang transparansi pelaporan keuangan di Kota Padang menyoroti bagaimana faktor politik dan ketidakpastian lingkungan dapat mempengaruhi penerapan kebijakan publik. Dalam konteks politik lingkungan, konflik kepentingan sering kali muncul antara kebutuhan untuk pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
Misalnya, industri-industri yang berbasis pada eksploitasi sumber daya alam sering kali memiliki kepentingan ekonomi yang kuat dalam mempertahankan praktik-praktik yang merusak lingkungan. Di sisi lain, kelompok-kelompok advokasi lingkungan dan masyarakat lokal sering kali mendesak untuk penerapan kebijakan yang lebih ketat dalam perlindungan lingkungan. Konflik ini dapat menghasilkan ketegangan politik dan ketidakpastian hukum, yang dapat menghambat pembentukan kebijakan lingkungan yang efektif.
Penelitian oleh Fardian (2014) juga menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan konflik kepentingan. Tanpa adanya mekanisme yang memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pembuatan keputusan, kebijakan lingkungan dapat dengan mudah disalahgunakan atau diabaikan. Hal ini dapat mengakibatkan kebijakan yang tidak efektif dan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, dalam mengelola konflik kepentingan dalam kebijakan lingkungan, penting untuk mempromosikan dialog dan kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan. Proses pembuatan keputusan yang inklusif dapat membantu mengidentifikasi titik-titik kesepakatan dan meminimalkan ketegangan antara berbagai kelompok kepentingan. Selain itu, peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pembuatan keputusan juga penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan memperhitungkan berbagai kepentingan dan memenuhi standar keadilan lingkungan.
Dalam pembahasan ini, kami telah mengeksplorasi secara mendalam hasil-hasil penelitian terkait dengan integrasi kebijakan lingkungan, peran aktor transnasional, dan konflik kepentingan dalam kebijakan lingkungan. Temuan-temuan ini menggarisbawahi kompleksitas dan tantangan yang terlibat dalam mempromosikan keberlanjutan lingkungan dalam konteks politik global.
Penting untuk diingat bahwa meskipun aktor-aktor transnasional dan kebijakan lingkungan dapat membawa kontribusi yang penting dalam upaya untuk mengatasi tantangan lingkungan global, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan. Koordinasi yang lebih baik antara berbagai lembaga dan pemangku kepentingan, peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pembuatan keputusan, serta pendekatan yang lebih inklusif terhadap keadilan lingkungan semuanya merupakan langkah-langkah penting dalam mencapai keberlanjutan lingkungan yang lebih baik.
Dengan demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi strategi yang lebih efektif dalam mengintegrasikan kebijakan lingkungan ke dalam kerangka kebijakan yang lebih luas dan mengelola konflik kepentingan yang muncul. Hanya dengan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat mencapai keberlanjutan lingkungan yang lebih efektif dan inklusif di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun