"Kurasa kami hanya menunggu pihak lain yang melakukan langkah pertama, tetapi tidak seorang pun pernah melakukannya... Sebenarnya intinya bukan terletak pada masalahnya, melainkan karena tidak seorang pun berani melakukan langkah pertama dan membicarakan masalah itu."
Secara keseluruhan ini bukan ternyata bukan favoritku, seperti Ugly Love, yang juga ternyata bukan seleraku. Awalnya aku terombang-ambing terhadap perasaan dan pikiran Merit, aku tahu arah cerita ini adalah tentang mental illness, tapi jalan pikiran Merit tidak menunjukkan ke arah tersebut.Â
Mungkin memang inilah yang ingin dibawa oleh CoHo, kalau penderita depresi spektrumnya banyak salah satunya ketidaktahuan atau perasaan acuh seperti yang dialami Merit. Ia merasa biasa saja, enggak ada yang salah dengan dirinya selama ini.
Perasaanku flat saja seselesainya membaca novel ini kalau bicara tentang plot secara keseluruhan yaitu love myself, mental illness dan family issue. Tapi aku bisa menghargai dan lumayan terngiang-ngiang seberapa tulusnya Sagan mencintai Merit yang tidak sebegitu lovable to date.Â
Salah satu pesan di dalam di buku ini adalah: Semua keluarga ada kekurangannya masing-masing, cari saja sampai dapat keluarga yang sempurna, maka engak akan pernah ketemu. Yang seharusnya dilakukan adalah menerima dan memaafkan karena sejatinya, balik lagi, kekurangan dalam keluarga adalah lumrah. Kamu bukan satu-satunya.
Dari 1-5 aku akan memberi 4.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H