Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Without Merit [Ngeracun]

8 September 2020   22:13 Diperbarui: 25 September 2020   09:55 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Penerbit Gramedia

"Tidak semua kesalahan patut mendapat hukuman. Kadang-kadang yang patut diterimanya adalah pengampunan."

Judul: Without Merit

Penulis: Colleen Hoover (2017)

Halaman: 384 Hal

Sinopsis

Keluarga Voss sama sekali bukan keluarga normal. Ada ibu penyakitan yang tinggal di ruang bawah tanah, ayah yang menikah dengan mantan perawat sang ibu, adik kecil yang dilarang makan enak, kakak sulung yang sangat sempurna, saudara kembar yang ceria... Lalu ada Merit.

Merit Voss mengoleksi trofi yang tidak dimenangkannya serta rahasia-rahasia keluarganya. Pertemuannya dengan pemuda tampan dan cerdas bernama Sagan menerbitkan semangat hidup baru dalam hidup Merit--- sampai ia tahu bahwa Sagan adalah buah terlarang.

Muak dengan semua kebohongan yang ada, Merit memutuskan menghancurkan ilusi keluarga bahagia yang tidak pernah menjadi bagian dari hidupnya sebelum meninggalkan mereka selamanya. Ketika rencana melarikan diri gagal, Merit terpaksa menghadapi akibat yang mengguncang dari kejujurannya, dan berisiko kehilangan satu-satunya pemuda yang dicintainya. 

Ngeracun

[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler] 

Selalu bingung dengan penerbit Indonesia, buku-buku Colleen Hoover selalu membuatku menunggu sekitar 3 tahun untuk bisa mendapatkan versi Indonesia-nya? 

Don't get me wrong, aku hanya ingin mendapatkan versi murahnya sampai rela menunggu bertahun-tahun untuk sebuah buku yang tentu saja layak untuk dibaca (seperti yang sudah kujelaskan di review It Ends With Us). 

Colleen Hoover akan selalu jadi penulis favoritku sepanjang masa. Salah satu alasannya karena bukunya selalu menyajikan rasa yang berbeda, CoHo membangun karakter dan plot yang berbeda di setiap bukunya. Walaupun enggak semua buku juga aku babat habis, tergantung dengan sinopsisnya.

Without Merit ini merupakan pemenang Goodreads Choice 2017 untuk Kategori Romance, which is buku-buku CoHo memang selalu masuk ke dalam kategori pemenang Goodreads Choice di tiap tahunnya. 

Kali ini yang diangkat dalam tema buku adalah sebuah awareness terhadap mental illness --yang memang sedang hype beberapa tahun belakangan-- unlike the other books, ini lebih terasa unsur keluarganya daripada kisah percintaannya. 

Seorang karakter bernama Merit yang hidup di keluarga yang anggotanya memiliki kisah dan situasi hidup yang 'unik', ia merasa memiliki perbedaan dengan keluarganya dan hidup dalam penilaian dan pemikiran yang dibuatnya sendiri. 

Merit pendiam, sarkastik dan hobi melontarkan humor satir. Ia kurasa sangat pantas dibenci dan dijauhi karena kekasarannya. Ia merasa menjadi anggota keluarga yang paling normal di antara semuanya. 

Kemudian datanglah anggota keluarga baru yang merupakan adik tiri ibu tirinya (semoga benar istilahnya) yaitu Luck yang nanti akan membawa perspektif baru dalam hidup Merit.

Lalu ada juga Sagan yang masuk ke dalam rumah Dollar Voss, pahlawannya novel ini yang akan menjadi katalis dalam kerumitan jalan pikiran Merit di sepanjang cerita. Yang merupakan 'buah terlarang' bagi Merit karena merupakan kekasih saudara kembarnya, Honor, atau setidaknya itulah yang dipikirkan Merit. 

Sagan bisa menggambar, dan gambar-gambarnya yang penuh arti diberikan secara langsung maupun enggak langsung kepada Merit. Dan ini muncul di dalam buku. Visualisasi mungkin jadi hal baru di buku CoHo.

Sampai setengah novel kita dibawa oleh penilaian Merit terhadap dunia di sekitarnya, sampai kita mengerti bahwa Merit hanya mau memikirkan apa yang mau dipikirkannya tanpa ingin melihat dari perspektif lain. 

Itu yang selalu ditekankan Sagan bahwa hidup adalah tentang perspektif. Berarti bisa dikatakan Sagan sudah melihat tanda-tanda depresi Merit sejak lama. Klimaksnya muncul setelah Merit menulis surat untuk seluruh anggota keluarga Voss tentang rahasia-rahasia mereka yang selama ini diketahui Merit. Ia muak menyimpan semuanya sendirian sampai di titik melakukan percobaan bunuh diri. Ini pas.

Maksudku, untuk tema kesehatan mental, memang paling pas dan paling ekstrim ketika adanya exposure perasaan paling hopeless yang berujung pada keinginan bunuh diri. 

Walaupun aku lebih berharap bahwa ceritanya Merit enggak ada kesadaran tiba-tiba jadi ingin hidup setelah menenggak 28 pil ibunya alias membatalkan bunuh dirinya. 

Kita enggak pernah benar-benar tahu rasanya seseorang yang ingin bunuh diri, apa yang ada di pikirannya, seberapa sedih dirinya, dan itu terdeskripsi jelas di buku ini.

Kehidupan di buku ini adalah kehidupan secara realita dunia. Membandingkan anak yang sempurna dan yang biasa saja, kesalahan orang tua yang walaupun tua belum tentu mereka bebas dari kesalahan, perselingkuhan orang tua, tentang pilihan keyakinan dan seksualitas yang berbeda di dalam keluarga, adalah hal-hal yang lumrah terjadi di masyarakat dan aku yakin ada banyak orang yang akan relate.

Orang-orang baru yang muncul di keluarga Meritlah yang nantinya akan menjadi penyelamat Merit, kehadiran mereka berharga. Karena Merit selalu menolak ketika diberitahu bahwa ada kemungkinan ia memiliki depresi, ada turunan penyakit mental dari ibunya. Hingga akhirnya satu persatu permasalahan setiap anggota keluarga terpecahkan di sisa setengah novel terakhir.

"Kurasa kami hanya menunggu pihak lain yang melakukan langkah pertama, tetapi tidak seorang pun pernah melakukannya... Sebenarnya intinya bukan terletak pada masalahnya, melainkan karena tidak seorang pun berani melakukan langkah pertama dan membicarakan masalah itu."

Secara keseluruhan ini bukan ternyata bukan favoritku, seperti Ugly Love, yang juga ternyata bukan seleraku. Awalnya aku terombang-ambing terhadap perasaan dan pikiran Merit, aku tahu arah cerita ini adalah tentang mental illness, tapi jalan pikiran Merit tidak menunjukkan ke arah tersebut. 

Mungkin memang inilah yang ingin dibawa oleh CoHo, kalau penderita depresi spektrumnya banyak salah satunya ketidaktahuan atau perasaan acuh seperti yang dialami Merit. Ia merasa biasa saja, enggak ada yang salah dengan dirinya selama ini.

Perasaanku flat saja seselesainya membaca novel ini kalau bicara tentang plot secara keseluruhan yaitu love myself, mental illness dan family issue. Tapi aku bisa menghargai dan lumayan terngiang-ngiang seberapa tulusnya Sagan mencintai Merit yang tidak sebegitu lovable to date. 

Salah satu pesan di dalam di buku ini adalah: Semua keluarga ada kekurangannya masing-masing, cari saja sampai dapat keluarga yang sempurna, maka engak akan pernah ketemu. Yang seharusnya dilakukan adalah menerima dan memaafkan karena sejatinya, balik lagi, kekurangan dalam keluarga adalah lumrah. Kamu bukan satu-satunya.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun