"Ini bohong! Manusia tidak pernah melayani siapapun kecuali dirinya sendiri."
Judul: Animal Farm
Penulis: George Orwell (1945)
Halaman:Â 148 Hal
Sinopsis
Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.
Tak lama, pemberontakan benar-benar terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan ... walau harus dengan kekerasan.
Ngeracun
[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]Â
Sebuah novel klasik yang dielu-elukan oleh semua orang dan selalu masuk ke dalam daftar bacaan wajib untuk seluruh umat manusia. Ya. Sefenomenal itu. Melihat bahwa ada kata 'kewajiban' di setiap kali orang menyebut Animal Farm, maka aku pun merasa ada beban moral untuk mencoba rasanya masuk ke dalam dunia novel ini. Lumayan telat 75 tahun.
Percaya atau tidak, novel ini lebih mirip sebuah fabel bagiku (tapi bukan untuk dongeng pengantar tidur anak, yang ada anaknya puyeng). Walaupun makna tersiratnya banyak, terutama novel ini adalah sebuah alegori pada masa Perang Dunia II.Â
Sebagai orang yang enggak sebegitu familiar dengan sejarah Perang Dunia terutama totaliterisme Uni Soviet (kecewa dengan sistem pendidikan ini), untuk lebih menghayati novel aku pun sembari menelisik lebih jauh karakter dan situasi pada masa Perang Dunia sebagai pengejawantahan rasa peduli sejarah dunia dan pengertian terhadap luka dan gembiranya pada masa perang.
Mengisahkan sebuah peternakan milik Pak Jones yang dikudeta oleh para binatang. Terinspirasi oleh Major si babi tua yang disegani oleh para binatang. Dan Major seketika menjadi sang pemantik revolusi. Aku rasa Major lebih mirip penggambaran dari Marx daripada Lenin, karena lewat pemikiran-pemikirannya para binatang atau manusia mendapatkan paham komunisme.Â
Selain itu, Marx tidak terlibat langsung dalam peperangan seperti Major, yang merupakan seorang cendekiawan dan meninggal sebelum perang melawan manusia. Sementara Lenin, sempat menggulingkan imperialisme Tsar Nicholas II dan memimpin Rusia selama beberapa waktu. Jadi ini cukup menjelaskan bahwa Major si babi adalah Marx, paling tidak menurutku secara pribadi.
"Binatang Inggris, binatang Irlandia
Binatang di setiap negeri dan musim
Dengarkan kabar gembiraku
Tentang masa keemasan di hari mendatang
Cepat atau lambat saatnya akan tiba
Tirani manusia akan ditumbangkan
Dan ladang subur Inggris
Akan ditapaki oleh binatang saja
Setelah itu pekerjaan mengorganisasi dan mengajar secara alami dilakukan oleh para babi, terutama Snowball dan Napoleon. Yang lebih tepat atau mungkin secara tersurat digambarkan sebagai Trotsky oleh Snowball dan Stalin (diktator terkejam sepanjang sejarah) oleh Napoleon. Kemudian peternakan menjadi lebih baik, hasil panen melimpah.Â
Maka terjadilah dualisme kepemimpinan. Masing-masing membuat kebijakan untuk kemaslahatan para binatang. Karena tidak memungkinkannya ada dualisme kepemimpinan maka terjadilah kudeta antar para binatang dengan kemenangan pada Napoleon yang mengalahkan Snowball.Â
Dan dimulailah era komunisme oleh sang diktator Napoleon di Peternakan Manor Binatang yang membuat rakyat binatang di satu sisi sebetulnya terbebas dari tradisi 'ada yang di atas, ada yang di bawah' namun di satu sisi hidup mereka enggak lebih sejahtera saat imperialisme dulu di bawah pemimpin mereka yang baru.
Setiap karakter binatang merepresentasikan karakter-karakter yang ada secara real saat dinamika Uni Soviet. Ada Squaler si babi yang bertugas sebagai juru bicara yang meyakinkan semua rakyat entah melalui kebohongan dan kejujuran, ada Boxer yang menjadi pengikut setia sang pemimpin dan bekerja secara sukarela untuk peternakan binatang (negara),Â
ada Benjamin yang bersikap bodoamat dengan apapun yang terjadi, ada Muriel yang pintar tapi tidak terlalu berminat memikirkan 'perubahan'. Sehingga secara keseluruhan aku lebih suka dengan pengembangan karakter daripada plotnya sendiri di dalam novel.
Salah satu karakter yang membuatku sangat terkesan adalah Boxer, sang pengikut setia yang terlalu buta, yah atau mungkin polos. Bekerja pontang panting demi rakyat binatang, demi negara peternakan, namun pada akhirnya dibuang juga oleh negara saat enggak berguna lagi.Â
'Pembuangan oleh negara' tentu saja masih relate dengan apa yang terjadi dari dulu sampai sekarang. Oke, masih ingat dengan Soekarno yang dilarang bertemu siapapun sampai akhir hayatnya? Atau mungkin Polisi Hoegeng yang dibungkam dengan cara diberhentikan jadi Kapolri? Mengingat Boxer hatiku jadi miris karena kepentingan memang selalu di atas apapun.
Sebenarnya novel ini secara umum bisa menggambarkan situasi bagian dunia lain, contohnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet yang keluar sebagai pemenang Perang Dunia II bisa diibaratkan sebagai Snowball dan Napoleon, sebuah manifestasi dualisme negara pemimpin dunia.Â
Atau juga adu kepemimpinan antara Soekarno dan Sjahrir dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Walaupun enggak bisa dilihat secara satu persatu detail cerita, tapi ada banyak jenis cerita di berbagai belahan dunia yang representatif di ide cerita yang diusung George Orwell ini.
Jadi, kalau ingin menghayati sebenar-benarnya novel yang menggugah hati setiap umat manusia ini sudah seharusnya mencari tau versi aslinya dari cerita ini. Karena kalau tidak, maka ini hanya terlihat sebagai cerita fiksi belaka. Serius, at least it worked on me. Aku jadi lebih mengerti maksud dari kejadian-kejadian yang ada di novel, sekaligus ikut menerka-nerka untuk membandingkan kejadian nyata dengan versi fiksinya.
Titik pentingnya kenapa semua orang harus baca buku ini adalah karena SEJARAH. Semua orang harus mengerti sejarah.Â
Siapa yang melahirkan sebuah dunia yang sekarang?Â
Apa yang terjadi kalau tidak ada perang a,b,c di masa lampau?Â
Mengapa semua ini terjadi dan bagaimana agar tidak mengulanginya lagi di masa mendatang?Â
Aku bukan ahli sejarah, tapi aku penikmat sejarah. Dalam banyak aspek mengerti sejarah itu bagiku jadi sebuah perenungan akan arti hidup yang sekarang. Enak dan pahitnya hidup sekarang bergantung banyak pada sejarah. Buku ini jadi bacaan wajib untuk semua umat manusia menurutku adalah sebuah kemungkinan paling besar, karena yang pertama, ini ringan tidak menggunakan bahasa berbelit-belit (terutama terjemahan bahasa indonesianya), halamannya tipis sehingga dapat dibaca sekali duduk. So there's nothingg wrong on trying for this one.
Dari 1-5 aku akan memberi 4.2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H