Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review 24 Jam bersama Gaspar [NGERACUN]

2 September 2020   22:46 Diperbarui: 25 September 2020   09:55 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pagi dan manusia memulai kesibukan masing-masing. Semua orang terlahir sebagai keparat dan siapa pun yang berkata sebaliknya pastilah delusional atau, kalau tidak, ya pendusta kelas berat.

Judul: 24 Jam Bersama Gaspar

Penulis: Sabda Armandio (2017)

Halaman: 228 Hal

Sinopsis

Tiga lelaki, tiga perempuan. Dan satu motor berencana merampok Toko Emas. Semua karena sebuah kotak hitam.

Ngeracun

[ hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]

Buku ini merupakan pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta Tahun 2016, dari pertama terbit sudah kepincut dengan iming-iming pemenang lomba. Ah, pasti novelnya bagus banget. Tapi baru kesampaian baca tahun ini, karena banyak novel lain yang terlihat menggiurkan sampai akhirnya kembali on the track untuk meyakinkan diri bahwa novel ini adalah yang kuinginkan sejak bertahun-tahun lalu.

Bercerita tentang Gaspar, usia 35 tahun yang sudah berencana untuk merampok sebuah Toko Emas milik Wan Ali. Ia begitu terobsesi terhadap kotak hitam itu karena terdapat misteri di dalamnya --yang buru-buru dielak oleh Gaspar kalau ia tidak obsesi, bahwa ini tentang rahasia-- Dalam kurun waktu 24 jam itu ia kemudian melakuan pencarian partner untuk membantu mengambil Kotak Hitam milik Wan Ali. 

Orang-orang tersebut adalah Afif yang kemudian diganti namanya oleh Gaspar menjadi Agnes, Kik mantan pacarnya sewaktu SMA, Njet pacar Kik, Bu Tati alias Pingi dan Yadi anaknya Bu Tati alias Pongo. Jangan lupakan Cortazar, motor Kawasaki Kz200 Binter Mercy keluaran 1976 yang akan membawa Gaspar dan Afif selama perjalanan menuju perampokan.

Aku mendeskripsikan novel ini secara keseluruhan sebagai sebuah keabstrakan, unik, keanomalian dan mendobrak kenormalan. Novel ini acak, bahasanya acak, ceritanya acak, karakternya acak,  but somehow jadi utuh. 

Seperti kepingan puzzle yang shape-nya amburadul namun bisa ditemukan kok gambaran utuhnya. Sabda Armandio menurutku lebih cocok dikatakan seorang seniman dibanding penulis (hasil judgement dari baca bukunya pertama kali), ini adalah karya seni. 

Artinya tidak semua orang mungkin akan cocok dengan gaya penulisan dia, yah, tentu saja tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Kalau dibilang kesukaan, ini bukan favoritku, banyak hal yang ngalor-ngidul yang tidak seperti novel kebanyakan. Tapi paling tidak sekali dalam hidupku aku perlu membaca genre buku yang berbeda-beda.

Pendekatannya adalah cerita detektif yang enggak detektif-detektif amat. Ini merupakan sebuah kritik dari kebanyakan cerita detektif, jadi saat membacanya pasti sadar kalau ini enggak cerita detektif banget walaupun Gaspar sudah klaim bahwa dia adalah seorang detektif. 

Alur cerita maju-mundur. Ada sudut pandang maju dari seorang ibu yang jadi saksi dalam kasus pembunuhan, sedangkan alur mundur diambil dari sudut pandang Gaspar yang akan melakukan perampokan. Jadi ceritanya tidak timpang sehingga bisa saling melengkapi cerita menjadi utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun